Study pengelolaan dana bantuan operasional sekolah (BOS) dalam mensukseskan wajib belajar sembilan tahun di MTs. Sunwaanunnajah Pondok Aren Tangerang Selatan

(1)

DATAM MENSUKSESKAN WA'IB BELA'AR SEMBI1AN TAHUN DI MTS. S UNWAANUNNAJAH PONDOK AREN

TANGERANG SEIATAN

Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Strata Satu (S-1) Pada Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas lslam Negeri

SYARIF H IDAYATU

LLAH JAKARTA

O l e h :

SINTA DWI PERMATA NIM:1040182qn64

JURUSAN

KEPENDIDIKAN

ISTAM MANAJEMEN

PENDIDIKAN

FAKULTAS

ILMU TARBIVAH

DAN KEGURUAN

uNlvERslTAs

lstAM NEGERI

(UlNl

SYARIF

HIDAYATUTLAH

JAKARTA

2011 ifilt4'3'2H

t rln,


(2)

Unwaanunnajah Pondok Aren" yang disusun oleh Sinta Dwi Pennata, dengan Nomor Induk Mahasiswa 104018200634 telah diajukan pada tanggal 16 September 20l l dan telah diterima dan disalrkan oleh dewan penguji skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S-l) pada jurusan Kependidikan Islam-Manajemen Pendidikan.

Jakart4 27 September 20ll Panitia Ujian Munaqosah

Ketua Panitia Tanggal

5 ?i, .o** r.ru.r.r*u

du /Yl

KetuaProgram Studi 24 1^ Drs. H. Muarif SAM. M.Pd ...:.'.y.7. NrP. 19650717 1994031 005

y/,i

NrP. 19560530 197903 1 004

Penguji I

Prof. Dr. Zuinal Z. MA NrP. 19490801 197611 2 001 Penguji II

Drs. H. Mudjahid Ak M.Sc NIP. 19470714 196510 I 001

i!ls

- / /

2ott

^Rnt I


(3)

(BOS) DALAM MENSUKSESKAN WAIIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN DI MTS UNWAANUNNAJAH PONDOK AREN TA}IGSEL

Disetujui Untuk Diajukan Dalam Sidang Skripsi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu(S-l)

Oleh:

Sinta Dwi Permata NM: 104018200634

Disetujui:

Jakarta" 23 Agustus 2011

Dosen Pembimbing

(Dra. Nurlena Rifa'I, MA,Ph.D)

JURUS$I KEPENDIDIKAN ISLAM MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Ketersediaan anggaftm yang memadai dalam penyelenggaraan pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan tersebut. Oleh karena itu pemerintah membuat suatu program yang bertujuan untuk meringankan balrkan membebaskan biaya pendidikan bagi rakyat miskin yaitu Program Bantuan Operasional (BOS. Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal seperti: (l)Madrasah mengelola dana secara professional, fransparan dan dapat dipertanggungiawabkan. Dan (2) BOS harus meqiadi sarma penting untuk meningkatkan pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses, mutu dan manajemen madrasah. Berkaitan dengan ihq penulis ingin mengetahui lebih dalarn bagaimana suatu organisasi mengelola dana tersebut. Apakah sudah sesuai dengan buku panduan dan dapat membantu mensukseskan wajib belajar Sembilan tahun.

Dalam mengumpulkan data penulis menggunakan teknik wawancara dan studi dokumenter. Dalam teknik wawancara narasumber yang penulis pilih adalah kepala sekolah, komite sekolah, kepala administasi, dan tiga orang guru bidang study ( satu orang laki-laki dan dua perempuan) yang fenulis pilih secara acak berdasarkan masa mengajar di madrasah tersebut. Sedangkan dokumen yang dikumpulkan adalatr data tentang dana BOS seperti data anak yang mendapat subsidi dan jumlah dana yang diperoleh serta data tentang sekitar madrasah.

Berdasarkan wawancara dan dokumen penulis menyimpulkan bahwa Pengelolaan dana BOS di MTs Unwaanunnajah sudalr sesuai dengan buku panduan dan cukup baik untuk meringankan biaya pendidikan di sekolatr tersebut, karena penggunaan dana BOS dialokasikan pada pos-pos yang tepat sesuai dengan RAPBS yang sebelumnya telah dirapatkan oleh pihak-pihak yang terkait, yaitu dengan orang tua siswa, guru-guru, dan komite sekolah.


(5)

Bismillahinohmanirrohim

Tiada kata yang patut terucapkan, kecuali rasa syukur terhadap Allah SWT maha Pemantau segala kegiatan makhluknya. Hanya dengan inayah-nya, penulis dapat menyelesaikan karya ilmiyatr ini, meskipunjauh dari kesempurnaan.

Salam sejahtera semoga senantiasa tercurahkan ke haribaan Nabi Mtrhammad SAW, sebagai Rasul mulia pembawa kebahagiaan dan kasih sayang serta pemimpin teladan sepanjang masa.

Selanjutnya sebagai tanda syukur atas penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi - tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyad4 MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

2. Dra. Nurlena Rifa'I, MA, Ph.D, Dosen Pembimbing Skripsi, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan, arahan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

3. Drs. Rusydi Zakaiu M.Ed. M.Phil, sebagai ketua jurusan Kependidikan Islam.

4. Drs. Muarif SAM, M.Pd, ketua progftrm studi Manajemen Pendidikan" yang sudah memberi semangat kepada penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Hasyim Asy'ari, M.Pd, penasehat Akademik yang telah memberikan nasehat kepada penulis dalarn menyelesaikan studi dan skripsi ini.

6. H. Alam Syahrudin, S.Ag, sebagai kepala Madrasah Tsanawiyah Unwaanunnajalr, yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian dan mengumpulkan data. Terima kasih pula untuk segenap guru, ketua komite, bagian adminishasi, dan TU.

7. Orang tuaku: mamah, bapak, ema n baba. Yang terus memotivasi dan memberi banyak bantuan kepada penulis baik berupa moril maupun


(6)

Pertiwi, S.HI yang udah meluagkan waktu wat nganter and nemenin ke kampus.!

8. Semua salrabatku seperjuangan, KI-MP angkatan 2004 jangan menyerah, tetap berusaha..!

Dan akhirnya dengan segala keterbatasan dan kekurangan, penulis hanya dapat mengembalikan segalanya kepada Yang Matra Kuasa untuk membalas segala kebaikan mereka. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Amiin.

