34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Herbarium Medanense MEDA, Universitas Sumatera Utara adalah sampel yang diperoleh dari
tumbuhan kayu siwak Salvadora persica Wall, famili Salvadoraceae, dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 49.
4.2 Hasil Karakteristik Simplisia 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik kayu siwak berwarna kuning kecokelatan yang berdiameter ± 1cm- 5cm dan panjang ± 1 cm-20 cm, tidak berasa dan tidak
berbau.
4.2.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia tanaman kayu siwak menunjukkan adanya serat kayu yang berisi hablur ca-oksalat, sel
parenkim, fragmen trachea, dan serat-serat kayu.
4.2.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia kayu siwak.
No. Karakteristik
Hasil Pemeriksaan 1.
Kadar air 6,77
2. Kadar sari larut dalam air
22,86 3.
Kadar sari larut dalam etanol 39,46
4. Kadar abu total
7,3 5.
Kadar abu tidak larut dalam asam 0,32
Universitas Sumatera Utara
35 Monografi simplisia kayu siwak belum tercantum dalam Materia Medika
Indonesia MMI, sehingga tidak ada acuan dalam menentukan parameternya. Tabel 4.1 menunjukkan kadar air simplisia kayu siwak sebesar 6,77 kadar
tersebut memenuhi persyaratan umum yaitu di bawah 10. Penetapan kadar air yang lebih besar dari 10 dapat menjadi media pertumbuhan jamur Depkes,
1995. Penetapan kadar sari larut dalam air menyatakan jumlah zat yang tersari
dalam pelarut air seperti glikosida, gula, gom, protein, enzim, zat warna, dan asam-asam organik, sedangkan kadar sari yang larut dalam etanol menyatakan
jumlah zat yang tersari dalam pelarut etanol seperti glukosida, steroid, flavonoid, klorofil, saponin, tanin dan yang larut dalam sejumlah sedikit lemak Depkes,
1995. Penetapan kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam bertujuan untuk
memberikan jaminan bahwa simplisia tidak mengandung logam berat tertentu melebihi nilai yang ditetapkan karena dapat berbahaya toksik bagi kesehatan.
Penetapan kadar abu total menyatakan jumlah kandungan senyawa anorganik dalam simplisia, misalnya logam Mg, K, Ca, Na, Pb. Penetapan kadar abu tidak
larut dalam asam dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa abu yang tidak larut dalam asam, misalnya silika. Abu total terbagi dua yaitu abu fisiologis dan abu
non fisiologis. Abu fisiologis adalah abu yang berasal dari jaringan tumbuhan itu sendiri sedangkan abu non fisiologis adalah sisa setelah pembakaran yang berasal
dari bahan-bahan luar yang terdapat pada permukaan simplisia WHO, 1998 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam menyatakan jumlah silika
pada simplisia, diperoleh dengan cara melarutkan abu total dalam asam klorida
Universitas Sumatera Utara
36 WHO, 1998. Perhitungan pemeriksaan karakteristik serbuk simplisia kayu siwak
dapat dilihat pada Lampiran 7, halaman 55.
4.2 Hasil Pemeriksaan Skrining Fitokimia Hasil skrining fitokimia dari kayu siwak dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Hasil skrining fitokimia simplisia kayu siwak.
No. Skrining
Serbuk Simplisia
Ekstrak Etanol
1. Flavonoid
+ +
2. Alkaloid
+ +
3. Tanin
- -
4. Glikosida
+ +
5. Saponin
+ +
6. Steroid triterpenoid
+ +
Keterangan: + positif : mengandung golongan senyawa - negatif : tidak mengandung golongan senyawa
Hasil skrining fitokimia terhadap serbuk simplisia diperoleh simplisia tidak mengandung alkaloid, penambahan pereaksi Mayer, Bourchardat maupun
Dragendroff tidak terbentuk endapan, tidak mengandung saponin, busa tidak terbentuk dengan pengocokan dan penambahan HCL 2N, Mengandung glikosida,
penambahan pereaksi Molissh dan asam sulfat pekat membentuk cincin ungu; mengandung flavonoid, terbentuknya warna merah intensif pada lapisan amil
alcohol; mengandung tanin dengan penambahan FeCl³ memberi warna biru atau kehitaman; mengandung steroid, penambahan pereaksi Lieberman-Burchad
membentuk warna biru hijau. Simplisia memiliki senyawa metabolit sekunder yang memiliki potensi
sebagai antioksidan yaitu kandungan flavonoid, alkaloid, glikosida, saponin dan steroidtriterpenoid memiliki potensi sebagai antioksidan, yaitu dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
37 saponin, glikosida dan steroidtriterpenoid umumnya merupakan senyawa
flavonoid Kumalaningsih, 2006. Penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat membentuk cincin berwarna ungu yang menunjukkan adanya senyawa
glikosida. Terbentuknya busa yang stabil dengan pengocokan dalam air dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2N menunjukkan adanya senyawa saponin
Depkes RI, 1995. Penambahan serbuk Mg dan asam klorida pekat menghasilkan larutan warna merah dan dengan penambahan amil alkohol, yang menunjukkan
adanya flavonoid. Penambahan Liebermann amil alkohol yang adanya senyawa steroidtriterpenoid Farnsworth, 1966.
Kayu siwak memiliki potensi antioksidan, yaitu dengan adanya senyawa- senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan
senyawa flavonoid Kumalaningsih, 2006. Flavonoid merupakan antioksidan alam yang mampu bertindak sebagai preduksi radikal hidroksil, superoksida dan
radikal proksil Silalahi, 2006.
4.4 Hasil analisis aktivitas antioksidan