Analisis Psikologis Tokoh Mamoru Kusaka Cuplikan 1 hal. 36

45 Setelah Mamoru mengetahui hal tersebut, ia merasa sangat sedih karena selama ini telah salah sangka terhadap Yoshitake. Ia juga kecewa karena berharap Yoshitake adalah ayah kandungnya yang selama ini telah meninggalkannya. Apalagi kenyataan bahwa Yoshitake malah diam-diam menguburkan jasad ayahnya sewaktu ayahnya hendak menyerahkan diri ke kantor polisi atas perbuatannya yang mencuri dana masyarakat. Mamoru sempat berkeinginan untuk mengikuti saran Harasawa, yaitu menghipnotis Yoshitake agar Yoshitake bunuh diri dengan cara melompat dari atas gedung kantornya. Mamoru bahkan telah membisikkan kata kunci di telinga Yoshitake. Namun Mamoru ingat nasehat Kakek untuk tidak menjadikan dendam sebagai pelampiasan, maka Mamoru akhirnya memutuskan untuk menolong Yoshitake dan memaafkan segala kesalahannya.

3.2 Analisis Psikologis Tokoh Mamoru Kusaka Cuplikan 1 hal. 36

Di samping pintu terdapat papan pengumuman dengan artikel tentang kecelakaan yang dialami pamannya, digunting dengan rapi, dan ditempel dengan paku payung. Di papan tulis besar terdapat tulisan kasar dengan kapur merah yang mengatakan, “PEMBUNUH” Sebuah anak panah menunjuk ke arah artikel tadi. Ke mana pun kau pergi pasti ada orang-orang yang berbuat seperti ini. Mamoru berusaha mengendalikan amarahnya. Orang-orang berengsek yang mendapatkan kesenangan dari penderitaan orang lain sama dengan kecoak; tak peduli seberapa banyak kau menyingkirkannya, selalu saja muncul lagi ratusan. Universitas Sumatera Utara 46 Analisis : Dari cuplikan berikut : “Mamoru berusaha mengendalikan amarahnya. Orang-orang berengsek yang mendapatkan kesenangan dari penderitaan orang lain sama dengan kecoak; tak peduli seberapa banyak kau menyingkirkannya, selalu saja muncul lagi ratusan. ” menunjukkan adanya indeksikal perbuatan Ego yang dilakukan oleh Mamoru. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa kemarahan merupakan salah satu bentuk perbuatan Id. Ego tahu benar bahwa sikap marah merupakan hal yang tidak baik, karena amarah tidak disenangi oleh siapapun dan cenderung akan melakukan tindakan yang buruk. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Ego bekerja sebagai prinsip realitas menyadari jika rasa marah harus dicegah dan tidak boleh dilampiaskan. Id Mamoru yang ingin meluapkan amarahnya berhasil ditekan karena Ego Mamoru lebih dominan. Mamoru berpikir bahwa meladeni orang-orang seperti itu sia-sia karena mereka akan tetap muncul seperti kecoak yang tak pernah habis dibasmi. Di sini Ego Mamoru berhasil mencegah perbuatan Id karena Mamoru mampu mengendalikan amarahnya dan memilih untuk diam saja. Mamoru merasa malu jika ia membalas perbuatan orang-orang yang suka mengejeknya karena hal tersebut adalah hal yang sia-sia. Mamoru tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri dan menambah masalah di sekolah. Hal ini sesuai dengan budaya malu Jepang, yaitu perbuatan malu merupakan suatu reaksi psikologis yang timbul karena adanya kritik atau ditertawakan oleh orang lain Benedict, 1989:106. Universitas Sumatera Utara 47 Cuplikan 2 hal. 96-97 Ketika ayahnya membuka pintu depan, suara hujan terdengar semakin keras dan bertahan selama beberapa detik lebih lama ketika Toshio berhenti sejenak, menoleh kembali ke dalam rumah sebelum dia berbalik untuk pergi. Pintunya tertutup, dan itulah kali terakhir Mamoru melihatnya. Setelah ayahnya pergi dan berita penggelapan dana itu mengemuka, ibunya menghabiskan lebih banyak waktu lagi dalam keadaan linglung. Dia akan memotong-motong sesuatu di dapur atau melipat cucian, lalu berhenti begitu saja dan pandangannya menerawang. Ujian-ujian bagi Mamoru dimulai saat semua temannya menolak bermain bersamanya. Dia menghabiskan seluruh masa kecilnya dengan mempelajari seperti apa rasanya kehilangan seorang ayah dan apa tepatnya yang telah dilakukan oleh lelaki itu. Ayahku telah menelantarkan aku. Rasanya aku ingin sekali mendorongnya ke dalam jurang agar ia tak bisa lagi menyakiti hati ibuku. Pemahaman akan fakta ini serupa dengan apa yang dirasakan anak-anak kecil saat pertama menyentuh kompor panas dan tiba-tiba menyadari bahwa api itu berbahaya. Mamoru berusaha keras untuk melupakan fakta tersebut dan menjaga jarak darinya. Analisis : Digambarkan bahwa Mamoru teringat kembali pada peristiwa ketika ayahnya pergi meninggalkan dirinya dan ibunya, serta bagaimana reaksi ibunya menghadapi musibah tersebut. Kalimat “Ayahku telah menelantarkan aku. Rasanya aku ingin sekali mendorongnya ke dalam jurang agar ia tak bisa lagi menyakiti hati