perpindahan panas ke dalam tubuh operator melalui alat yang digunakan untuk mengangkat kerak anoda, dapat dilihat pada Tabel 5.6.
Perpindahan panas selanjutnya akan dibahas pada nilai ISBB yang ditunjukkan pada sub bab 6.2.
6.2. Analisis Nilai Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB
Berdasarkan perhitungan nilai Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB diperoleh nilai rata-rata sebesar 33,5
o
C. Hal ini menunjukkan bahwa iklim kerja di departemen SRO melebihi NAB yang ditetapkan SNI 16-7063-2004. Untuk
beban kerja berat dengan waktu kerja 75 nilai ISBB yang diperbolehkan adalah 25,9
o
C. Rekapitulasi nilai Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB dapat dilihat pada tabel 6.3.
Tabel 6.3 Rekapitulasi Nilai ISBB Titik
Temperatur Basah
o
C Temperatur
Globe
o
C ISBB
O
C 1
30.2 40.1
33.2 30.0
40.8 33.2
30.1 40.0
33.1
2
31.0 39.6
33.6 30.7
41.4 33.9
30.2 40.2
33.2
3
30.4 40.8
33.5 30.3
40.9 33.5
30.0 41.1
33.3
4
30.1 40.4
33.2 30.3
40.9 33.4
30.0 40.6
33.2
5
30.4 42.7
34.1 30.2
42.2 33.8
30.0 42.9
33.8
Rata-rata 30,3
41 33.5
Universitas Sumatera Utara
Berdasaskan Tabel 6.3 dilakukan perhitungan regresi dan korelasi dari tiap variabel termal terhadap nilai ISBB. Variabel temperatur basah memiliki nilai
korelasi yaitu 0,231 dan temperatur globe yaitu sebesar 0.582. Hal ini menunjukkan bahwa temperatur basah memiliki korelasi lemah berpengaruh
lemah, sedangkan temperatur globe memiliki korelasi kuat berpengaruh kuat terhadap ISBB. Rekapitulasi perhitungan korelasi dari tiap variabel termal ISBB
dapat di lihat pada Tabel 6.4.
Tabel 6.4 Rekapitulasi Perhitungan Korelasi Dari Tiap Variabel Termal ISBB
No. Variabel
Korelasi HSI
1 Temperatur Basah
r = 0,231 2
Temperatur Globe r = 0,582
Perhitungan nilai Indeks Suhu Basah dan Bola ISBB digunakan untuk mengetahui parameter iklim kerja. Hal ini menunjukkan bahwa jika temperatur
pada SRO bersuhu tinggi maka nilai ISBB juga semakin besar. Temperatur yang tinggi pada SRO mengakibatkan adanya perpindahan panas ke dalam tubuh
operator melalui alat pengangkat kerak anoda. Karena alat pengangkat kerak anoda aktual menggunakan material dari besi yang mempunyai konduktivitas
termal 80 Wm
-1
k
-1
. Hal ini dapat mempengaruhi waktu kerja operator tidak optimal. Sehingga perlu dilakukan pemilihan material yang mempunyai
konduktivitas termal yang lebih rendah dari besi untuk untuk mereduksi hantaran
panas ke kulit operator.
Universitas Sumatera Utara
6.3. Analisis Waktu Kerja Operator