Jakart4 09 September 201I


(7)

Nama NIM

Jurusan/Prodi Fakultas

SintaDwi Permata 104018200634

Kependidikan Islam- Manajemen pendidikan

Tarbiyah dan Keguruan

Dengan ini saya menyatalcan bahwa :

l' Skripsi ini merupakan karya asli saya yang diajukan untuk merrrenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu (s-l) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2' Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dijurusan Kl-Manajemen pendidikan.

3' Jika di kemudian hari terbulcti bahwa skripsi ini bukan karya saya atau merupakan hasil jiplakan orang lain, maka saya bersedia menenma sangsi yang berlaku.


(8)

LEMBAR PENGESAHAN PA}.IITIA UJIAN ABSTRAKSI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN I

I 8 9 9 l 0 l 0 l 0 A. Latar Belakang Masalah

B. Identifikasi Masalah C. Batasan Masalatr D. Perumusan Masalatr E. Tujuan Penelitian F. Kegunaan Penelitian G. SistematikaPenulisan

BAB II. KAJIAN TEORI I2

A. Pengelolaan .. 12

B. Biaya Pendidikan 13

C. Bantuan Operasional Sekolatr 14

l. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah 14

2. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah 16

3. SasaranProgramdanBesarBantuan t6

4. Penggunaan Dana BOS .. 18

5. LaranganPenggunaanDanaBos... 19

6. TataTertibPengelolaanDanaBos... 20

D. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 22 1. Pengertian Wajib Belajar Sembilan Tahun 22 2. Peran Serta Madrasah dalam Wajib Belajar Pendidikan Dasar 25 3. Masalah-masalah dalam Penyelenggarazrn Wajib Belajar Sembilan

Tahun 27

. E. BOS Dalam Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun 28 F. Program BOS dan Managemen Berbasis Sekolah ... j....,.. 29 rll iv v


(9)

b. Pengeluaran

c. Evaluasi dan Pertanggungiawaban

BAB III. METODOLOGI PENELITI.AN 40

A. Waktu dan Tempat Penelitian 40

B. Metodologi Penelitian ... 40

C. Teknik Pengumpulan Data 4l

D. Instrumen Penelitian 42

E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 42

a Penerimaan

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Profil MTs Unwaanunnajah

B. Deskripsi Data berdasarkan wawancara C. Proses Pengelolaan Dana BOS

1. PenerimaanDanaBOS

2. Peran Serta Orang Tua Dalam Perencanaan 3. Pengelolaan Dana BOS

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...

B. Saran-saran

DAFTAR PUSTAKA

35 36 37

44 44 49 50 5 l 52 53 57 57 58

59 6 l LAMPIRAN


(10)

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Upaya ini telah menjadi tekad bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi sekarang ini yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekonomi yang sangat pesat dan penuh tantangan.

Selain itu pendidikan juga merupakan salah satu kunci

penanggulangan kemiskinan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Namun, sampai dengan saat ini masih banyak orang miskin yang memiliki keterbatasan akses untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, hal ini disebabkan antara lain karena mahalnya biaya pendidikan. Disisi lain Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS mengamanatkan bahwa setiap warga Negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar

yang dikenal dengan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun.1

Jika masalah pendanaan itu tidak mendapat perhatian maka program wajib belajar yang telah ditetapkan dipastikan tidak akan terealisasi. Banyak anak putus sekolah karena orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah mereka. Kecenderungannya, pemerintah kita dewasa ini kesulitan memberikan perhatian kepada masalah pendidikan. Apalagi banyaknya bencana alam dan musibah yang menimpa negeri ini membuat pemerintah harus mengencangkan


(12)

ikat pinggang mengatur anggaran keuangannya. Sehingga harus ada yang menjadi korban dan salah satunya anggaran pendidikan. Hal ini bisa dilihat dari anggaran pendidikan nasional yang masih berada di bawah nilai anggaran yang diperlukan. Meski dalam Undang-undang Sistem Pendidikan nasional telah ditetapkan untuk anggaran pendidikan harus sebesar 20 persen dari total APBN.

Ketersediaan anggaran yang memadai dalam penyelenggaraan pendidikan sangat mempengaruhi keberlangsungan penyelenggaraan tersebut. Ketentuan anggaran pendidikan tertuang dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Dalam pasal 49 ayat (1) tentang pengalokasian dana pendidikan yang menyatakan bahwa dana pendidikan selain gaji dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).2

Permasalahan lainnya yang juga penting untuk diperhatikan adalah alasan pemerintah untuk berupaya merealisasikan anggaran 20% secara

bertahap karena pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk

mengalokasikan 20% secara sekaligus dari APBN/APBD.

Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 46 tentang

pendanaan pendidikan mengatakan bahwa „pendanaan pendidikan menjadi

tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat (1) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam pasal 31 ayat 4

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.3 Dengan

demikian maka, jika ada masyarakat yang tidak mampu untuk mendanai pendidikan, pemerintah bertanggung jawab ikut serta mandanai dan memfasilitasi pendidikan nasional.

Di Indonesia terdapat tiga jenjang pendidikan, yakni pendidikan dasar, menengah dan pendidikan tinggi, pendidikan dasar merupakan jenjang yang

2

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. BP. Dharm Bhakti, Jakarta. h.28

3


(13)

memerlukan perhatian lebih. Hal ini karena pendidikan dasar merupakan pondasi yang sangat menentukan kuat-tidaknya daya pikir anak bangsa di masa depan.

Pemerintah sangat menyadari peran strategis pendidikan dasar ini, sehingga berkomitmen untuk mewujudkannya secara merata di seluruh wilayah Tanah Air. Salah satu bentuk komitmen pemerintah adalah dengan adanya Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga Negara yang berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar; dan mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2006 Tentang Percepatan Penuntasan Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Penuntasan Buta Aksara. Undang-undang dan Inpres ini selain sebagai payung pelaksanaan percepatan pendidikan dasar Sembilan tahun, juga sebagai dasar hukum bagi Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama untuk melaksanakan pendidikan dasar yang dapat diakses seluruh lapisan masyarakat.

Kemudian salah satu bentuk kepedulian dan keseriusan pemerintah untuk menuntaskan wajib belajar sebilan tahun Negara membentuk program yang berkaitan dengan pengurangan subsidi bahan bakar, pada tahun 2005 pemerintah Indonesia memberikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi sekolah setara SD dan SMP baik sekolah negeri maupun swasta serta salafiyah maupun sekolah non-Islami yang setara. Melalui program ini pemerintah ingin membuktikan komitmennya terhadap jaminan hak warga Negara untuk memperoleh layanan pendidikan di tingkat dasar.