ibuku. ” Universitas Sumatera Utara 48 menunjukkan adanya indeksikal perbuatan Id. Hasrat ingin membunuh muncul dalam diri Mamoru. Ia menganggap bahwa sang ayah telah banyak menyakiti hati ibunya, sehingga Mamoru berkeinginan untuk membunuh ayahnya. Namun pada kalimat “Mamoru berusaha keras untuk melupakan fakta tersebut dan menjaga jarak darinya. ” menunjukkan adanya indeksikal perbuatan Super Ego. Super Ego yang bekerja berdasarkan hati nurani menganggap bahwa membunuh bukanlah solusi dari permasalahannya. Apalagi membunuh ayah kandungnya sendiri, tentu merupakan tindakan tercela. Bagaimanapun seorang anak tidak boleh membunuh orangtuanya, meskipun orangtuanya jahat dan berkelakuan buruk. Ajaran Buddha tentang welas asih sedikitnya berhasil memengaruhi pikiran Mamoru. Mamoru merasa malu jika sampai membunuh ayahnya, karena bagaimana pun ayahnya telah membesarkan Mamoru dan Mamoru harus membalas budi ayahnya. Hal ini sesuai dengan budaya malu Jepang, yaitu rasa malu muncul karena ketidakmampuan membalas budi dari orang lain, atau disebut on, yang terdiri dari giri dan gimu Benedict, 1989:338. Konflik batin yang terjadi dalam diri Mamoru membuat jiwa Mamoru sedikit tertekan dan menutupinya dengan cara berusaha melupakannya. Mamoru merasa bahwa ayahnya telah membuat dirinya dan ibunya sangat menderita dan Mamoru tidak ingin mengingat masa lalunya itu. Di sini Id Mamoru yang ingin menghindari rasa sakit dengan cara membunuh ayahnya berhasil dicegah oleh Super Ego Mamoru yang berupa lebih memilih untuk melupakan fakta-fakta yang berhubungan dengan ayahnya. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Super Ego adalah sistem Universitas Sumatera Utara 49 kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan-aturan yang menyangkut baik atau buruk dan yang berisi kata hati seseorang. Cuplikan 3 hal. 192-193 Mamoru menatap wajah Nozaki yang pucat dan bertanya, “Apa yang Bapak pikirkan? Apakah menurutmu aku yang melakukannya? ” Nozaki menolak berbicara selama beberapa detik. Dia bahkan tak dapat memaksakan dirinya memandang wajah Mamoru. Akhirnya sang guru menggumam, “Aku—aku hanya ingin kau mengatakan yang sebenarnya.” “Kalau begitu masalahnya sederhana. Aku tidak melakukannya. Itu saja.” “Itu saja?” Nozaki menggeragap. “Apakah kau yakin hanya itu?” Mamoru memikirkan pamannya di penjara. Akhirnya Mamoru mengerti bagaimana perasaan lelaki itu sekarang ini. Tak adakah seseorang yang mau memercayaiku? Aku mengatakan yang sebenarnya Sekarang Mamoru marah, dan tahu dia tak dapat tinggal di sana lebih lama lagi. “Kau takut kepadaku” Dia menjeritkannya kepada lelaki yang berdiri di hadapannya, yang sedang mengerutkan bibir dan mata yang menolak menatapnya. Hanya memikirkan bahwa salah satu muridnya telah melakukan sesuatu yang tidak pantas sudah cukup membuatnya histeris gelisah. Analisis : Dari cuplikan “Kau takut kepadaku” Dia menjeritkannya kepada lelaki yang berdiri di hadapannya, yang sedang mengerutkan bibir dan mata yang menolak menatapnya. ” terdapat adanya indeksikal tentang perbuatan Id. Teriakan yang dilakukan oleh Mamoru merupakan bentuk dari sikap Id yang disebabkan Universitas Sumatera Utara 50 oleh adanya konflik batin yang terjadi di dalam diri Mamoru. Ia mengungkapkan kemarahannya kepada Nozaki, guru olahraganya. Di sini Ego tidak dapat menjalankan perannya dengan baik. Padahal tidak seharusnya seorang murid berkata kasar kepada gurunya, apalagi sampai berteriak. Ego tidak mampu mengendalikan Id karena Id Mamoru terlalu besar dan malah membantu Id dalam memuaskan hasrat dan kebutuhannya. Mamoru kesal karena dituduh melakukan perbuatan yang tak pernah ia lakukan dan merasa bahwa Nozaki mencurigainya karena Nozaki tahu ayah Mamoru merupakan tersangka kasus pencurian dana masyarakat sebesar 5 juta yen. Mamoru menganggap Nozaki tetap saja tidak memercayainya walaupun Mamoru telah berkata hal yang benar. Hal di atas mencerminkan sikap dari budaya malu Jepang, yaitu adanya penilaian pihak lain yang cenderung negatif, seperti sindiran, kritikan atau cemoohan. Rasa malu yang dimiliki masyarakat Jepang bukan malu yang muncul karena keberadaan Tuhan atau takut karena dosa, melainkan lebih kepada malu yang muncul dengan adanya keberadaan pihak lain Benedict, 1989:338. Id Mamoru yang bekerja sebagai prinsip kenikmatan pleasure principle berhasil mengalahkan Ego karena Mamoru tidak dapat menguasai dirinya dan malah berteriak marah kepada Nozaki. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud yang mengatakan bahwa Id merupakan suatu dorongan yang apabilan terpenuhi dengan segera maka akan tercapai perasaan senang atau puas. Universitas Sumatera Utara 51 Cuplikan 4 hal. 228-231 Segera setelah meninggalkan lahan sekolah, Mamoru pergi ke telepon umum dan menelepon ke rumah Miura. “Halo?” Miura terdengar menyenangkan secara tidak wajar; dia pasti sedang menunggu telepon dari kekasihnya. “Apa ini Miura?” “Yah, tapi … tunggu dulu Apakah ini kau, Kusaka?” Mamoru dapat merasakan tekanan darahnya meningkat, dan pelipisnya berdenyut-denyut. Dia mencoba berbicara sejelas dan setenang mungkin. “Aku hanya akan mengatakannya satu kali ini saja, Miura. Aku tahu tentang segala hal yang kau lakukan. Dan mengapa kau melakukannya. Itu karena aku anak baru di kota ini, aku anak kampung, dan aku anak yatim piatu parasit dengan ayah seorang pencuri. Bukankah begitu? Dan itulah tipe orang yang suka kau kerjai. Tetapi aku kasihan kepadamu, dan apa kau tahu kenapa? Kau telah membuka pintu yang seharusnya tertutup. ” Ada jeda sejenak sebelum Miura mulai berteriak, tetapi Mamoru sudah siap menghadapinya, dan berteriak balik ke arahnya. “Apakah kau dengar? Sekaranglah satu-satunya kesempatanmu. Aku tak akan lagi berbincang denganmu jika lain kali kau merasa ingin mengerjaiku Ya kan? Aku spons tak tahu terima kasih dengan ayah seorang pencuri. Tetapi ada satu hal lain yang tak kau ketahui. Ayahku menggelapkan uang, itu memang benar, tetapi dia juga pembunuh. Dia membunuh ibuku. Tak ada yang mengetahuinya. ” Mamoru tidak berbohong —dia menganggap ayahnya bertanggung jawab atas kematian sang ibu. “Grafiti yang kau tulis di rumahku? Itu benar Aku anak seorang pembunuh” Universitas Sumatera Utara 52 Miura terdiam lagi. “Selama ini kau benar, Miura Aku anak seorang pembunuh. Dan kau percaya hal-hal seperti itu merupakan faktor genetik, bukan? Pencuri melahirkan pencuri. Memang begitulah keadaannya. Jadi, lebih baik kau berhati-hati. Ada darah seorang pembunuh yang mengalir di nadiku. ” “Jika sekali lagi, LAGI, kau melakukan sesuatu terhadapku, terhadap semua temanku, atau keluargaku, aku tak akan menahan diri lagi. Kau bisa bersembunyi di balik sekian banyak kunci sesukamu atau kau bisa mencoba melarikan diri — tetapi itu tak akan ada gunanya bagimu. Aku akan mengikuti jejakmu. Bagaimana dengan sepeda motor milikmu? Apakah kendaraan itu terkunci dengan rapat dan baik di tempat yang aman? Lebih baik kau memeriksanya sebelum mengendarainya lain kali. Bisa saja kau sedang mengebut ketika remnya blong. ” Mamoru membanting gagang telepon dengan kadar yang tepat. Beban berat di perutnya mulai terurai. Dia sadar lututnya sendiri gemetaran. Mamoru bersandar di kaca bilik telepon umum dan menarik napas dalam-dalam. Analisis : Pada cuplikan kalimat “Jika sekali lagi, LAGI, kau melakukan sesuatu terhadapku, terhadap semua temanku, atau keluargaku, aku tak akan menahan diri lagi. ” menunjukkan adanya perbuatan Id. Mamoru menelepon Miura dan mengancamnya karena Miura telah memfitnah Mamoru dan menyakiti Miyashita, sahabat Mamoru. Terlihat gelombang kebencian yang bangkit di hatinya dan menimbulkan konflik batin yang sangat hebat di jiwa Mamoru. Dari cuplikan di atas dijelaskan adanya indeksikal tentang puncak konflik batin yang dialami Universitas Sumatera Utara 53 Mamoru di dalam hidupnya. Ia tidak bisa membiarkan Miura mengganggu hidupnya terus menerus. Mamoru menganggap bahwa Miura bukanlah orang yang patut untuk dikasihani dan Mamoru lupa pada rasa malunya. Padahal di dalam budaya malu Jepang, ajaran Shinto dan Buddhisme mengajarkan bahwa nilai yang paling tinggi adalah rasa malu. Oleh sebab itu, seluruh aktivitas mereka difokuskan pada usaha menjaga rasa malu tersebut. Dan seseorang yang tahu malu didefinisikan sebagai orang yang bajik Benedict, 1989:234. Di sini, Ego Mamoru berperan dalam memuaskan hasrat Id untuk mengancam Miura. Padahal di dalam prinsip realitas, Ego seharusnya mencegah Id dari perbuatan yang tidak baik. Begitu juga dengan Super Ego yang tidak dapat menjalankan fungsinya sebagai prinsip moralitas. Hati nurani Mamoru tidak bisa lagi mengendalikan rasa marah dan kesal yang ada pada diri Mamoru dan ia tidak memiliki rasa kasihan sedikitpun terhadap Miura. Dalam konflik tersebut, Id Mamoru yang bekerja untuk menghindari rasa sakit dan berusaha mengurangi ketegangan mendorong Ego Mamoru untuk melakukan suatu tindakan yang berupa ancaman terhadap Miura. Sementara Super Ego Mamoru yang bekerja berdasarkan prinsip moral tidak mempunyai kekuatan untuk meredakan keinginan Id. Terlihat pada reaksi Mamoru yang menggambarkan bahwa ia merasa lega karena telah mengancam Miura. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Id berfungsi berdasarkan prinsip kenikmatan, yaitu berusaha memeroleh kenikmatan dan menghindari rasa sakit. Universitas Sumatera Utara 54 Cuplikan 5 hal. 252-254 Puing-puing rumah itu sudah mendingin. Kapankah ledakannya terjadi? Jamnya berhenti pada pukul dua lewat sepuluh. Sekarang baru lewat setengah lima. Itu pasti terjadi pada pukul dua lewat sepuluh dini hari. Itu berarti bukan Hashimoto yang meneleponnya --- ada orang lain yang menelepon menggunakan namanya. Tiba-tiba saja segalanya tampak jelas. Mamoru-lah satu-satunya orang yang memiliki salinan artikel Information Channel. Itu menjadikannya salah satu mata rantai. Hanya dia yang memiliki bukti yang tersisa mengenai keterkaitan keempat perempuan itu. Mamoru mulai berkeringat dingin. Majalah itu ada di rumah Mamoru teringat bahwa dia telah memberikan Hashimoto sebuah memo berisi telepon rumah dan alamatnya. Siapa pun itu telah menemukannya dan menelepon Mamoru --- untuk memperingatkan bahwa dia adalah korban selanjutnya Mamoru harus menemukan telepon dan menghubungi bibinya. Dia berlari beberapa blok sampai menemukan satu telepon umum. Dalam kepanikan, dia berjuang mengingat nomor telepon rumahnya sendiri. Dia mengambil gagang telepon dan mendengar nada panggilnya. Barangkali dia sudah terlambat. Bagaimana kalau saluran teleponnya sibuk? “Halo, keluarga Asano,” jawab Bibi Yoriko. “Bibi, kau harus keluar dari rumah sekarang juga” “Apa? Siapa ini?” “Ini Mamoru. Aku tak punya waktu untuk menjelaskan. Lakukan saja apa yang kukatakan. Pergi dari rumah sekarang juga. Jangan bawa apa pun Universitas Sumatera Utara 55 bersamamu. Pastikan Paman Taizo dan Maki juga pergi bersamamu. Sekarang juga ” “Mamoru, apa gerangan yang terjadi padamu?” “Lakukan apa yang kukatakan Kumohon” “Aku tidak tahu apa sebenarnya masalahmu, tetapi seseorang menelepon lagi tadi sewaktu kau keluar. Hashimoto ini ingin kau meneleponnya …” “Aku tahu, itulah sebabnya …” “Dia memberiku nomornya. Apakah kau membutuhkannya sekarang?” Mamoru terdiam. Dia memberikan nomornya? Analisis : Pada kalimat “Mamoru harus menemukan telepon dan menghubungi bibinya ” nampak bahwa adanya indeksikal perbuatan Id. Mamoru takut keluarganya dibunuh oleh Harasawa, seperti Harasawa yang membunuh Hashimoto. Maka dengan bergegas ia berlari mencari telepon umum agar bisa memperingatkan bibinya yang sedang berada di rumah. Kemudian pada kalimat “Lakukan saja apa yang kukatakan. Pergi dari rumah sekarang juga. Jangan bawa apa pun bersamamu. Pastikan Paman Taizo dan Maki juga pergi bersamamu. Sekarang juga ” tercermin adanya sikap Ego. Ego bekerja sesuai dengan prinsip realita yang mendorong keinginan untuk menyelamatkan Bibi Yoriko, Paman Taizo dan Maki dari ancaman Harasawa. Sikap Mamoru ini mencerminkan budaya malu Jepang, yaitu wajib untuk membalas kebaikan orang lain Benedict, 1989:338. Dalam hal ini, Ego membantu hasrat Id Mamoru untuk melindungi orang- orang yang ia sayangi. Sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Universitas Sumatera Utara 56 Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan lingkungan pihak yang lain. Cuplikan 6 hal. 260-261 Rasa takut kembali mencengkeram hati Mamoru dengan sangat cepat seolah-olah melekat pada peluru. Dia dapat melihat wajah-wajah orang yang dikasihinya berkelebatan ketika segalanya menjadi jelas. Ingin sekali ia menghilangkan nyawa Harasawa karena takut Harasawa akan menyakiti keluarga dan para sahabat Mamoru. “Kau pengecut.” Hanya itu yang sanggup dilontarkan Mamoru. “Tak sulit bagimu untuk menemukanku dan membunuhku. Apa yang menahanmu? ” “Aku menyukaimu, Bocah. Kau berani, kau memiliki kecerdasan dan kau tahu cara menggunakannya. Ada banyak hal yang bisa kita bagi bersama-sama. ” “Tak ada apa pun …” “Bagaimana dengan percobaan kecil?” suara itu menukasnya. “Malam ini jam sembilan. Akan kugunakan seseorang dalam keluargamu untuk membuktikan bahwa aku dapat membuat orang lain melakukan apa pun yang kuinginkan. Kemudian kau dapat memutuskan apakah kau memercayaiku atau tidak. Tak akan terlalu terlambat bagimu untuk bertindak. ” Suara itu mengimbuhkan nada mengejek, “Begini saja, kalau kau masih merasa ingin bertindak …” “Kau gila Apakah kau tahu apa yang sedang kau lakukan?” “Bagaimana kalau kita mendiskusikannya saat kita bertemu nanti? Aku tak sabar menanti saat itu. Kita memiliki banyak kesamaan dan ada banyak hal yang Universitas Sumatera Utara 57 ingin ku ajarkan kepadamu. Sampai saat itu, lupakan semua hal tentang diriku. Aku yang akan menghubungimu. ” “Aku akan mencari Kazuko Takagi.” Mamoru memulai. “Akan