Preparasi Sargassum sp. Analisis Limbah Cair Industri Rumah Tangga Perikanan

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Preparasi Sargassum sp.

Rumput laut Sargassum kering digunakan sebagai bahan baku utama pembuatan adsorben. Adsorben merupakan suatu bahan padatan yang dapat mengadsorpsi adsorbat bahan yang teradsorb Anonim 2007, diacu dalam Putri 2010. Kadar air rata-rata dari Sargassum yang digunakan adalah 12,37 Lampiran 3a. Adsorben yang dihasilkan berwarna coklat dengan ukuran ± 80 mesh. Penampakan adsorben yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 Adsorben dari Sargassum sp. Rumput laut mengandung komponen organik yang tinggi, seperti karbohidrat, protein, lipid dan pigmen. Selama adsorpsi, komponen-komponen tersebut dapat larut bersama larutan sehingga setelah adsorpsi, warna air akan berubah menjadi kekuningan atau berwarna hijau. Penggunaan Sargassum sebagai adsorben sering menyebabkan tingginya kandungan organik yang dihasilkan pada pengolahan limbah cair. Hal tersebut dapat meningkatkan beban polutan limbah cair. Selain itu, kemampuan adsorpsi Sargassum di air dan pada proses pengolahan limbah cair akan semakin berkurang. Oleh karena itu, modifikasi adsorben sebelum digunakan dalam proses adsorpsi sangatlah diperlukan Kleinubing et al. 2010. Adsorpsi merupakan suatu kejadian penyerapan pada permukaan sehingga besarnya kemampuan adsorpsi sebanding dengan luas permukaan. Semakin luas permukaan yang kontak dengan adsorbat maka akan semakin besar pula adsorpsi yang terjadi, sehingga ukuran mesh adsorben akan menyebabkan luas permukaan adsorben mencapai maksimal Sembiring dan Sinaga 2003.

4.2 Analisis Limbah Cair Industri Rumah Tangga Perikanan

Limbah cair yang digunakan pada penelitian ini adalah limbah cair dari proses perebusan bakso ikan. Limbah tersebut diperoleh dari salah satu unit industri rumah tangga. Unit industri rumah tangga ini memproduksi bakso ikan dengan bahan baku berupa tetelan ikan tuna. Bahan-bahan lainnya yang digunakan dalam pembuatan bakso ikan ini adalah bawang putih, bawang bombai, lemak, tepung sagu, tapioka dan bumbu-bumbu seperti garam, gula, lada bubuk, soda, titan, pengenyal, benzoat P 2 B dan monosodium glutamat MSG. Adonan bakso ikan tersebut kemudian dicetak dan direbus. Air sisa perebusan bakso ikan tersebut kemudian langsung dibuang ke perairan. Penumpukan limbah cair tersebut menyebabkan perairan berwarna hijau dan menimbulkan aroma yang tidak sedap. Limbah cair industri rumah tangga perikanan yang digunakan pada penelitian ini memiliki karakteristik seperti yang ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2 Karakteristik limbah cair industri rumah tangga perikanan Parameter Nilai Warna Keruh pH 5,95 ± 0,02 Kekeruhan 785,0 ± 63,6 NTU COD 3600 ± 113 mgliter TSS 4193,2 ± 47,0 mgliter Keterangan : Data dari rata-rata dua kali u langan NTU : Nephelometric Turbidity Unit Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa nilai parameter pH, kekeruhan, TSS dan COD limbah cair melebihi nilai baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan oleh keputusan menteri negara lingkungan hidup Nomor KEP-51MENLH101995. Nilai pH limbah cair industri rumah tangga perikanan yang diuji adalah 5,95, sedangkan menurut baku mutu limbah cair industri, limbah yang bisa dibuang langsung ke perairan adalah yang memiliki pH 6-9. Parameter kekeruhan tidak dijadikan sebagai baku mutu dalam daftar peraturan pemerintah Republik Indonesia tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri karena kekeruhan terkait secara langsung dengan kandungan total tersuspensi TSS. Kekeruhan merupakan bagian dari total padatan tersuspensi yang disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi di dalam air Prantommy 2005. Nilai COD limbah yang sesuai dengan baku mutu limbah berkisar antara 100 –300 mgliter, sedangkan nilai COD limbah yang digunakan pada penelitian ini sebesar 3487-3713 mgliter. Nilai TSS limbah cair yang digunakan berk isar antara 4146,2 –4240,2 mgliter. Nilai tersebut lebih besar dibandingkan nilai mutu baku limbah yang telah ditetapkan, yaitu 200 – 400 mgliter. Buangan air limbah ini masih banyak mengandung zat organik, seperti protein, karbohidrat, lemak dan zat terlarut yang mengandung padatan tersuspensi atau padatan terendap Sola 1994, diacu dalam Fatha 2007. Adanya bahan organik yang cukup tinggi ditunjukkan dengan nilai COD menyebabkan mikroba menjadi aktif dan menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik. Penguraian ini terjadi secara aerob dan anaerob dan menimbulkan gas CH 4 , NH 3 dan H 2 S yang berbau busuk Djarwanti dkk. 2000. Kadar TSS limbah berbeda-beda, tergantung jenis industrinya. Perbedaan itu dipengaruhi oleh tingkat produksi, jenis bahan mentah, tingkat kesegaran dan jenis produk akhir yang dihasilkan Gonzalez 1996. Limbah cair industri ini dikeluarkan dalam volume yang tidak sama untuk setiap harinya, dikarenakan laju produksi yang cenderung berbeda. Walaupun demikian, parameter perikanan tetap saja lebih didominasi oleh parameter organik Hayati 1998. Kandungan nutrien organik yang tinggi ini apabila berada dalam badan air akan menyebabkan eutrofikasi pada perairan umum yang dapat menyebabkan kematian organisme yang hidup dalam air tesebut, terjadinya pendangkalan, penyuburan ganggang dan timbulnya bau yang tidak nyaman Ibrahim 2005. Bahan organik akan menghalangi penetrasi cahaya matahari yang masuk kedalam air sehingga proses fotosintesis akan terganggu dan mengakibatkan terganggunya proses rantai makanan. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan limbah cair perikanan sebelum dibuang ke perairan umum Prantommy 2005.

4.3 Penentuan Modifikasi Adsorben