Program Bantuan Operasional (BOS) bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh pelayanan pendidikan dasar yang lebih bermutu

sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar Sembilan tahun.4

Bantuan operasional Sekolah adalah dana dari pemerintah pusat yang didistribusikan melalui pemerintah daerah ke SMP/MTs. Yang sederajat

4

Kementerian agama RI Direktorat jenderal Pendidikan Islam, Buku panduan Bantuan


(14)

melalui rekening sekolah untuk membantu kegiatan operasional sekolah dalam rangka penuntasan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun. Besarnya bantuan yang diberikan pemerintah setiap tahun terhitung dari tahun 2005 sampai tahun 2010 terus meningkat, pada jenjang setara SD di tahun 2005 sebesar Rp. 235.000/siswa/tahun, di tahun 2008 Rp. 254.000/siswa/tahun, dan di tahun 2009 menjadi Rp. 397.000/siswa/tahun. Sedangkan pada jenjang setara SMP di tahun 2005 sebesar Rp. 324.500/siswa/tahun, pada tahun 2008 Rp. 354.000/siswa/tahun, dan pada tahun 2009 570.000/siswa/tahun. 20 persen

dari APBN diharapkan telah terlaksana pada tahun 2010 ini.5

Dana bantuan yang dimaksud program ini digunakan untuk biaya operasional non personil yaitu biaya yang digunakan untuk menunjang

kegiatan belajar mengajar (KBM), evaluasi/penilaian,

perawatan/pemeliharaan, daya dan jasa, pembinaan kesiswaan, rumah tangga sekolah dan supervisi, pengembangan potensi guru dll. Pemerintah berharap salah satu program yang diharapkan berperan besar terhadap percepatan penuntasan wajib belajar Sembilan tahun yang bermutu adalah program BOS ini. Meskipun tujuan utama program ini adalah untuk pemerataan dan perluasan akses, program BOS juga merupakan program untuk peningkatan mutu.

Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan percepatan penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun, maka setiap lembaga pendidikan harus mengelola dana BOS dengan baik dan sesuai dengan panduan pemerintah.

Dalam dana BOS, dana diterima oleh madrasah secara utuh, dan dikelola secara mandiri oleh madrasah dengan melibatkan dewan guru dan Komite Madrasah. Dengan demikian program BOS sangat mendukung implementasi penerapan MBS yang secara umum bertujuan untuk memberdayaan madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi), pemberian fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya

5

KOMUNIKA, Edisi 7/Yahun V/April 2009. Revolusi Diam Dunia Pendidikan


(15)

madrasah, dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di madrasah. Khususnya di MTs Unwaanunnajah.

Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal seperti: (1) Madrasah mengelola dana secara professional, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Dan (2) BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses,

mutu dan manajemen madrasah. sembilan tahun.6

Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa masalah yang timbul dalam penerapann dana BOS. Diantaranya adalah masih ada sekolah yang tidak transparan dalam mengelola dana BOS, dalam hal penerimaan dan pengeluaran. Serta ketidakpastian turunnya dana tersebut sehingga hal ini dapat menyulitkan pihak sekolah dalam mengatur keuangan.

Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana suatu organisasi pendidikan mengelola dana BOS ini dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Dan yang paling penting dapat membantu siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan di tingkat dasar.

Kemudian, Program Wajib Belajar pada hakikatnya merupakan upaya sistematis pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam keseluruhan pembangunan nasional serta adaptif dalam penyerapan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang muaranya adalah mendekatkan pada pencapaian tujuan pembangunan nasional, yakni masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Selain itu, Program Wajib Belajar juga merupakan salah satu pengembangan skenario pendidikan yang dijangkaukan untuk perluasan dan pemerataan kesempatan belajar bagi setiap warga negara. Kebijakan tersebut merupakan salah satu pengejawantahan isi pasal 31 UUD 1945 ayat 1 yang

6

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang


(16)

menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Juga ayat lainnya dari pasal 31 UUD 1945 yang telah diamandemen.

Ditinjau dari dimensi pembangunan nasional secara keseluruhan, Program Wajib Belajar merupakan salah satu bentuk kebijakan nasional dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Meskipun secara makro, peningkatan sumber daya manusia tersebut juga mencakup aspek sosial dan ekonomi, namun dimensi utama dan kuncinya

adalah pendidikan.7

Setelah menyadari betapa besar dan penting peran pendidikan dalam peningkatan dan pengembangan kualitas sumber daya manusia, lantas pemerintah mengambil langkah antisipatif dengan pencanangan dan pemberlakuan Program Wajib Belajar bagi setiap warga negara. Pada tahap awal Pemerintah telah mencanangkan Program Wajib Belajar 6 Tahun yang pada dasarnya merupakan prasyarat umum bahwa setiap anak usia sekolah dasar (7-12 tahun) harus dapat membaca, menulis, dan berhitung.

Pada awal pencanangan wajib belajar tersebut, Program Wajib Belajar 6 Tahun yang dicanangkan Pemerintah pada PELITA III tersebut telah memberikan dampak positif dan hasil yang menggembirakan, terutama pada percepatan pemenuhan kualitas dasar manusia Indonesia. Salah satu hasil yang paling mencolok dirasakan, bahwa Program Wajib Belajar 6 Tahun

tersebut telah mampu menghantarkan Angka Partisipasi (Murni) Sekolah.8

Dalam rangka memperluas kesempatan pendidikan bagi seluruh warga negara dan juga dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia, Pemerintah melalui PP No. 28/1990 tentang Pendidikan Dasar menetapkan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Orientasi dan prioritas kebijakan tersebut, antara lain: (1) penuntasan anak usia 7-12 tahun

7

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib-belajar-9-tahun/ hal.3

8


(17)

untuk Sekolah Dasar (SD), (2) penuntasan anak usia 13-15 tahun untuk

SLTP, dan (3) pendidikan untuk semua (educational for all).

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan Dasar yang dimaksudkan, mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU No. 2 tahun 1989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan menengah).