kupastikan kau tak bisa menyakitinya. ” “Lakukan sesukamu.” Suara itu tertawa. “Tokyo itu luas. Bagaimana caramu menemukannya? Menurutku dia tidak berada di suatu tempat yang akan kau pikirkan. Dia tak akan menjawab jika kau memanggil-manggil namanya. Dia sudah sangat ketakutan. ” Orang itu pasti bermaksud mengatakan bahwa Kazuko Takagi tahu bahwa dialah satu-satunya dari keempat perempuan itu yang masih hidup. Analisis : Nampak pada kalimat “Ingin sekali ia menghilangkan nyawa Harasawa karena takut Harasawa akan menyakiti keluarga dan para sahabat Mamoru. ” terlihat adanya indeksikal perbuatan Id. Mamoru berpikir bahwa dengan menghilangkan nyawa Harasawa ia bisa melindungi orang-orang yang dikasihinya dari berbagai macam teror dan masalah yang akan dilakukan oleh Harasawa. Ketika itu Mamoru ditelepon oleh Harasawa yang berniat untuk membunuh Kazuko. Mamoru mengira Harasawa akan melakukan apapun agar Mamoru bersedia membantunya, termasuk menyakiti orang-orang di sekitar Mamoru. Namun perasaan ingin membunuh Harasawa itu hilang setelah Mamoru sadar bahwa ia harus menyelamatkan Kazuko. Terlihat dalam kalimat “Aku akan mencari Kazuko Takagi. ” Mamoru memulai. “Akan kupastikan kau tak bisa menyakitinya. ” bahwa Super Ego yang bekerja berdasarkan hati nurani membuat Mamoru ingin melindungi Kazoku, meski ia tahu Kazuko berada di Tokyo, Universitas Sumatera Utara 58 namun mencari seseorang di suatu daerah tanpa petunjuk apa-apa merupakan hal yang sulit. Ia khawatir tak dapat menemukan di mana Kazuko berada. Mamoru menganggap bahwa menyelamatkan Kazuko lebih penting daripada membunuh Harasawa. Mamoru juga berpendapat Kazuko layak untuk diberikan kesempatan hidup dan tidak pantas untuk dibunuh. Sikap Mamoru ini mencerminkan budaya malu Jepang, yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat kebaikan, apalagi membalas kebaikan yang telah ia terima dari orang lain. Jika ia tidak mampu, maka ia harus melakukan bunuh diri Benedict, 1989:107. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa Super Ego berhasil mengalahkan Id karena Mamoru tidak melampiaskan hasrat ingin membunuhnya kepada Harasawa dan malah berniat untuk menyelamatkan Kazuko. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Super Ego berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id. Cuplikan 7 hal. 274-275 Selama beberapa hari, Mamoru mengalami mimpi berulang di mana dia mendengar suara gas yang bocor. Bukan suara yang tidak biasa, tetapi itu terjadi di rumah Mamoru, yang untuk sejumlah alasan juga rumah Hashimoto. Mamoru dapat melihat siluet Hashimoto yang tertidur. Teleponnya berdering. Satu, dua, tiga kali. Mamoru terus berteriak, memperingatkan lelaki itu agar tidak mengangkatnya. Namun Hashimoto terbangun dan menjawab teleponnya. Kemudian terjadi ledakan teredam. Lidah-lidah api memecahkan jendela. Universitas Sumatera Utara 59 Mamoru terbangun, seperti yang dilakukannya pada satu titik dalam mimpi ini. Tubuhnya basah oleh peluh dan meringkuk dalam posisi janin, seolah-olah mencoba untuk melindungi dirinya sendiri dari dampak ledakan. Bagaimana kalau dia memberitahu seseorang? Bagaimana kalau dia membuat pengakuan mengenai semua ini? Namun tak seorang pun akan memercayainya. Mereka akan menertawainya, dan mengatakan bahwa dia butuh liburan. Dia bahkan akan berakhir menertawakan dirinya sendiri. Namun dia yakin bahwa orang yang akan diberitahunya akan tewas dalam hitungan hari setelah melompati atap atau berlari ke depan mobil yang melaju. Kemudian teleponnya berdering untuk Mamoru : Bocah, kau telah melanggar janji … Pada akhirnya Mamoru berpikir bahwa Harasawa tak dapat ia hindari. Mamoru tak bisa bersembunyi ke mana pun. Yang bisa ia lakukan hanyalah melindungi orang-orang yang ia cintai. Apapun akan ia lakukan demi mereka. Tidak, dia tak dapat memberi tahu orang lain. Dan karena dia tak bisa membicarakannya, dia berhenti mengatakan banyak hal. Maki tidak senang, dan dia terus bertanya mengapa Mamoru jadi mudah marah seperti itu. Yoichi Miyashita akan mendekatinya untuk mengobrol, mengamati wajahnya, dan kemudian menjauh lagi. Anego telah berhenti bersikap khawatir dan hanya merasa jengkel. Mamoru bahkan tak mau berbicara pada Takano, yang memutuskan sendiri untuk keluar dari rumah sakit sehingga dia bisa menangani bisnis akhir tahun di bagian Buku di Laurel. Analisis : Dari cuplikan di atas dijelaskan bahwa tersirat rasa takut dalam diri Mamoru karena mendapat ancaman dari Harasawa untuk tidak mengatakan hal yang Universitas Sumatera Utara 60 sebenarnya terjadi kepada siapapun. Dalam kalimat “Yang bisa ia