Fungsi Kognitif Hasil Penelitian

5.1.5. Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif responden dinilai dengan kuesioner Moca versi Indonesia yang sudah sering digunakan untuk menilai gangguan kognitif. Berdasarkan kuesioner Moca-Ina, fungsi kognitif seorang dikatakan terganggu jika skor yang dihasilkan di bawah 26, sedangkan jika skor di atas atau sama dengan 26, maka fungsi kognitif dikatakan normal. Untuk orang dengan lama pendidikan dibawah atau sama dengan 12 tahun skor ditambahkan satu. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Fungsi Kognitif Fungsi Kognitif n Terganggu 34 45,3 X±SD Normal 41 54,7 24,61±3.30 Total 75 100 Dapat diamati bahwa, dari tabel di atas jumlah responden dengan fungsi kognitif normal lebih banyak dibandingkan dengan fungsi kognitif yang terganggu. Jumlah responden dengan fungsi kognitif normal adalah 41 orang 54,7, sedangkan jumlah responden dengan fungsi kognitif terganggu adalah 34 orang 45,3. Skor fungsi kognitif pada responden yang terendah adalah 16 dan yang tertinggi adalah 30. 5.1.6.Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif pada Responden Dari seluruh responden berjumlah 75 orang yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, didapatkan hasil tabulasi silang antara hipertensi dengan fungsi kognitif pada usia lanjut. Selanjutnya dilakukan analisi bivariat menggunakan chi square untuk mengatahui ada atau tidaknya hubungan. Hasil tabulasi silang antara hipertensi dengan fungsi kognitif dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 5.7. Hubungan antara Hipertensi dengan Fungsi Kognitif Fungsi Kognitif Total P-value Terganggu Normal Status Hipertensi Hipertensi 11 5 16 0,034 68,8 31,3 100 Normal 23 35 59 39 81 100 Total 35 41 75 100 100 100 Universitas Sumatera Utara Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa dari 16 orang yang mengalami hipertensi 11 orang 68,8 diantaranya mengalami gangguan fungsi kognitif dan hanya 5 orang 31,3 yang memilki fungsi kognitif normal. Sebaliknya, pada orang yang 59 orang yang tidak hipertensi kebanyakan mereka memiliki fungsi kognitif normal, yaitu 35 orang 81 orang memilki fungsi kognitif normal dan 23 orang 39 mengalami gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan uji tabulasi silang di atas dengan menggunakan analisis uji statistik chi-square didapati nilai P = 0,034 p0,05 artinya Ho ditolak atau ada hubungan antara hipertensi dengan fungsi kognitif. 5.1.7.Hubungan antara Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif Beberapa kebiasaan dan penyakit-penyakit tertentu dapat mempengaruhi fungsi otak dan intelegensia. Oleh karenanya, hal tersebut dapat menjadi faktor mempengaruhi fungsi kognitif seseorang terutama lansia. Kebiasaan dan penyakit yang dinilai dalam penelitian ini adalah kebisaaan merokok, penyakit diabetes dan penyakit hiperlipidemia. Dari data-data yang telah dikumpulkan dari 75 responden, didapatkan tabulasi silang antara hubungan antara kebiasaan merokok dan riwayat penyakit dengan fungsi kognitif yang dapat dilihat pada Tabel 5.7. di bawah Tabel 5.8. Hubungan Kebiasaan Merokok dan Riwayat Penyakit dengan Fungsi Kognitif Terganggu Normal Total P-value n n n Kebiasaan Merokok 0,120 Merokok 10 62,5 6 37,5 16 100 Tidak Merokok 24 40,7 35 59,3 59 100 Riwayat Diabetes 0,002 Diabetes 11 84,6 2 15,4 13 100 Normal 23 37,1 39 62,9 62 100 Riwayat Hiperlipidemia 0,478 Hiperlipidemia 8 44,4 10 55,6 18 100 Normal 26 45,6 31 54,4 57 100 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan tabulasi silang di atas dapat dilihat p-value = 0,120 p0,05 untuk kebiasaan merokok atau tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan fungsi kognitif. Namun, jika dilihat dari variabel riwayat diabetes, didapatkan p-value = 0,002 p0,05, yang artinya terdapat hubungan antara riwayat diabetes dengan fungsi kognitif. Sedangkan dari riwayat hiperlipidemia, didapatkan nilai p-value =0,478 p0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara riwayat hiperlipidemia dengan fungsi kognitif.

5.2. Pembahasan