Hal ini juga relevan dengan unsur-unsur kompetensi pendidikan dasar

yang harus dikuasai lulusan seperti yang diidentifikasi oleh The International

Development Research Center, meliputi: (1) kemampuan berkomunikasi; (2) kemampuan dasar berhitung; (3) pengetahuan dasar tentang negara, budaya, dan sejarah; (4) pengetahuan dan keterampilan dasar dalam bidang kesehatan, gizi, mengurus rumah tangga, dan memperbaiki kondisi kerja; dan (5) kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara, bersikap dan berpikir kritis, serta dapat memanfaatkan perpustakaan, buku-buku bacaan, dan siaran radio. Program wajib belajar 9

tahun yang didasari konsep “pendidikan dasar untuk semua” (universal basic education), juga sejalan dengan Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia,

tentang Hak Anak, dan tentang Hak dan Kewajiban Pendidikan Anak.9

Gerakan wajib belajar Sembilan tahun pada dasarnya mempunyai maksud meningkatkan kualitas bangsa. Melalui pelaksanaan wajib belajar Sembilan tahun diharapkan setiap warga Negara Indoesia memiliki kemampuan dasar yang diperlukan dalam kehidupan bangsa yang lebih tinggi, sehingga secara politis mereka akan lebih menyadari hak dan kewajiban, dan

9

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib-belajar-9-tahun/h.5


(18)

sebagai warga Negara serta mampu berperan serta sebagai tenaga pembangunan yang lebih berkualitas

Bagi warga Negara yang memiliki kelainan emosional, mental, intelektual, dan atau sosial serta warga Negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Demikian juga warga Negara di daerah terpencil atau terbelakang berhak memperoleh pendidikan dengan pelayanan khusus (pasal 5 ayat 2, 3 dan 4). Lebih jauh dijelaskan bahwa pendidikan wajib belajar Sembilan tahun bagi anak usia 7-15 tahun harus diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah

daerah, dan masyarakat tanpa dipungut biaya.10

Akan tetapi pada kenyataannya ada beberapa masalah yang timbul dalam penerapann dana BOS. Diantaranya adalah masih ada sekolah yang tidak transparan dalam mengelola dana BOS, dalam penerimaan dan pengeluaran. Hal ini dibuktikan masih ada sekolah yang menggunakan dana BOS tidak sesuai dengan buku panduan yang dicanangkan pemerintah. Serta ketidakpastian turunnya dana tersebut sehingga hal ini dapat menyulitkan pihak sekolah dalam mengatur keuangan.

Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana suatu organisasi pendidikan mengelola dana BOS ini dengan baik dan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan pemerintah. Dan yang paling penting dapat membantu siswa untuk dapat melanjutkan pendidikan di tingkat dasar.

Berdasarkan permasalahan diatas penulis ingin menggali lebih dalam lagi tentang pengelolaan dana BOS yang baik dan kaitannya dengan wajib belajar Sembilan tahun di Indonesia. Maka masalah ini akan penulis kaji

dalam karya yang berjudul “STUDY PENGELOLAAN DANA BOS DALAM MENSUKSESKAN WAJIB BELAJAR SEMBILAN TAHUN DI MTs.

UNWAANUNNAJAH PONDOK AREN”.

B. Indentifikasi Masalah

Keberhasilan program pendidikan tidak hanya pada program yang disusun dengan cermat atau juga pada kepala sekolah dan guru yang

10


(19)

mempunyai kesanggupan dan keinginan yang berprestasi tetapi diperlukan pula perhatian pemerintah yang baik untuk membantu dalam memsukseskan program pendidikan yang bermutu dalam rangka percepatan penuntasan wajib belajar Sembilan tahun yang bermutu. Pada bulan Juli 2005, pemerintah Indonesia membentuk program bantuan pendidikan yang diperoleh dari pengalihan sebagian dari subsidi BBM yang disebut BOS. Dan sejak tahun 2007 program BOS ini manjadi program rutin yang tidak terkait lagi dengan pengurangan subsidi.

Sesuai dengan uraian di atas, maka penulis mengidentifikasi masalahnya sebagai berikut :

1. Penggunaan dana BOS tidak sesuai dengan ketentuan yang

dicanangkan pemerintah melalui buku panduan BOS.

Berdasarkan latar belakang yang penulis teliti, dalam penggunaan dana BOS ini penulis hanya membahas masalah penggunaan dana BOS yang masih menjadi masalah di beberapa sekolah. dan penulis ingin mengetahui apakah di sekolah yang penulis pilihpenggunaan dana tersebut sudah sesuai atau tidak.

C. Batasan Masalah

Untuk memudahkan penulis membahas masalah-masalah yang akan diteliti dalam skripsi ini perlu dibatasi agar arah dan sasarannya menjadi jelas dan teratur.

Adapun masalah yang akan dibatasi pada skripsi ini adalah

1. Pengelolaan dana BOS yang dimaksud adalah mempersiapkan, membuat

perhitungan, mengawasi penggunaan anggaran, dan membuat laporan pertanggungjawaban.

2. Ketentuan penggunaan dana BOS dalam buku panduan.

3. Pengelolaan dana BOS dalam implementasi penerapan MBS.

D. Perumusan Masalah

Dari penjelasan yang diuraikan pada latar belakang masalah dan


(20)

penggunaan dana BOS di MTs Unwaanunnajah sudah sesuai dengan buku

panduan BOS ?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk Mengetahui apakah penggunaan dana BOS sudah sesuai dengan

pos-pos yang di tentukan pemerintah dalam buku panduan BOS.

2. Untuk mengetahui apakah pengelolaan dana BOS dapat membantu

terlaksananya wajib belajar Sembilan tahun di MTs. Unwaanunnajah

F. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain :

1. Untuk menambah pengetahuan tentang pengelolaan dana khususnya

untuk guru-guru di MTs Unwaanunnajah dan umumnya untuk masyarakat

2. Untuk memperluas wawasan dalam bidang manajemen pembiayaan

pendidikan yang baik

3. Sebagai salah satu alat ukur keberhasilan pencapaian target program BOS

terhadap program-program pemerintah sebelumnya, terutama program penuntasan wajib belajar Sembilan tahun.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan tugas akhir ini, sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN : terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR : yang menguraikan

tentang pengertian Pengelolaan, Pembiayaan Pendidikan, Bantuan

Operasional Sekolah, tujuan BOS, penggunaan dana BOS, pengertian dan latar belakang Wajar Dikdas sembilan tahun,dana BOS dan MBS/M, manajemen keuangan madrasah.


(21)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN : berisi tentang metode yang digunakan sebagai referenda pengelolaan data, serta mengurai waktu dan tempat penelitian.

BAB IV PEMBAHASAN : bab ini berisikan tentang profil dan keadaan lembaga pendidikan MTs Unwaanunnajah, gambaran umum penggunaan dana BOS di sekolah tersebut, serta interprestasi data.

