30
Berdasarkan data PDRB menurut lapangan usaha utama, perekonomian Kalimantan Timur telah mengalami perubahan struktural yang sangat berarti.
Pada awal tahun 2003, Sektor Pertanian mempunyai peranan yang sangat besar dalam pembentukan PDRB. Namun pada tahun 2010 peranan Sektor Pertanian
mulai bergeser pada Sektor Industri dan Sektor Jasa-jasa. Selama periode tahun 2003-2010, penurunan peranan Sektor Pertanian disertai peningkatan Sektor
Nonpertanian dalam pembentukan PDRB. Penurunan peranan Sektor Pertanian bukan berarti bahwa Sektor Pertanian tidak mengalami pertumbuhan, tetapi lebih
disebabkan karena adanya pertumbuhan yang tinggi dari Sektor Nonpertanian. Hal ini, menunjukkan bahwa pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini
oleh Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur telah menunjukkan kearah industrialisasi yang cukup nyata.
4.2.2. Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto
Laju pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur selama periode tahun 2003- 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu sebesar 7,44 persen
pada tahun 2003 dan meningkat menjadi sebesar 10,79 persen pada tahun 2010. Rata-rata pertumbuhan PDRB tanpa migas atas dasar harga konstan tahun 2000
pada tahun 2003-2010 mencapai sebesar 8,87 persen per tahun dan pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2005-2006 yaitu sebesar 12,62 persen.
31
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Kalimantan Timur ADHK 2000 menurut Lapangan Usaha di Kalimantan Timur Tahun 2003-2010
Lapangan Usaha Tahun
2003- 2004
2004- 2005
2005- 2006
2006- 2007
2007- 2008
2008- 2009
2009- 2010
1 2
3 4
5 6
7 8
Pertanian 2,87
2,55 3,55
1,79 2,91
1,49 2,91
Agriculture 2,87
2,55 3,55
1,79 2,91
1,49 2,91
Pertambangan, Penggalian, Listrik dan Air Bersih
11,34 15,69
10,26 8,01
11,09 9,94
13,82 Industri Pengolahan tanpa Migas
1,83 2,77
4,03 5,61
5,53 1,49
3,25 Bangunan
6,78 5,49
7,92 12,57
8,33 9,95
10,17
Manufacture 1,72
4,49 4,34
3,73 5,91
4,39 8,04
Perdagangan, Hotel dan Restauran 8,17
7,51 13,54
8,83 3,55
5,68 10,52
Pengangkutan dan Komunikasi 9,14
13,17 10,43
8,72 7,87
7,35 9,23
Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 11,52
7,02 9,27
15,72 9,72
8,95 9,18
Jasa-Jasa 3,50
5,14 3,99
4,67 7,62
5,26 7,50
Services 8,32
8,70 10,89
9,33 6,16
6,63 9,61
PDRB tanpa Migas 7,44
8,07 12,62
10,23 6,34
6,59 10,79
Sumber : BPS Provinsi Kalimantan Timur, 2011.
Pada periode ini pertumbuhan Sektor Pertanian mengalami fluktuasi kenaikan yang tidak begitu besar, yaitu mempunyai rata-rata pertumbuhan sebesar
2,58 persen per tahun. Sedangkan, pertumbuhan yang cukup baik diberikan oleh Sektor Jasa yaitu sebesar 8,52 persen per tahun. Pertumbuhan terbesar terjadi pada
tahun 2005-2006 yaitu sebesar 12,62 persen dan pertumbuhan terkecil terjadi pada tahun 2007-2008. Pertumbuhan dan peranan Sektor Jasa dalam perekonomian
daerah yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru.
Laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi selama periode 2003-2010 sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan di Sektor Jasa. Sedangkan, Sektor Jasa itu sendiri
sangat dipengaruhi oleh Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan rata-rata pertumbuhannya sebesar 10,20 persen per tahun dan pertumbuhan
tertinggi pada tahun 2006-2007 sebesar 15,72 persen dan laju pertumbuhan terkecil pada tahun 2004-2005 sebesar 7,02 persen.
32
Banyak kalangan menilai, penurunan NTB Sektor Pertanian sebagai bukti gagalnya pembangunan Sektor A. Namun sebenarnya itu bukan merupakan
masalah yang serius, karena dibalik pangsa NTB Sektor Pertanian yang semakin menurun itu, ternyata secara signifikan telah berhasil diimbangi oleh
meningkatnya pangsa NTB pada sektor lain. Ternyata peranan Sektor Pertanian sangat nyata mendukung pertumbuhan Sektor Nonpertanian seperti Subsektor
Industri Pengolahan yang memanfaatkan dan mengolah hasil pertanian dan juga Subsektor Perdagangan untuk komoditi hasil pertanian.
Secara absolut maupun relatif, peningkatan laju Sektor Nonpertanian yaitu Sektor Jasa-jasa yang disertai penurunan pada Sektor Pertanian merupakan suatu
bukti bahwa telah terjadi proses transformasi pergeseran secara struktural dalam perekonomian. Dalam hal ini Sektor Pertanian yang pada awalnya berperan
sebagai sektor sentral dalam ekonomi secara bertahap kedudukannya mulai bergeser menjadi penopang pertumbuhan sektor lainnya dalam proses
pertumbuhan ekonomi.