lakukan hanyalah melindungi orang-orang yang ia cintai. ” menunjukkan adanya perbuatan Id, yaitu hasrat ingin melindungi semua orang yang disayangi oleh Mamoru. Sedangkan pada kalimat “Tidak, dia tak dapat memberi tahu orang lain. Dan karena dia tak bisa membicarakannya, dia berhenti mengatakan banyak hal. ” terlihat adanya indeksikal perbuatan Ego. Mamoru sadar bahwa ia tidak dapat berbuat apa-apa selain menyembunyikan semua masalahnya. Ego membuat Mamoru berpikir secara realitas bahwa ia tidak bisa memberitahukan permasalahannya kepada siapapun. Ia takut orang-orang di sekitarnya terluka. Maka ia lebih memilih untuk berhenti bicara dan berubah menjadi sosok pendiam, meskipun banyak orang yang khawatir dan mencoba bicara dengan dirinya. Hal ini sesuai dengan budaya malu Jepang, yaitu merasa malu apabila ia dijadikan bulan-bulanan atau ditolak oleh orang lain, atau dengan membayangkan bahwa dirinya telah dijadikan atau menjadikan orang lain sebagai bulan-bulanan Benedict, 1989:223. Di sini terlihat bahwa Id Mamoru yang bekerja sebagai prinsip kenikmatan ingin menghindari rasa takut dan berusaha mengurangi ketegangan mendorong Ego Mamoru sehingga mengambil suatu tindakan yaitu berupa pengacuhan terhadap sekitar. Mamoru lebih memilih untuk tidak berbicara dengan siapapun dan lebih suka memendam masalahnya sendirian. Id lebih dominan dan berhasil mengalahkan Ego. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa tegangan itu merupakan suatu keadaan yang relative inaktif dan rasa sakit adalah tegangan atau peningkatan energi yang mendambakan kepuasan. Bagi individu, tegangan adalah suatu hal yang sangat tidak menyenangkan. Universitas Sumatera Utara 61 Cuplikan 8 hal. 317-319 “Hanya ini makanan terbaik yang ada di Laurel, maaf.” Yoshitake mengajak Mamoru untuk makan siang bersamanya, dan Mamoru menyarankan restoran China di lantai lima pujasera. Mamoru tahu bahwa Yoshitake mungkin pernah bersantap di restoran yang lebih baik di seluruh dunia, tetapi hanya sejauh inilah Mamoru bisa pergi pada saat istirahatnya. Yoshitake mengelap tangan dengan handuk hangat yang diberikan pramusaji kepadanya, lalu tersenyum. “Jangan mencemaskan itu. Andai saja kau melihat apa yang sering kusantap saat makan siang. Biasanya makanan cepat saji. ” “Sungguh?” “Ya, sungguh. Nasi panas dan sup miso adalah makanan paling lezat yang bisa kupikirkan. Itulah yang kurindukan saat aku tinggal di kamar kontrakan. ” “Makanan ini juga sudah enak,” kata Mamoru sambil menelan ludah, membayangkan berbagai macam makanan enak akan masuk ke dalam mulutnya. Yoshitake memesan beberapa item menu yang lebih mahal, dengan buah leci sebagai pencuci mulut. Pramusajinya memiringkan kepala dengan ragu saat berjalan kembali ke dapur dengan pesanan mereka. Mamoru tiba-tiba khawatir restoran itu mungkin tidak memiliki stok buah leci. “Aku mampir di rumahmu dan mendapati bahwa kau bekerja di sini selama liburan. ” Taizo dan Yoriko sedang menghabiskan “Tahun Baru mereka di tempat tidur ”. Terutama Taizo yang tak terbiasa dengan kegiatan angkut-mengangkut dalam pekerjaan barunya dan sekarang sedang mengalami sakit punggung. Mamoru hanya bisa membayangkan mereka sibuk bersih-bersih ketika Yoshitake muncul secara tak terduga di pintu depan rumah mereka. Universitas Sumatera Utara 62 Ketika makanannya datang, lelaki yang lebih tua itu mendorong Mamoru untuk menyantapnya. “Sebaiknya kau cepat makan. Kelihatannya kau akan sibuk lagi sore ini. ” “Keluargaku pasti akan iri karena aku menyantap makanan selezat ini siang- siang ” Analisis : Nampak dalam kalimat “Makanan ini juga sudah enak,” kata Mamoru sambil menelan ludah, membayangkan berbagai macam makanan enak akan masuk ke dalam mulutnya. ” bahwa terdapat indeksikal perbuatan Id. Makanan tersebut sangat mewah bagi Mamoru, bahkan ia belum pernah memakannya. Keinginan Mamoru untuk segera menyantap makanan enak sedikit dia tahan karena merasa segan dengan Yoshitake. Ia malu memperlihatkan rasa laparnya, apalagi ia tahu bahwa Yoshitake mungkin pernah memakan makanan yang lebih enak di restoran terbaik di seluruh dunia. Hal ini sesuai dengan budaya malu Jepang, yaitu untuk tidak bersikap sesuatu yang mempermalukan diri sendiri di depan orang lain Benedict, 1989:109. Dan pada kalimat “Sebaiknya kau cepat makan. Kelihatannya kau akan sibuk lagi sore ini. ” terdapat indeksikal adanya perbuatan Ego. Yoshitake berperan sebagai Ego Mamoru, yaitu menyuruhnya memakan makanan yang telah terhidang di atas meja sehingga Mamoru tanpa ragu melahapnya dengan gembira. Dalam hal ini Ego mendorong keinginan Id. Id Mamoru ingin langsung memakan apa yang disajikan pramusaji karena rasa lapar memerintahkannya untuk segera makan. Dan Ego membantu Id untuk mencapai kepuasan tersebut. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud yang menyatakan bahwa Universitas Sumatera Utara 63 Ego memilih dorongan mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Cuplikan 9 hal. 324-326 Kesadaran Yoshitake kembali sekitar satu jam kemudian di ranjang rumah sakit umum. Mamoru duduk di kursi yang ditariknya ke kaki ranjang. Wajah Yoshitake membiru dan dia mencengkeram bagian dada sebelah kirinya ketika terjatuh, sehingga para dokter awalnya mengira dia terkena serangan jantung. Mamoru takut hal terburuklah yang terjadi, dan menunggu di koridor dengan mata yang terpancang ke pintu ruangan tempat Yoshitake dirawat. Namun, dalam waktu setengah jam denyut nadi dan tekanan darah Yoshitake mulai stabil dan napasnya mulai kembali normal. Dokternya kebingungan, dan memutuskan agar ia dirawat inap untuk observasi. “Apa yang terjadi?” Itu adalah kata-kata pertama yang diucapkan Yoshitake. “Harusnya aku yang mengatakannya Bagaimana perasaanmu?” Mamoru merespons seraya menekan tombol untuk memanggil perawat, tepat seperti yang telah diinstruksikan. Mamoru merenungkan apa yang terjadi sementara dia mendengarkan pembicaraan antara Yoshitake dengan dokternya. Dia bertingkah aneh, hampir seperti lelaki yang waktu itu. Itulah yang dikatakan Takano. Itu berarti Yoshitake mungkin ambruk karena video-video subliminal itu. “Kapan terakhir kali Anda memeriksa kesehatan Anda?” tanya si dokter. “Musim semi tahun lalu. Aku menghabiskan waktu seminggu menjalani tes,” jawab Yoshitake. “Apakah aku terkena serangan jantung?” Universitas Sumatera Utara 64 “Tidak, bukan seperti itu,” sang dokter merespons. “Segalanya normal, tetapi letaknya tidak tepat. Pernahkah sesuatu seperti ini terjadi sebelumnya? ” “Tidak. Aku sendiri tak bisa memercayainya. Apakah aku benar-benar pingsan? ” “Saya mau mengadakan sejumlah tes, jadi Anda harus menginap di sini selama beberapa hari. ” “Tetapi aku baik-baik saja.” Yoshitake mencoba mendebatnya, tetapi dokter sekaligus perawatnya meninggalkan kamar. “Kau harus memikirkan kesehatanmu. Itu yang terpenting.” Mamoru tersenyum dan mencoba menenangkannya. “Dia terlalu berlebihan.” Yoshitake mendesah. “Aku cuma agak stress. Itulah yang terjadi. Terutama sejak Desember. Aku bangun pagi-pagi buta dan tak selalu dapat mengingat apa yang telah kulakukan malam sebelumnya. Aku pasti minum terlalu banyak. Apakah kau naik ambulans bersamaku? ” Dia menatap Mamoru yang masih mengenakan seragam Laurel. Mamoru mengangguk. “Aku menghubungi rumahmu. Pelayanmu bilang dia akan membawakan barang-barangmu. ” “Wah, terima kasih, kuhargai itu.” Analisis : Dari cuplikan kalimat berikut “Kau harus memikirkan kesehatanmu. Itu yang terpenting. ” menunjukkan adanya perbuatan Id. Terlihat bahwa Mamoru khawatir dengan keadaan Yoshitake yang tiba-tiba ambruk dan harus dirawat di rumah sakit. Mamoru ingin agar Yoshitake lebih memikirkan kesehatannya karena itu merupakan hal yang paling penting. Di sini tercermin sikap dari budaya Universitas Sumatera Utara 65 malu Jepang, yaitu berusaha semaksimal mungkin untuk berbuat kebaikan, apalagi membalas kebaikan yang telah ia terima dari orang lain Benedict, 1989:107. Kemudian dalam kalimat “Aku menghubungi rumahmu. Pelayanmu bilang dia akan membawakan barang-barangmu. ” terlihat adanya perbuatan Ego. Di sini, Ego Mamoru berperan sebagai prinsip realitas menganggap bahwa menghubungi dan mengabari pelayan Yoshitake adalah tindakan yang tepat. Jadi keluarga Yoshitake bisa mengetahui bagaimana kondisi Yoshitake saat ini dan apa saja yang dibutuhkan Yoshitake selama di rumah sakit bisa dibawakan oleh para pelayannya. Dalam hal ini, Ego Mamoru membantu Id agar keinginan untuk menjaga Yoshitake bisa terwujud. Dengan kata lain, Ego Mamoru bekerja dengan baik dalam memuaskan hasrat Id. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek nyata yang dapat memuaskan kebutuhan. Cuplikan 10 hal. 387-388 “Apa yang ada di pikiranmu?” tanya Yoshitake. Mamoru telah menelepon hari ini untuk menyampaikan bahwa ada yang harus dibicarakannya, dan bertanya apakah Yoshitake bisa menemuinya; dia akan merasa senang hati bertemu dengan Yoshitake di dekat kantornya. “Apakah kau sudah merasa baikan?” Mamoru bertanya. “Sejak awal memang tak ada yang salah. Dokternya juga tidak mengerti.” Universitas Sumatera Utara 66 Mamoru kesulitan berbicara. Dia tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Yoshitake dan kulit halus kecoklatannya akibat main golf. Ayahku sudah lama mati selama kau bermain golf, minum-minum, dan bahkan saat kau berada di kantor polisi memberikan kesaksian. Sekarang dia hanya tumpukan tulang yang dikuburkan di gunung antah berantah. Kau menjalani hidup bahagia selama waktu aku membenci ayahku, semua tahun- tahun ibuku menunggunya untuk pulang. Hanya kaulah pihak yang merasakan kebahagiaan. “Ada masalah apa?” Ekspresi Yoshitake berubah mendung. “Mengapa kau menatapku seperti itu? ” “Seperti apa?” Mamoru mengambil cangkir kopi, dan menjatuhkannya. Cairan hitam tertumpah dari cangkir porselen itu ke tangannya. Mamoru bertanya- tanya sambil lalu apakah warnanya menyerupai darah. Analisis : Dalam kalimat “Kau menjalani hidup bahagia selama waktu aku membenci ayahku, semua tahun-tahun ibuku menunggunya untuk pulang. Hanya kaulah pihak yang merasakan kebahagiaan. ” dapat dilihat adanya indeksikal tentang hasrat Id berupa puncak konflik batin yaitu tersirat rasa benci yang Mamoru tanam kepada Yoshitake karena Yoshitake telah menabrak ayah Mamoru hingga meninggal dunia dan menguburkannya di gunung di Hirakawa, namun Yoshitake tak mau menyerahkan dirinya pada polisi dan lebih memilih untuk menyimpan rahasianya dalam-dalam. Mamoru diliputi perasaan bimbang karena di satu sisi ia telah banyak dibantu oleh Yoshitake, namun di sisi yang lain Yoshitake tanpa sengaja telah merampas kebahagiaan hidupnya. Hal ini sesuai dengan budaya Universitas Sumatera Utara 67 malu Jepang, yaitu rasa malu yang muncul karena tidak mampu membalas budi orang lain Benedict, 1989:338. Dalam konflik tersebut, Id Mamoru yang bekerja untuk menghindari rasa sakit berusaha mengurangi ketegangan mendorong Ego Mamoru. Namun Id Mamoru belum cukup kuat mendorong Ego Mamoru untuk melakukan suatu tindakan apapun. Mamoru diselimuti kemarahan tanpa mampu berbuat apa-apa. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Id selalu menginginkan atau mendorong hal-hal yang dikehendaki agar perasaan puas bisa segera diwujudkan. Cuplikan 11 hal. 396-397 Mamoru perlahan-lahan menuruni tangga. Dia harus duduk sebentar dan beristirahat. Pada saat dia tiba di luar, saljunya turun semakin deras. Segera saja jaket dan celananya tertutup warna putih. Dia berpikir untuk berhenti dan diam saja di sana selamanya, seperti sebuah kotak surat. Dia mulai berjalan, dan dia dapat melihat jejak kakinya di salju. Dia berada di turunan. Dia tidak berhasil sampai ke puncak. Dia menemukan telepon umum, menekan nomor tertentu dan menunggu. Apakah Harasawa terlalu lemah untuk menggapai telepon? “Halo?” Suara parau akhirnya menjawab. “Ini aku.” Ada keheningan panjang. “Halo? Dapatkah kau mendengarku? Malam ini tidak berkabut, tetapi bersalju. ” Dagu Mamoru mulai bergetar. “Apakah kau dengar? Saat ini bersalju. Universitas Sumatera Utara 68 Aku tak bisa melakukannya. Kupikir aku sanggup, tetapi aku gagal. Apakah kau mengerti? Aku tak bisa melakukannya seperti yang kau lakukan. Aku tak membiarkan Yoshitake mati. ” Salju di atas pipinya mulai mencair dan mengalir menuruni wajahnya. “Aku tak dapat membunuhnya. Aku tak dapat membunuh lelaki yang membunuh ayahku. Menggelikan sekali ” Analisis : Pada cuplikan dalam kalimat “Aku tak bisa melakukannya. Kupikir aku sanggup, tetapi aku gagal. Apakah kau mengerti? Aku tak bisa melakukannya seperti yang kau lakukan. Aku tak membiarkan Yoshitake mati. ” menunjukkan adanya indeksikal perbuatan Super Ego. Super Ego yang bekerja sebagai prinsip moralitas berperan dengan sangat baik. Mamoru menelepon Harasawa dan mengatakan padanya bahwa ia tak dapat membunuh Yoshitake yang secara tidak sengaja telah membunuh ayah Mamoru. Terlihat bahwa Mamoru tidak mampu untuk membalaskan dendamnya kepada Yoshitake. Mamoru merasa malu jika ia sampai membunuh Yoshitake, padahal ia berkewajiban untuk memaafkan Yoshitake dan menjebloskannya ke dalam penjara. Hal ini sesuai dengan budaya malu Jepang, yaitu rasa malu akan muncul apabila seseorang tidak mampu menunaikan kewajibannya dengan baik Benedict, 1989:105. Meski Id Mamoru menginginkan hal tersebut terjadi, namun Super Ego Mamoru yang bertugas untuk melakukan hal yang sesuai dengan hati nurani cenderung bersikap lebih dominan. Dengan kata lain, Super Ego Mamoru berhasil menekan Id Mamoru. Hal ini sesuai dengan teori kepribadian Sigmund Freud bahwa Super Ego berfungsi sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls- Universitas Sumatera Utara 69 impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. Universitas Sumatera Utara 70

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN