32
kenyataannya saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya Nurgiyantoro, 1995:227.
a. Latar Tempat
Latar tempat berhubungan dengan lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa
tempat-tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, ataupun lokasi tertentu tanpa nama yang jelas. Penggunaan latar tempat dengan nama-nama tertentu haruslah
mencerminkan ataupun tidak bertentangan dengan sifat dan keadaan geografis tempat yang bersangkutan. Deskripsi tempat secara teliti dan realistis ini penting
untuk memberikan kesan kepada pembaca bahwa seolah-olah hal yang diceritakan itu sungguh-sungguh ada dan terjadi di tempat seperti yang terdapat dalam cerita.
Dalam hal ini, lokasi tempat berlangsungnya cerita dalam novel The Devil ’s
Whisper adalah kota Tokyo di Jepang. Disebutkan bahwa tempat tinggal sang tokoh utama terdapat kanal-kanal besar sebagai penghalang ketika sungai meluap
sewaktu diterjang angin topan.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi yang biasanya dihubungkan dengan waktu faktual. Latar waktu juga harus dikaitkan dengan latar tempat dan
latar sosial karena pada kenyataannya memang saling berkaitan. Digambarkan bahwa kisah dalam novel ini berlangsung pada musim dingin
pada tahun 1989.
Universitas Sumatera Utara
33
c. Latar Sosial Budaya
Latar sosial berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial
masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks, dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup,
cara bersikap, dan lain-lain. Di samping itu, latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan, misalnya kalangan bawah, menengah, atau
atas. Latar sosial dari tokoh utama dalam novel The Devil
’s Whisper yaitu Mamoru Kusaka yang berusia 16 tahun, berstatus sebagai pelajar SMA yang tidak
memiliki banyak teman karena pernah dikucilkan sewaktu ia kecil. Ia juga berstatus sebagai karyawan paruh waktu di sebuah toko.
Di dalam novel ini pun memiliki latar budaya yang kuat, yaitu budaya malu atau haji
恥 . Bagi bangsa Jepang, keutamaan rasa malu sangat penting karena
merupakan akar dari kebajikan. Dan orang-orang yang tidak memiliki rasa malu dianggap sebagai orang yang tidak mempunyai hati nurani yang bersih.
Itulah sebabnya mengapa Mamoru dan ibunya dikucilkan oleh masyarakat sekitar ketika Toshio Kusaka ketahuan mencuri dana masyarakat sebesar 5 juta
yen. Masyarakat menganggap bahwa Toshio telah mempermalukan bukan hanya dirinya dan keluarganya, melainkan juga seluruh masyarakat yang ada di sana,
sehingga dengan pengucilan terhadap Mamoru dan ibunya dianggap sebagai bentuk balasan atau akibat dari perbuatan aib yang dilakukan oleh Toshio.
Universitas Sumatera Utara
34
2.3 Biografi Pengarang