4.3. Keadaan dan Pertumbuhan Angkatan Kerja di Kalimantan Timur 4.3.1. Keadaan Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin dan Tempat Tinggal
Tabel 3 memberikan gambaran umum keadaan angkatan kerja di daerah perdesaan dan perkotaan di Kalimantan Timur selama periode tahun 2003-2010.
Dari Tabel 3 tersebut menunjukkan bahwa distribusi relatif angkatan kerja di perdesaan dan perkotaan mencerminkan distribusi penduduk usia kerja di
Kalimantan Timur yang bekerja dan mencari pekerjaan. Pada tahun 2003
33
angkatan kerja terkonsentrasi di daerah perdesaan yaitu sebesar 618,99 ribu orang 50,63 persen, sedangkan pada tahun 2010 proporsi angkatan kerja yang berada
di daerah perdesaan menurun menjadi sebesar 46,79 persen, dan secara absolut jumlah angkatan kerja di desa mengalami penurunan menjadi 771,31 ribu orang.
Tabel 3. Persentase Angkatan Kerja menurut Jenis Kelamin dan Daerah Tempat Tinggal di Kalimantan Timur Tahun 2003-2010
Tahun Jenis Kelamin
Daerah Tempat Tinggal Jumlah
Angkatan Kerja
Ribuan Rasio
Laki-laki Perempuan
Total Kota
Desa Total
1 2
3 4
5 6
7 8
9
2003 69,50
30,50 100,00
49,37 50,63
100,00 1.223
227,91 2004
73,00 27,00
100,00 54,39
45,61 100,00
1.161 270,41
2005 71,86
28,14 100,00
52,81 47,19
100,00 1.216
255,33 2006
66,92 33,08
100,00 52,93
47,07 100,00
1.325 202,26
2007 69,75
30,25 100,00
53,17 46,83
100,00 1.241
230,59 2008
69,26 30,74
100,00 53,10
46,90 100,00
1.417 225,29
2009 69,66
30,34 100,00
53,44 46,56
100,00 1.461
229,58 2010
68,43 31,57
100,00 53,21
46,79 100,00
1.648 216,75
Sumber : BPS Kalimantan Timur, 2011.
Angkatan kerja di daerah perkotaan cenderung mengalami kenaikan secara proporsional selama periode 2003-2010. Kenaikan ini mungkin disebabkan karena
sebagian dari program pemerintah memberikan kesempatan kerja di Sektor Nonpertanian yang menjadi penekanan dalam proses pembangunan.
Bersamaan dengan proses pembangunan akan terjadi pemindahan tenagakerja dari Sektor Pertanian menuju Sektor Nonpertanian. Dengan
pembangunan lebih lanjut di Sektor Jasa-jasa akan mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk yang terus menerus dari perdesaan ke perkotaan untuk
mencari pekerjaan di Sektor Nonpertanian yang dianggap lebih menberikan harapan.
34
Dari pola perubahan yang terjadi selama ini pada masa-masa selanjutnya diperkirakan akan terjadi penambahan angkatan kerja yang cukup besar di daerah
perkotaan. Hal ini merupakan masalah yang cukup serius dipandang dari sudut perencanaan pembangunan di masa mendatang.
Menurut jenis kelamin, pada tahun 2003 sebanyak 1,2 juta orang dari penduduk usia kerja laki-laki sebanyak 849,97 ribu orang 69,50 persen
tergolong angkatan kerja. Sedangkan, pada tahun 2010 jumlah penduduk laki-laki yang tergolong angkatan kerja sebanyak 1,13 juta 68,43 persen orang dari 1,65
juta penduduk usia kerja. Dengan demikian jumlah dari angkatan kerja laki-laki mengalami kenaikan selama periode tahun 2003-2010 walaupun secara proporsi
mengalami penuruan. Sedangkan, untuk penduduk usia kerja perempuan pada tahun 2003 sebesar 372,89 ribu orang 30,50 persen tergolong angkatan kerja dari
1,22 juta penduduk usia kerja dan meningkat menjadi 520,42 ribu orang 31,57 persen dari 1,65 juta orang pada tahun 2010.
Rasio jenis kelamin penduduk usia 15 tahun ke atas yang termasuk angkatan kerja berada pada interval 200-275 yang berarti bahwa ada sekitar 200
sampai 275 laki-laki pada setiap 100 perempuan dalam angkatan kerja. Hal ini menunjukkan dominasi laki-laki dalam angkatan kerja. Terutama terjadi pada
tahun 2004 dimana rasio jenis kelaminnya sebesar 271 sehingga setiap 100 wanita yang ada dalam angkatan kerja akan terdapat sebanyak 271 orang laki-laki dalam
angkatan kerja. Rendahnya tingkat partisipasi wanita dalam angkatan kerja pada batas tertentu mungkin disebabkan oleh bias dari definisi wanita bekerja. Definisi
tersebut mengatakan bahwa wanita bekerja sebagai pekerja keluarga yang tak
35
dibayar, pada sektor tradisional lebih cenderung diklasifikasina sebagai pengurus rumahtangga bukan masuk dalam angkatan kerja. Pengklasifikasian ini terjadi
terutama di daerah perdesaan.
4.3.2. Keadaan Angkatan Kerja yang Bekerja menurut Status Pekerjaan