Pengukuran Tekanan Darah dan Kriteria Diagnostik Hipertensi

2.1.7. Pengukuran Tekanan Darah dan Kriteria Diagnostik Hipertensi

Pengukuran tekanan darah dapat dibagi menjadi tiga, yaitu pengukuran tekanan darah di ruang kerja secara akurat accurate blood pressure measurement in the office, monitoring tekanan darah berjalan Ambulatory Blood Pressure Monitoring ABPM dan metode pengukuran sendiri self measurement. Menurut JNC VII, pengukuran tekanan darah dilakukan dengan alat ukur yang terkalibrasi yaitu spigomanometer merkuri atau air raksa yang harus dilakukan uji validasi dan akurasi secara berkala. Pengukuran tekanan darah di ruang kerja secara akurat accurate blood pressure measurement in the office dilakukan dengan tensimeter baik aneroid, merkuri, atau elektronik harus kaliberasi dan divalidasi secara teratur. Pemeriksa tekanan darah harus terlatih dalam teknik pengukuran tekanan darah yang standar dan pasien harus diposisikan dengan baik. Pasien harus duduk dengan tenang minimal 5 menit di kursi bukan di meja pemeriksaan, dengan kaki di lantai dan tangan setentang jantung. Kafein, olahraga, dan rokok harus dihindari minimal 30 menit sebelum pemeriksaan. Pengukuran tekanan darah dalam posisi berdiri diindikasikan pasa orang dengan hipotensi postural. Lapisan kain pengukur tekanan daarah harus dilingkarkan minimal 80 luas lengan. Pengukuran tekanan darah harus dilakukan minimal dua kali pengukuran dan dihitung nilai rata-ratanya. Untuk pemeriksaan manual, palpasi nadi radialis hingga tidak teraba untuk memperkirakan tekanan darah sistolik. Kemudian naikkan 20-30 mm Hg di atasnya untuk penilaian secara auskultasi berikutnya. Pengempisan dilakukan dengan kecepatan 2 mm Hg per detik. Tekanan darah sistolik adalah tekanaan saat suara Korotkoff yang pertama terdengar fase 1 kemudian hilangnya suara korotkof menunjukkan nilai tekanan darah diastolik. fase 5. Pemeriksa harus menyebutkan secara lisan dan tulisan kepada pasien tentang tekanan darahanya dan tekanan darah ideal untukn pengobatannya. Follow up dilakukan pada penderita dengan hasil pemeriksaan normal setiap dua tahun, prehipertensi setiap 1 tahun kecuali terdapat perbedaan tekanan yang cukup jauh, hipertensi derajat satu setiap 2 bulan dan hipertensi derajat dua Universitas Sumatera Utara setiap 1 bulan. Bila tekanan darah melebihi 180110 harus dilakukan terapi dan evaluasi dalam 1 minggu. Metode pengukuran tekanan darah kedua adalah monitoring tekanan darah berjalan Ambulatory Blood Pressure Monitoring ABPM. Metode ini dapat menilai tekanan darah selama aktivitas harian dan selama tidur. Monitoring tekanan darah berjalan diindikasikan untuk pasien white coat hypertension, resistensi obat, hipotensi akibat obat anti hipertensi, disfungsi otonom dan hipertensi yang episodik. Metode pengukuran tekanan darah yang ketiga adalah metode pengukuran sendiri self measurement. Metode ini digunakan untuk menilai tekanan darah saat di ruang kerja dan saat di rumah. Metode ini biasanya dilakukan sebelum monitoring tekanan darah berjalan Menurut JNC VII, Kriteria diagnostik hipertensi adalah minimal dua kali pengukuran tekanan darah pada kesempatan yang berbeda, dengan nilai rata-rata hasi pengukuran tekanan darah sistolik di atas atau sama dengan 140 atau tekanan darah diastolik diatas atau sama dengan 90. JNC VII, 2003.

2.2. Fungsi Kognitif