Ego Super Ego TINJAUAN UMUM TERHADA

37 Proses kedua yaitu proses primer, adalah suatu proses yang melibatkan sejumlah reaksi psikologis yang rumit. Proses primer dilakukan dengan membayangkan atau mengkhayalkan sesuatu yang dapat mengurangi atau menghilangkan tegangan dan dipakai untuk menangani stimulus kompleks, seperti seorang bayi yang lapar membayangkan makanan. Proses membentuk gambaran objek yang dapat mengurangi tegangan disebut pemenuhan hasrat wish fulfillment, misalnya lamunan, mimpi dan halusinasi psikotik. Tetapi bagaimanapun menurut prinsip realitas yang bersifat objektif, proses primer dengan objek yang dihadirkannya itu tidak akan mampu sungguh-sungguh mengurangi tegangan. Id tidak mampu menilai atau membedakan mana yang benar dan mana yang salah serta tidak tahu moral. Jadi harus dikembangkan jalan memperoleh khayalan itu secara nyata yang memberi kepuasan tanpa menimbulkan ketegangan baru khususnya masalah moral. Alasan inilah yang membuat Id memunculkan Ego.

b. Ego

Ego berkembang dari Id agar mampu menangani realita, sehingga Ego beroperasi mengikuti prinsip realita. Ego berusaha memperoleh kepuasan yang dituntut Id dengan mencegah terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan objek nyata yang dapat memuaskan kebutuhan. Ego memiliki dua tugas utama. Yang pertama adalah memilih dorongan mana yang akan dipuaskan sesuai dengan prioritas kebutuhan. Yang kedua adalah menentukan kapan dan bagaimana kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang resikonya minimal. Universitas Sumatera Utara 38 Menurut Freud, Ego terbentuk pada struktur kepribadian individu sebagai hasil kontak dengan dunia luar. Ego dalam menjalankan fungsinya tidak ditujukan untuk menghambat pemuasan kebutuhan-kebutuhan yang berasal dari Id, melainkan sebagai perantara dari tuntutan naluri dari satu pihak dengan keadaan lingkungan pihak yang lain. Yang dihambat oleh Ego adalah pengungkapan naluri-naluri yang tidak layak atau tidak bisa diterima oleh lingkungan. Jadi dalam melaksanakan tugasnya, Ego harus menjaga benar bahwa pelaksanaan dorongan ini tidak bertentangan dengan kenyataan dan tuntutan-tuntutan dari Super Ego.

c. Super Ego

Super Ego adalah sistem kepribadian yang berisi nilai-nilai atau aturan- aturan yang menyangkut baik atau buruk, yang berisi kata hati seseorang. Kata hati ini berhubungan dengan lingkungan sosial dan mempunyai nilai moral sehingga merupakan kontrol atau sensor terhadap dorongan-dorongan yang datang dari Id. Menurut Freud, Super Ego terbentuk melalui internalisasi nilai dan aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru. Adapun fungsi utama dari Super Ego adalah : a Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri Id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat. b Mengarahkan Ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan. Universitas Sumatera Utara 39 c Mendorong individu mencapai kesempurnaan. Aktivitas Super Ego dalam diri individu, terutama apabila aktivitas ini bertentangan atau terjadi konflik dengan Ego, akan muncul dalam bentuk emosi- emosi tertentu seperti perasaan bersalah atau penyesalan. Bila Ego gagal menjaga keseimbangan antara dorongan dari Id dan larangan dari Super Ego, maka seseorang akan menderita konflik batin yang terus menerus dan konflik batin ini akan menjadi dasar dalam penyakit kejiwaan. Sikap tertentu dari individu seperti observasi diri, koreksi atau kritik diri juga bersumber pada Super Ego. Id, Ego dan Super Ego membutuhkan energi psikis untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Universitas Sumatera Utara 9

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Secara harfiah, kata sastra berasal dari bahasa Latin, yaitu littera yang berarti ‘tulisan’. Bahasa Indonesia mengambil pengertian sastra dari Sansekerta yang berarti ‘teks yang mengandung instruksi’. Sastra berkaitan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan sehingga hasil karya sastra banyak mengandung unsur kemanusiaan, antara lain : perasaan emosional, rasa kagum, solidaritas, dan lain-lain. Karya sastra pada dasarnya dibagi menjadi 2 macam, yakni karya sastra yang bersifat fiksi dan karya sastra yang bersifat non fiksi. Karya sastra yang bersifat fiksi berupa cerita pendek cerpen, cerita rakyat, essai dan novel. Sedangkan karya sastra yang bersifat non fiksi berupa drama, lagu dan puisi. Novel berasal dari bahasa Itali novella yang berarti ‘sebuah barang baru yang kecil’, lalu diartikan sebagai ‘cerita pendek dalam bentuk prosa’. Indonesia mengambil istilah novel dari bahasa Inggris novellet, artinya sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukup, tidak terlalu panjang namun juga tidak terlalu pendek. Menurut Tarigan 1990:164 novel adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan yang nyata dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau. Hal ini berarti di dalam sebuah novel menceritakan kisah nyata tentang suatu keadaan yang terjadi dalam masayarakat. Universitas Sumatera Utara