BAB V PENUTUP : berisi tentang kesimpulan-kesimpulan dari penulisan ilmiah dan dilengkapi dengan saran-saran dari penulis.


(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pengelolaan

Pengelolaan merupakan terjemahan dari kata “management”. Terbawa

oleh derasnya arus penambahan kata pungut ke dalam bahasa Indonesia, istilah

inggris tersebut lalu diindonesiakan menjadi “manajemen” atau “menejemen”.

Dalam kamus umum Indonesia disebutkan bahwa pengelolaan berarti penyelenggaraan. Yaitu penyelenggaraan atau pengurusan agar sesuatu yang

dikelola dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien.11

Menurut Drs. Winarno Hamiseno, Pengelolaan adalah substantifa dari mengelola. Sedangkan mengelola berarti suatu tindakan yang dimulai dari penyusunan data, merencana, mengorganisasikan, melaksanakan sampai dengan pengawasan dan penilaian. Dijelaskan selanjutnya bahwa pengelolaan menghasilkan sesuatu dan sesuatu itu dapat merupakan

sumber penyempurnaan dan peningkatan pengelolaan selanjutnya.12

Dari yang dikemukakan Drs. Winarno ini penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa pengelolaan meliputi banyak kegiatan dan semuanya itu bersama-sama menghasilkan suatu hasil akhir, yang memberikan informasi bagi penyempurnaan per-kegiatan. Dalam hal ini pengelolaan yang ingin penulis kaji lebih dalam adalah pengelolaan pendanaan yang meliputi perencanaan, pemasukan, penggunaan, sampai dengan pengawasan dan pertanggungjawaban.

11

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa. PT.Rajagrafindo Persada, ( Jakarta 1996) h.7

12

Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa. PT.Rajagrafindo Persada, ( Jakarta 1996) h.7


(23)

B. Biaya Pendidikan

Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan instrumental yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Hamper tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan peranan biaya, sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan tidak akan berjalan.

Biaya dalam pengertian ini memiliki cakupan yang luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan, baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga. Dalam artian ini misalnya, iuran siswa,

buku sekolah dan guru juga adalah biaya.13

Berikut akan dijelaskan beberapa jenis biaya pendidikan 1. Jenis Biaya Pendidikan

Sebagaimana tertuang dalam PP Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat. Dalam bagian ini akan diuraikan jenis-jeis biaya pendidikan sesuai dengan PP Nomor 48 Tahun 2008 tersebut.

Biaya pendidikan dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu Biaya Satuan Pendidikan, Biaya Penyelenggaraan/pengelolaan Pendidikan, serta Biaya Pribadi Peserta Didik.

a. Biaya Satuan Pendidikan adalah biaya penyelenggaraan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan yang meliputi:

(1). Biaya Investasi adalah biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumber daya manusia, dan modal kerja tetap.

(2). Biaya Operasional, terdiri dari biaya personalia dan biaya nonpersonalia. Biaya personalia terdiri dari gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta tunjangan-tunjangan yang melekat pada gaji. Biaya nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa

13

Dedi Supriadi, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, PT. RemajaRosdakarya (bandung ;2006) h. 3


(24)

telekomunikasi, pemeliharaan sarana prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dll.

(3). Bantuan biaya pendidikan yaitu dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yangorang tua atau walinya tidak mampu membiayai pendidikannya.

(4). Beasiswa adalah bantuan dana pendidikan yang diberikan kepada peserta didik yang berprestasi.

b. Biaya Penyelenggaraan/Pengelolaan Pendidikan adalah biaya

penyelenggaraan/Pengelolaan Pendidikan oleh pemerintah Provinsi, pemerntah Kabupaten/Kota atau penyelenggara satuan pendidikan yang didirikan masyarakat.

c. Biaya Pribadi Peserta Didik adalah biaya personal yang meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisamengikuti prosespembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

Pada dasarnya dana BOS digunakan untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai oleh dana BOS.

C. Bantuan Operasional Sekolah

1. Pengertian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

Dalam rangka percepatan wajib belajar Sembilan tahun, sejak tahun 2001 sampai bulan juni 2005 pemerintah mengalihkan subsidi BBM untuk program pendidikan melalui program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak (PKPS-BBM) dalam bentuk Bantuan Khusus Murid (BKM) untuk SD/MI/SDLB dan SMP/MTs/SMPLB yang tidak mampu. Pada bulan juli 2005 program tersebut dirubah menjadi Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dan sejak tahun 2007 program ini


(25)

sudah menjadi program rutin yang tidak lagi terkait dengan pengurangan

subsidi bahan bakar minyak.14

Program ini dikomandani oleh Departemen Pendidikan Nasional

dan Departemen Agama, yang penyaluran, penggunaan, dan

pertanggungjawabannya dilaksanakan secara terpadu oleh para pihak yang terkait dari Menteri hingga Kepala madrasah/sekolah pada sekolah-sekolah yang berhak menerima BOS.

Program Bantuan Operasional (BOS) bertujuan untuk

membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh pelayanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar Sembilan tahun.

Bantuan Operasional Sekolah adalah program pemerintah untuk penyediaan pendanaan biaya nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian ada beberapa jenis pembiayaan investasi

dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.15

Hasil studi Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pendidikan Nasional (Balitbang Depdiknas) Bantuan Operasional Sekolah secara konsep mancakup komponen untuk biaya operasional non personil. Namun karena biaya satuan yang digunakan adalah rata-rata nasional, maka penggunakan BOS dimungkinkan untuk membiayai beberapa kegiatan lain yang tergolong dalam biaya personal dan biaya investasi.

Pelaksanaan penyaluran dan pengelolaan dana BOS wajib berpedoman pada buku Panduan Pelaksanaan BOS yang diterbitkan setiap

14

Kementerian Agama RI, Direktorat jenderal pendidikan islam; Buku Panduan Bantuan

Operasional Sekolah dalam rangka wajib belajar Sembilan tahun ’. Jakarta 2008. iii

15

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang


(26)

tahun oleh Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama sebagai departemen teknis yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan dan pengelolaan program ini.

Oleh karena keterbatasan dana BOS dari pemerintah pusat, maka biaya untuk investasi sekolah dan kesejahteraan guru harus dibiayai dari sumber lainnya, dengan prioritas utama dari sumber pemerintah daerah

dan selanjutnya dari partisipasi masyarakat yang mampu.16

2. Tujuan Bantuan Operasional Sekolah

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar sembilan tahun yang bermutu. Dan secara khusus dana BOS bertujuan untuk :

1) Membebaskan segala jenis biaya pendidikan bagi seluruh siswa miskin

di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasional sekolah, baik di madrasah negeri maupun madrasah swasta.

2) Membebaskan biaya operasional sekolah bagi seluruh MI negeri dan

MTs negeri.

3) Meringankan beban biaya operasional sekolah bagi siswa di madrasah

swasta.17

Dengan demikian pemerintah berharap agar pihak sekolah dapat mencapai tujuan BOS sesuai harapan.

3. Sasaran Program dan Besar Bantuan

Sasaran program BOS adalah semua MI dan MTs negeri maupun swasta serta Pondok Pesantren Salafiyah (PPS) Ula dan wustha sebagai penyelenggara Wajib belajar pendidikan dasar di seluruh Provinsi di

16

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan BOS Buku dalam rangka wajib belajar 9 tahun. Tahun 2006 h.8

17

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang


(27)

Indonesia. Khusus untuk lembaga PPS, santri yang manjadi sasaran BOS berusia maksimal 25 tahun.

Semua sekolah negeri dan swasta harus memiliki ijin operasional (piagam penyelenggaraan pendidikan). Sekolah yang bersedia menerima BOS harus menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan dan bersedia mengikuti ketentuan yang tertuang dalam buku petunjuk pelaksanaan.

Sekolah kaya/mapan/yang mampu secara ekonomi yang saat ini memiliki penerimaan lebih besar dari dana BOS, mempunyai hak untuk menolak BOS tersebut, sehingga tidak wajib melaksanakan ketentuan seperti sekolah penerima BOS. Keputusan atas penolakan BOS harus melalui persetujuan dengan orang tua siswa dan komite sekolah. Bila di sekolah yang mampu tersebut terdapat siswa miskin sekolah tetap menjamin kelangsungan pendidikan siswa tersebut (misalnya melakukan subsidi silang dengan dana dari siswa yang mampu).

Besar biaya satuan BOS yang diterima oleh Madrasah/PPS dihitung berdasarkan jumlah siswa dengan ketentuan :

 MI/PPS Ula di Kota sebesar Rp. 400.000.- / siswa / tahun

 MI/PPS Ula di Kabupaten sebesar Rp. 397.000,- / siswa /tahun

 MTs/PPS Wustha di Kota sebesar Rp. 575.000,- /siswa /tahun

 MTs/PPS Wustha di Kabupaten sebesar Rp. 570.000,- / siswa

/tahun18

Dalam skripsi ini, penulis hanya membahas dana BOS dalam kurun waktu satu semester yaitu pada semester ganjil, terhitung dari bulan juli sampai desember 2010. Maka jika dihitung sekolah menerima sebesar Rp. 285.000,- /siswa/semester.

18

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang


(28)

4. Penggunaan Dana BOS

Penggunaan dana BOS harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Kepala Madrasah, Dewan Guru dan Komite Madrasah, yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RAPBM. Dalam buku panduan BOS, Dana BOS dapat digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Pembiayaan seluruh kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru

dan pendaftaran ulang siswa lama, yaitu biaya pendaftaran, penggandaan formulir, administrasi pendaftaran, serta kegiatan lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan tersebut.

b. Pembelian buku teks pelajaran untuk dikoleksi di perpustakaan.

c. Pembelian buku referensi, pengayaan dan panduan guru untuk

dikoleksi di perpustakaan.

d. Pembiayaan kegiatan pembelajaran remedial, pembelajaran,

pengayaan pemantapan persiapan ujian, olah raga, kesenian, karya ilmiah remaja, pramuka, palang merah, pembinaan keagamaan. UKS dan sejenisnya (misalnya honor jam mengajar tambahan di luar jam pelajaran, biaya transportasi akomodasi siswa/guru dalam suatu kegiatan, pembelian alat-alat olah raga, kesenian) dan yang lainnya.

e. Pembiayaan ulangan harian, ulangan umum, ujian madrasah, ujian

nasional, dan laporan hasil belajar siswa (misalnya unuk fotocopy, honor koreksi ujian dan honor guru dalam penyusunan rapot siswa).

f. Pembelian bahan-bahan habis pakai seperti buku tulis, kapur

tulis/tinta spidol, pensil, spidol, kertas, bahan praktikum, buku induk siswa, langgana Koran/majalah pendidikan, makanan dan minuman ringan untuk kebutuhan sehari-hari di sekolah, serta pengadaan suku cadang alat kantor.

g. Pembiayaan langganan daya dan jasa, yaitu listrik, air, telepon dan


(29)

h. Pembiayaan perawatan madrasah

i. Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan honorarium

tugas tambahan kepala madrasah, wali kelas dan tenaga kependidikan lainnya.

j. Pengembangan profesi guru, seperti pelatian dan sejenisnya.

k. Pembiayaan pengelolaan BOS, seperti alat tulis kantor, surat

menyurat, insentif kepala madrasah/ bendahara dalam rangka menyusun laporan BOS dan biaya transportasi pengambilan dana BOS di Bank/ Pos.

l. Pembelian laptop desktop untuk kegiatan belajar siswa, maksimal 1

set untuk MI dan 2 untuk MTs, pembelian 1 unit printer, kelengkapan komputer serta suku cadang komputer/printer.

m. Bila seluruh komponen di atas telah terpenuhi pndanaannya dari

BOS dan masih terdapat sisa maka dapat digunakan untuk membeli mesin ketik, seragam sekolah untuk siswa miskin,dan mebeler

madrasah. 19

5. Larangan Penggunaan Dana BOS

Seperti halnya penggunaan dana BOS yang telah diatur, maka dana BOS ini tidak boleh digunakan untuk :

a. Disimpan dalam jangka waktu lama dengan maksud di bungakan

b. Dipinjamkan kepada pihak lain

c. Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas madrasah dan

memerlukan biaya besar, misalnya studi banding, studi tour dan sejenisnya

d. Memberi bonus dan transportasi rutin untuk guru

e. Membeli pakaian seragam bagi guru untuk kepentingan pribadi

f. Digunakan untuk rehabilitas sedang dan berat

19

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang


(30)

g. Membangun gedung/ruangan baru, membeli peralatan/ bahan yang tidak mendukung proses pembelajaran

h. Menanamkan saham

i. Membiayai segala jenis kegiatan yang telah dibiayai dari sumber

dana pemerintah pusat atau daerah, misalnya kelebihan jam

mengajar guru PNS20

6. Tata Tertib Pengelolaan Dana

Di dalam pengelolaan dana BOS ada beberapa tata tertib yang harus dilaksaakan oleh pihak madrasah, Adapun tata tertib dalam pengelolaan dana BOS adalah sebagai berikut :

