37 saponin, glikosida dan steroidtriterpenoid umumnya merupakan senyawa
flavonoid Kumalaningsih, 2006. Penambahan pereaksi Molish dan asam sulfat pekat membentuk cincin berwarna ungu yang menunjukkan adanya senyawa
glikosida. Terbentuknya busa yang stabil dengan pengocokan dalam air dan tidak hilang dengan penambahan HCl 2N menunjukkan adanya senyawa saponin
Depkes RI, 1995. Penambahan serbuk Mg dan asam klorida pekat menghasilkan larutan warna merah dan dengan penambahan amil alkohol, yang menunjukkan
adanya flavonoid. Penambahan Liebermann amil alkohol yang adanya senyawa steroidtriterpenoid Farnsworth, 1966.
Kayu siwak memiliki potensi antioksidan, yaitu dengan adanya senyawa- senyawa yang mempunyai potensi sebagai antioksidan umumnya merupakan
senyawa flavonoid Kumalaningsih, 2006. Flavonoid merupakan antioksidan alam yang mampu bertindak sebagai preduksi radikal hidroksil, superoksida dan
radikal proksil Silalahi, 2006.
4.4 Hasil analisis aktivitas antioksidan
Aktivitas antioksidan dari ekstrak etanol kayu siwak diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi DPPH dengan metode pemerangkapan 1,1-diphenyl-2-
picrylhidrazyl secara spektrofotometri visibel.
4.4.1 Hasil penentuan panjang gelombang
Pengukuran serapan maksimum larutan DPPH 40 ppm dalam metanol dengan menggunakan spektrofotometer UV-Visibel.
Data hasil pengukuran panjang gelombang maksimum dapat dilihat pada Gambar 4.1
Universitas Sumatera Utara
38
Gambar 4.1
Kurva Serapan Maksimum Larutan DPPH 40 ppm Gambar 4.1 Hasil pengukuran menunjukkan bahwa larutan DPPH dalam
metanol menghasilkan serapan maksimum pada panjang gelombang 516 nm. Panjang gelombang 516 nm, termasuk dalam kisaran panjang gelombang sinar
tampak 400-750 nm Rohman, 2007. Dan termasuk dalam rentang panjang gelombang DPPH yang berkisar antara 515, 516, 517, 518, dan 520 nm
Molyneux, 2004.
4.4.2 Hasil analisis aktivitas antioksidan sampel uji
Aktivitas antioksidan ekstrak etanol kayu siwak EEKS diperoleh dari hasil pengukuran absorbansi DPPH pada menit ke-60 dengan adanya penambahan
larutan uji dengan konsentrasi 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm dan 200 ppm yang dibandingkan dengan kontrol DPPH tanpa penambahan larutan uji. Pada hasil
analisis aktivitas antioksidan dapat dilihat adanya penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi larutan uji ekstrak etanol kayu siwak dan vitamin C terhadap
kontrol pada setiap kenaikan konsentrasi. Penurunan absorbansi DPPH dan persen
Universitas Sumatera Utara
39 pemerangkapan dengan penambahan ekstrak etanol kayu siwak dan vitamin C
dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4
Tabel 4.3 Penurunan Absorbansi Dan Persen Pemerangkapan DPPH oleh EEKS
Larutan uji
Konsentra si
ppm Absorbansi
Pemerangkapan I
II III
I II
III Rata-
rata
EEKS 1,13896 1,46533
1,44861 0,00
0,00 0,00
0,00 50
0,42044 0,40233 0,40239
63,08 72,54
72,22 69,28 100
0,37622 0,36516 0,36501
66,96 75,08
74,80 72,04 150
0,27156 0,25499 0,25085
76,15 82,59 82,68
80,47 200
0,15739 0,15514 0,15552
86,18 89,41
89,26 88,28
Tabel 4.4 Absorbansi Dan Persen Pemerangkapan DPPH Oleh Vitamin C
Larutan uji
Konsentra si
ppm Absorbansi
Pemerangkapan I
II III
I II
III Rata-
rata
Vitamin C
0 blanko 1,46655 1,10226 1,23923 0,00
0,00 0,00
0,00 2 ppm
0,34871 0,33553 0,35196 76,22 69,55
71,59 72,45
4 ppm 0,08075 0,08304 0,08182 94,49
69,49 93,39
85,79 6 ppm
0,07539 0,07179 0,07893 94,85 93,48
93,63 93,98
8 ppm 0,06868 0,06648 0,06476 95,31
93,96 94,77
94,68
Ekstrak etanol kayu siwak menunjukkan penurunan nilai absorbansi DPPH yang diberi EEKS serta vitamin C sebagai pembandingnya dalam metanol pada
setiap kenaikan konsentrasi. Penurunan nilai absorbansi menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin besar. Penurunan nilai absorbansi yang semakin besar
menunjukkan aktivitas antioksidan yang semakin besar pula. Penurunan nilai absorbansi terjadi karena larutan uji memerangkap DPPH dan pemerangkapan
Universitas Sumatera Utara
40 terjadi karena adanya transfer elektron atom hidrogen antioksidan kepada DPPH.
Interaksi antioksidan dengan DPPH secara transfer elektron atom hidrogen kepada DPPH, akan menetralkan radikal bebas DPPH. Semua elektron pada radikal bebas
DPPH menjadi radikal berpasangan, akan ditandai dengan warna larutan yang berubah dari ungu tua menjadi kuning terang dan absorbansi pada panjang
gelombang maksimunya akan hilang Molyneux, 2004. Hubungan antara konsentrasi dengan persentase pemerangkapan radikal
bebas DPPH oleh EEKS dan vitamin C dapat dilihat pada Gambar 4.2
Gambar 4.2 Grafik Hasil Uji Aktivitas Antioksidan EEKS
50; 69,28 100; 72,28
150; 80,47 200; 88,28
50 60
70 80
90 100
50 100
150 200
250
pe m
er ang
k apa
n
Konsentrasi ppm
Universitas Sumatera Utara
41
Gambar 4.3 Grafik Hasil Uji Aktivitas Antioksidan Vitamin C
BerdasarkanGambar 4.2 dan 4.3 menunjukkan bahwa dengan peningkatan konsentrasi larutan sampel uji juga terjadi peningkatan pada persentase
pemerangkapan DPPH. Peningkatan konsentrasi berbanding lurus dengan aktivitas pemerangkapan DPPH, sehingga dapat dianalogikan sebagai aktivitas
antioksidan. Semakin tinggi konsentrasi sampel uji maka semakin besar kemampuannya meredam radikal bebas DPPH Rafi, dkk., 2013.
4.4.3 Analisis Nilai IC