sorpsi yang tinggi dikarenakan dinding selnya mengandung polisakarida Kleinubing et al. 2010.
4.6.2 Nilai pH
Nilai pH menyatakan intensitas keasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer dan mewakili konsentrasi ion hidrogennya. Nilai pH sangat penting dalam
pengolahan limbah karena akan mempengaruhi secara langsung kehidupan organisme Soemarwoto 1986, diacu dalam Prantommy 2005. Hasil pengukuran
pH limbah cair industri rumah tangga perikanan setelah penambahan adsorben
disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Nilai pH limbah cair industri rumah tangga perikanan setelah
penambahan adsorben Perlakuan bobot gram dalam 100 mL limbah cair
pH 1,0
4,84 ± 0,01 1,5
4,78 ± 0,01 2,0
4,59 ± 0,01
Keterangan : Data dari rata-rata dua kali u langan
Nilai pH limbah cair industri rumah tangga perikanan sebelum perlakuan sebesar 5,95 dan setelah mengalami perlakuan dengan penambahan adsorben,
maka terjadi penurunan pH. Jumlah bobot adsorben yang ditambahkan berbanding terbalik dengan pH limbah cair industri rumah tangga perikanan. Semakin besar
bobot adsorben yang ditambahkan maka akan semakin rendah nilai pH limbah cair industri rumah tangga perikanan. Histogram pengaruh bobot adsorben
terhadap pH limbah cair industri rumah tangga perikanan disajikan pada Gambar 16.
Berdasarkan Gambar 16 terlihat bahwa limbah cair industri rumah tangga perikanan yang telah mengalami perlakuan dengan penambahan adsorben akan
mengalami penurunan nilai pH. Hal ini disebabkan karena adsorben yang digunakan telah mengalami modifikasi kimia dengan asam, yaitu asam klorida
HCl 0,1 M. Semakin besar bobot adsorben yang ditambahkan pada limbah, maka semakin asam pH limbah cair industri rumah tangga
perikanan tersebut. Aktivasi dengan asam klorida menyebabkan keasaman pada rumput laut.
Keasaman rumput laut disebabkan karena adanya proton yang dapat terdisosiasi atau terlepasnya ion- ion H
+
dari gugus-gugus karboksilat -COOH dan gugus
hidroksil -OH yang terdapat pada adsorben rumput laut Sargassum. Peningkatan keasaman permukaan yang terjadi pada adsorben tersebut disebabkan oleh
pembentukan situs-situs aktif karena diaktivasi dengan asam sehingga meningkatkan kapasitas adsorpsinya. Aktivasi adsorben dengan asam klorida juga
dapat mengurangi
pengotor-pengotor yang
terdapat pada
adsorben Sudiarta 2009.
Gambar 16 Histogram pengaruh bobot adsorben terhadap nilai pH dalam 100 mL limbah cair industri rumah tangga perikanan.
Kapasitas adsorpsi dipengaruhi oleh pH dan jenis adsorben yang digunakan Jason 2004. Jika pH terlalu rendah, maka akan terjadi kompetisi ion dengan ion
hidrogen, sehingga partikel-partikel koloid terhambat untuk diserap oleh dinding sel, kompetisi diakibatkan banyaknya ion hidrogen pada pH rendah yang dapat
menghalangi adsorpsi kation pada dinding sel biomassa Wallace 2003, diacu dalam Siswati dkk. 2009. pH optimum adsorpsi adalah pH 4-5. Hasil penelitian
dengan menggunakan Sargassum sebagai adsorben juga menyimpulkan hal yang sama bahwa proses adsorpsi tidak efektif pada pH dibawah 3,5 ataupun pH diatas
5,5 Cossich et al. 2002. Gugus karboksil, amino dan sulfat merupakan gugus fungsional yang
terdapat pada alga coklat. Gugus-gugus tersebut berperan dalam proses adsorpsi. Gugus-gugus tersebut akan terionisasi pada pH tertentu. Pada pH rendah,
4,84 a 4,78 b
4,59 c
4.45 4.5
4.55 4.6
4.65 4.7
4.75 4.8
4.85 4.9
1 1.5
2 N
il ai
pH
Bobot adsorben gram dalam 100 mL limbah
permukaan alga coklat akan terprotonisasi sehingga bersifat positif. Sementara gugus yang terionisasi akan kehilangan protonnya dan menjadi negatif pada pH
tinggi Kleinubing et al. 2010. Berdasarkan analisis ragam anova yang dapat dilihat pada Lampiran 3b
diketahui bahwa peningkatan bobot adsorben 1,0 ,1,5, 2,0 gram dalam 100 mL limbah cair memberikan pengaruh terhadap kualitas limbah cair industri rumah
tangga perikanan. Setelah dilakukan uji lanjut Duncan didapatkan hasil bahwa
nilai pH pada masing- masing perlakuan bobot adsorben saling memberikan pengaruh yang berbeda nyata. Hasil uji lanjut Duncan dapat dilihat pada
Lampiran 3c.
4.6.3 Nilai kekeruhan