A. Tim Manajemen BOS Madrasah

a. Tidak diperkenankan melakukan manipulasi data jumlah siswa

dengan maksud untuk memperoleh bantuan yang lebih besar

b. Mengelola dana BOS secara transparan dan bertanggung jawab

dengan cara mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh madrasah dan rencana penggunakan dana BOS di awal tahun ajaran, serta membuat laporan pengeluaran bulanan dana BOS dan barang-barang yang dibeli dari dana BOS oleh madrasah

c. Bersedia diaudit oleh lembaga yang berwenang terhadap seluruh

dana yang dikelola oleh madrasah, baik yang berasal dari dana BOS maupun dari sumber lain

d. Dilarang bertindak menjadi distributor atau pengecer buku kepada

peserta didik di madrasah yang bersangkutan21

B. Tugas dan Tanggung jawab Madrasah

Madrasah sebagai instansi pendidikan yang dipercaya dalam pengelolaan dana BOS, bertanggung jawab untuk :

20

. Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun

yang Bermutu…. h 25 21

. Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun


(31)

1. Melakukan verifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada, bila jumlah dana yang diterima melebihi dari yang semestinya, maka harus segera mengembalikan kelebihan dana tersebut ke kas Negara dengan memberitahukan kepada Tim Manajemen Kabupaten/Kota.

2. Bersama-sama dengan komite madrasah mengidentifikasi siswa

yang akan dibebaskan dari segala jenis iuran

3. Mengelola dana BOS secara bertanggung jawab dan transparan

4. Mengumumkan daftar komponen yang boleh dan yang tidak boleh

dibiayai oleh dana BOS serta pengguna dana BOS di madrasah menurut komponen dan besar dananya di papan pengumuman madrasah

5. Bertanggung jawab terhadap penyimpangan penggunaan dana di

madrasah

6. Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat

7. Melaporkan penggunaan dana BOS kepada Tim Manajemen BOS

Kabupaten/Kota. 22

C. Ketentuan Yang Harus Diikuti Sekolah Penerima BOS

Sekolah yang telah menyatakan menerima BOS harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:

1. Apabila disekolah tersebut terdapat siswa miskin, maka sekolah diwajibkan membebaskan segala jenis pungutan/iuran seluruh siswa miskin yang ada disekolah tersebut. Sisa dana BOS (bila masih ada) digunakan untuk mensubsidi sisw lain. Dengan demikian sekolah tersebut menyelenggarakan sekolah gratis terbatas.

2. bagi sekolah yang tidak mempunyai siswa miskin, maka dana BOS digunakan untuk mensubsidi seluruh siswa, sehingga dapat

22

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam Rangka Wajib Belajar 9 Tahun yang


(32)

mengurangi sumbangan/iuran yang dibebankan kepada orang tua

siswa minimum senilai dana BOS yang diterima sekolah.23

D. Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun 1. Wajib Belajar Sembilan Tahun

Kepedulian pemerintah dalam mewujudkan pendidikan yang lebih berkualitas diawali dari adanya program pendidikan yang bermutu. Salah satu kebijakan tersebut adalah adanya program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Program wajib belajar 9 tahun ini dicanangkan pada tahun1994

yang merupakan kelanjutan dari program wajib belajar 6 tahun.24

Sebenarnya diundangkannya atau dicanangkannya gerakan wajib belajar tahun ini oleh presiden bukan barang baru, sebab pada tahun 1950 sudah ada undang-undang tentang itu, yakni UU No.4 tahun 1950. Dalam

undang-undang itu, pasal 10 ayat 1 dan 2 menegaskan bahwa semua anak

yang telah berusia 6 tahun berhak dan yang sudah 8 tahun diwajibkan belajar di sekolah, sedikit-dikitnya selama enam tahun.25

Sejak tahun 1984, tepatnya pada masa Menteri Pendidikan Nugroho Notosusanto pendidikan wajib belajar 9 tahun sudah ditetapkan. Namun pada waktu itu pendidikan belum dapat dinikmati oleh seluruh anak Indonesia. Sebab, akses ekonomi masyarakat Indonesia belum mencukupi untuk bisa mengenyam pendidikan secara komplit. Padahal, bagi bangsa Indonesia pendidikan sesungguhnya adalah komitmen antara Pemerintah dan masyarakat, seperti yang tertuang dalam UUD 1945 bahwa tujuan negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan Wajib Belajar 9 tahun sejalan dengan semangat untuk membebaskan bangsa Indonesia dari kungkungan kebodohan dan kemiskinan, jalan satu-satunya adalah dengan pendidikan. Dalam

23

Kementerian Agama RI Direktoral Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan

Operasional Sekolah dan BOS buku dalam rangka wajib belajar 9 tahun. tahun 2006 h.9

24

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib belajar-9-tahun/

h.1 25

Suprihadi sastrosupono, Mengenal Gerakan Wajib Belajar, (Bandung; alumni 1984) h.25


(33)

undang no. 20 tahun 2003 pasal 5 menyatakan”(1) setiap warga negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan”, dan pada pasal 13 ” (1) pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama

antara pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat”. 26

Selanjutnya, Dalam semua Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional yang pernah berlaku di Indonesia tersebut, dinyatakan bahwa pendidikan nasional merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting dalam perjuangan mencapai cita-cita dan tujuan nasional. Hal ini, terutama jika dikaitkan dengan peran dan fungsi pendidikan nasional dalam pelaksanaan pembangunan bangsa. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Kemudian, Program Wajib Belajar pada hakikatnya merupakan upaya sistematis pemerintah untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam keseluruhan pem-bangunan nasional serta adaptif dalam penyerapan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), yang muaranya adalah mendekatkan pada pencapaian tujuan pembangunan nasional, yakni masyarakat yang

adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 27

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan mampu mengantarkan manusia Indonesia pada pemilikan kompetensi Pendidikan Dasar, sebagai kompetensi minimal. Kompetensi Pendidikan

26

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional hal 7 dan 27

27

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib belajar-9-tahun/


(34)

Dasar yang dimaksudkan, mengacu pada kompetensi yang termuat dalam Pasal 13 UU No. 2 tahun1989 yaitu kemampuan atau pengetahuan dan ketrampilan dasar yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan menengah).

