35
dibayar, pada sektor tradisional lebih cenderung diklasifikasina sebagai pengurus rumahtangga bukan masuk dalam angkatan kerja. Pengklasifikasian ini terjadi
terutama di daerah perdesaan.
4.3.2. Keadaan Angkatan Kerja yang Bekerja menurut Status Pekerjaan
Seperti halnya klasifikasi lapangan pekerjaan, maka klasifikasi status pekerjaan utama mempunyai hubungan dekat dengan pembangunan suatu daerah.
Tabel 4 menunjukkan distribusi angkatan kerja yang bekerja menurut status pekerjaan utama di Kalimantan Timur pada tahun 2003 dan 2010. Dalam Tabel 4
menunjukkan bahwa
jumlah laki-laki
yang berstatus
sebagai buruhkaryawanpegawai negeri sipil lebih besar daripada jumlah perempuan pada
status yang sama. Sedangkan, bila dilihat dari daerah tempat tinggal, maka proporsi yang berstatus buruh di perkotaan lebih besar daripada di perdesaan. Hal
ini, karena daerah perkotaan menjadi pusat pabrik dan industri sehingga banyak memerlukan tambahan tenagakerja. Akibatnya banyak angkatan kerja yang pindah
dari perdesaan untuk bekerja di perkotaan. Oberai 1978, mengamati bahwa proporsi buruh yang dianggap mewakili
angkatan kerja dalam kegiatan modern akan meningkat sejalan peningkatan proses pembangunan dan industrialisasi di wilayah tersebut. Dengan perkataan lain
bahwa wilayah yang proporsi buruhnya relatif tinggi, maka di wilayah itu telah terjadi suatu proses industrialisasi. Sebaliknya, rendahnya proporsi buruh di suatu
wilayah akan dapat menunjukkan ketertinggalan dalam pembangunan ekonomi. Daerah Kalimantan Timur pada tahun 2003 mempunyai proporsi buruh sebesar
36
39,86 persen untuk laki-laki dan 26,52 persen untuk perempuan. Pada tahun 2010 proporsi buruh mengalami kenaikan, untuk laki-laki menjadi 49,79 persen
sedangkan untuk perempuan menjadi 40,87 persen.
Tabel 4. Persentase Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan utama, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal di Kalimantan Timur tahun 2003-2010
Status pekerjaan utama Daerah Tempat Tinggal
Jenis Kelamin Kota
Desa Laki-laki
Perempuan 2003
2010 2003
2010 2003
2010 2003
2010 1
2 3
4 5
6 7
8 9
Berusaha sendiri 20,54
20,52 13,99
22,07 19,02
21,99 12,68
19,46 Berusaha dibantu buruh tidak
tetap 8,73
8,53 28,89
17,65 22,14
14,57 11,05
8,64 Berusaha dibantu buruh tetap
3,33 3,77
1,34 2,20
2,77 3,72
1,20 1,32
Buruh atau karyawan atau pegawai
53,88 59,19
18,81 33,85
39,86 49,79
26,52 40,87
Pekerja bebas di pertanian 2,37
0,48 1,86
2,93 2,50
1,99 1,13
0,80 Pekerja bebas di nonpertanian
4,80 1,96
1,94 1,84
4,06 2,26
1,55 1,04
Pekerja Keluarga 6,35
5,55 33,16
19,47 9,65
5,68 45,86
27,86 Total
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
100,00 100,00
Jumlah yang bekerja Ribuan
542,83 780,21
561,32 701691,00
789,07 1050,22
315,08 431,68
Sumber : BPS Kalimantan Timur, 2011.
Tingginya proporsi status buruh di suatu wilayah juga berkaitan erat dengan Sektor Industri. Sektor Industri dianggap sebagai sektor modern yang
memiliki produktivitas yang tinggi, sehingga penghasilan yang diterima juga lebih tinggi daripada Sektor Pertanian. Karena kegiatan Sektor Industri terpusat di
daerah perkotaan, maka proporsi buruh laki-laki atau perempuan di perkotaan akan lebih tinggi bila dibandingkan dengan yang berada di daerah perdesaan.
Proporsi angkatan kerja yang bekerja sendiri di Kalimantan Timur cukup besar dan selama periode 2003-2010 mengalami kenaikan. Proporsi laki-laki lebih
besar daripada perempuan. Hal ini berkaitan dengan angkatan kerja yang tergolong sebagai pekerja keluarga yang tak dibayar. Proporsi pekerja keluarga
perempuan selalu lebih besar daripada laki-laki. Tingginya proporsi pekerja
37
keluarga perempuan sangat dipengaruhi kegiatan ibu rumahtangga dan anaknya dalam membantu pekerjaan ayahnya menggarap lahan di persawahan. Selain itu,
juga disumbang oleh subsektor perdagangan. Pembangunan yang dilaksanakan selama ini dan masa yang akan datang
diharapkan dapat meningkatkan proporsi angkatan kerja yang berstatus buruh, sedangkan proporsi angkatan kerja yang bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain
dan proporsi pekerja keluarga akan semakin berkurang. Dengan demikian, diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan pada pola tradisional yang ada di
daerah perkotaan maupun di perdesaan, terutama perempuan pada status yang sama di daerah perdesaan.
4.3.3. Tingkat Pendidikan Angkatan Kerja