31
3.8.4 Larutan sampel uji EEKS
Sebanyak 25 mg EEKS ditimbang kemudian dilarutkan dalam labu tentukur 25 mL dengan metanol lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis
tanda, diperoleh larutan induk baku sampel Konsentrasi 1000 ppm. Konsentrasi ditetapkan setelah dilakukan beberapa orientasi. Larutan induk dipipet sebanyak
1,25 mL; 2,5 mL; 3,75 mL dan 5 mL ke dalam masing-masing labu tentukur 25 mL untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm, 200
ppm, kemudian ditambahkan 5 mL larutan DPPH 0,5 mM Konsentrasi 200 ppm lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan di
tempat gelap selama 60 menit, lalu diukur serapannya menggunakan spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 516 nm.
3.8.5 Larutan vitamin C
Sebanyak 25 mg serbuk vitamin C ditimbang, dimasukkan kedalam labu tentukur 25 mL dengan methanol sampai garis tanda, diperoleh larutan induk baku
vitamin C Konsentrasi 1000 ppm. Larutan induk dipipet sebanyak 0,05 mL ; 0,1 mL ; 0,15 mL ; 0,2 mL ke
dalam labu ukur 25 mL untuk mendapatkan konsentrasi larutan uji 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, kedalam masing-masing labu ukur ditambahkan 5 mL larutan
DPPH 0,5 mM konsentrasi 200 µgmL lalu volumenya dicukupkan dengan metanol sampai garis tanda. Diamkan di tempat gelap selama 60 menit, lalu
diukur serapannya menggunakan spektrofotometer uv-visibel pada panjang gelombang 516 nm.
3.8.6 Penentuan panjang gelombang serapan maksimum
Larutan DPPH konsentrasi 40 ppm dihomogenkan dan diukur serapannya
Universitas Sumatera Utara
32 pada panjang gelombang 400-800 nm. Gambar spektrofotometer uv-visibel UV-
mini-1240 Shimadzu dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 56.
3.8.7 Penentuan operating time larutan DPPH
Waktu pengukuran operating time diperoleh dari hasil pengukuran larutan uji sampel EEKS 50 ppm diukur pada panjang gelombang yang diperoleh
516 nm, diukur setiap 5 menit selama 80 menit. Sebanyak 1,25 mL larutan induk baku ekstrak etanol kayu siwak dipipet
kedalam labu tentukur 25 mL, ditambahkan 5 mL larutan DPPH 0,5 mM lalu dicukupkan dengan metanol hingga garis tanda, dihomogenkan lalu diukur.
3.8.8 Analisis Persen Pemerangkapan radikal bebas
Menurut Molyneux 2004, penentuan persen pemerangkapan radikal bebas oleh sampel uji, kayu siwak dengan vitamin C sebagai pembanding,
menggunakan metode pemerangkapan radikal bebas 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazil DPPH. Kemampuan antioksidan diukur sebagai penurunan absorbansi larutan
DPPH peredaman warna ungu DPPH Nilai absorbansi larutan DPPH sebelum dan sesudah penambahan larutan uji tersebut dihitung sebagai persen peredaman.
Aktivitas pemerangkapan radikal bebas =
�������� −������� ��������
x 100
Keterangan : A Kontrol = Absorbansi tidak mengandung sampel
A sampel = Absorbansi sampel
3.8.9 Penentuan Nilai IC
50
Nilai IC
50
merupakan bilangan yang menunjukkan konsentrasi sampel uji
Universitas Sumatera Utara
33 yang µgml yang memberikan peredaman DPPH sebesar 50 mampu
menghambat meredam proses oksidasi sebesar 50.Nilai 0 berarti tidak mempunyai aktivitas antioksidan, sedangkan nilai 100 berarti peredaman total
dan pengujian perlu dilanjutkan dengan pengenceran larutan uji untuk melihat batas konsentrasi aktivitasnya. Hasil perhitungan dimasukkan kedalam persamaan
regresi dengan konsentrasi ekstrak ppm sebagai absis sumbu X dan nilai peredaman antioksidan sebagai odinatnya sumbu Y Shirwaikar, dkk., 2006.
Suatu senyawa secara spesifik dikatakan sebagai antioksidan sangat kuat jika nilai IC
50
kurang dari 50 ppm, kuat untuk IC
50
bernilai 50-100 ppm, sedang jika IC
50
bernilai 101-150 ppm dan lemah jika IC
50
bernilai lebih dari 150 ppm Fidrianny, dkk., 2014.
Universitas Sumatera Utara
34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Identifikasi Tumbuhan
Hasil identifikasi tumbuhan yang dilakukan oleh Herbarium Medanense MEDA, Universitas Sumatera Utara adalah sampel yang diperoleh dari
tumbuhan kayu siwak Salvadora persica Wall, famili Salvadoraceae, dapat dilihat pada Lampiran 1, halaman 49.
4.2 Hasil Karakteristik Simplisia 4.2.1 Hasil Pemeriksaan Makroskopik
Hasil pemeriksaan makroskopik kayu siwak berwarna kuning kecokelatan yang berdiameter ± 1cm- 5cm dan panjang ± 1 cm-20 cm, tidak berasa dan tidak
berbau.
4.2.2 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik
Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia tanaman kayu siwak menunjukkan adanya serat kayu yang berisi hablur ca-oksalat, sel
parenkim, fragmen trachea, dan serat-serat kayu.
4.2.3 Hasil Pemeriksaan Karakteristik
Hasil pemeriksaan kadar air, kadar sari larut air, kadar sari larut etanol, kadar abu total dan kadar abu tidak larut asam. Dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia kayu siwak.
No. Karakteristik
Hasil Pemeriksaan 1.
Kadar air 6,77
2. Kadar sari larut dalam air
22,86 3.
Kadar sari larut dalam etanol 39,46
4. Kadar abu total
7,3 5.
Kadar abu tidak larut dalam asam 0,32
Universitas Sumatera Utara