Hal ini juga relevan dengan unsur-unsur kompetensi pendidikan

dasar yang harus dikuasai lulusan seperti yang diidentifikasi oleh The

International Development Research Center, meliputi: (1) kemampuan berkomunikasi; (2) kemampuan dasar berhitung; (3) pengetahuan dasar tentang negara, budaya, dan sejarah; (4) pengetahuan dan keterampilan dasar dalam bidang kesehatan, gizi, mengurus rumah tangga, dan mem-perbaiki kondisi kerja; dan (5) kemampuan berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat sebagai individu dan sebagai anggota masyarakat, memahami hak dan kewajibannya sebagai warga negara, bersikap dan berpikir kritis, serta dapat memanfaatkan perpustakaan, buku-buku bacaan, dan siaran radio. Program wajib belajar 9 tahun yang didasari konsep

“pendidikan dasar untuk semua” (universal basic education), juga sejalan

dengan Piagam PBB tentang Hak Asasi Manusia, tentang Hak Anak, dan

tentang Hak dan Kewajiban Pendidikan Anak.28

Sisi pelaksanaan wajib belajar baik 6 tahun maupun 9 tahun secara umum bertujuan untuk: 1) memberikan kesempatan setiap warga negara tingkat minimal SD dan SMP atau yang sederajat, 2) setiap warga negara dapat mengembangkan dirinya lebih lanjut yang akhirnya mampu memilih dan mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan potensi yang dimiliki, 3) Setiap warga negara mampu berperan serta dalani kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara, dan 4) Memberikan jalan kepada

siswa untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.29

28I

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib belajar-9-tahun/…h.4

29

http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/12/pencapaian-program-wajib belajar-9-tahun/... h 5


(35)

2. Peran Serta Madrasah dalam Wajib Belajar Pendidikan Dasar.

Madarasah sebagai lembaga pendidikan dalam bentuk pendidikan formal sudah dikenal sejak awal abad ke-11 atau 12 M, atau abad ke-5-6 H, yaitu sejak dikenal adanya Madrasah Nidzamiyah yang didirikan di Baghdad oleh Nizam Al-mulk, seorang wazir dar Dinasti Saljuk. Di Timur

Tengah instusi madrasah berkembang untuk menyelenggarakan

pendidikan keislaman tingkat lanjut (advance/tinggi), yaitu melayani mereka yang masih haus ilmu sesudah sekian lama menimbanya dengan

belajar di masjid-masjid dan atau dar al-khuttab. Dengan demikian,

pertumbuhan madrasah sepenuhnya merupakan perkembangan lanjut dari dan alamiyah dari dinamika internal yang tumbuh dari dalam masyarakat

Islam sendiri.30

Di Indonesia keadaannya tidak demikian, madrasah merupakan fenomena modern yang muncul pada awal abad ke-20. Berbeda dengan di Timur Tengah di mana madrasah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran ilmu agama tingkat lanjut, sebutan madrasah di Indonesia mengacu pada lembaga pendidikan yang memberikan pelajaran agama Islam tingkat rendah dan menengah. Perkembangannya diperkirakan lebih merupakan reaksi terhadap faktor-faktor yang berkembang dari luar lembaga pendidikan yang secara tradisional sudah ada, terutama munculnya pendidikan modern Barat.

Di awal kemerdekaan, tidak dengan sendirinya madrasah dimasukkan ke dalam sistem pendidikan nasional. Dibentuknya Departemen Agama (Depag) pada tahun 1946 telah ikut membuka akses madrasah ke pentas nasional, karena memang salah satu tujuan dari pembentukan Deprtemen Agama adalah untuk memperjuangkan politik

pendidikan islam.31

30

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, visi, misi dan aksi. PT. Raja Grafindo, h.11-12

31

Deprtemen Agama RI, Direktorat Jenderal Kelembagaan agama Islam. Sejarah


(36)

Departemen Agama telah banyak berbuat untuk memajukan madrasah salah satunya adalah kebijakan Departemen Agama yang cukup mendasar dan dampaknya cukup panjang yaitu dibuatnya Surat Kesepakatan Bersama(SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Agama tentang

„Peningkatan Mutu Pendidikan Pada Madrasah‟. SKB 3 Menteri itu

dirasakan cukup mendasar karena direalisasikannya kurikulum 1976 yang merupakan pertaruhan bagi identitas madrasah sebagai lembaga pendidikan islam.

Seperti halnya sekolah negeri, madrasah juga mempunyai 3 tingkatan, yaitu Ibtidaiyah lama belajarnya 6 tahun, Tsanawyah lama belajarnya 3 tahun dan Aliyah lama balajarnya 3 tahun. Dalam ketentuan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas ini lebih banyak mengatur tentang kedudukan, fungsi, jalur, jenjang, jenis dan bentuk kelembagaan madrasah.

Madrasah merupakan jenis pendidikan umum. Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah sebagai bentuk pendidikan dasar (sama dengan Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama) (Pasal 17 Ayat [2]); Madrasah Aliyah sebagai bentuk Pendidikan Menengah (sama dengan Sekolah Menengah Atas) dan Madrasah Aliyah kejuruan sebagai bentuk Pendidikan Menengah Kejuruan (sama dengan Sekolah Menengah

Kejuruan) (Pasal 17 Ayat [3]).32

Dengan demikian madrasah mempunyai peran dan tugas yang juga sama dengan pendidikan umum. Keduanya sama-sama bertugas untuk mencerdaskan bangsa dan bertujuan agar anak didik dapat menuntut ilmu dengan baik serta mengikuti pendidikan dasar Sembilan tahun.

Dalam penyelenggaraa wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun, Departemen Agama melakukan tugas yang diembannya yaitu menyelenggarakan pendidikan dasar di madrasah dan pondok pesantren,

32

Abdul Rachman Shaleh, Madrasah dan Pendidikan Anak Bangsa, visi, misi dan aksi. PT. Raja Grafindo. H.49-50


(37)

kemudian ikut aktif dalam gerakan nasional percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara melalui lembaga-lembaga pendidikan di madrasah, pondok pesantren dan lembaga keagamaan atau tenaga keagamaan seperti majlis taklim sebagai

bagian dari sistem pendidikan nasional.33

3. Masalah-masalah dalam Penyelenggaraan Wajib Belajar Sembilan Tahun

Ternyata penyelenggaraan wajib belajar Sembilan tahun tidak semudah yang dibayangkan, ada saja masalah yang di temukan. Diantaranya adalah:

1. Belum semua anak usia wajib belajar 7-12 tahun dapat mengikuti

pendidikan di sekolah dasar karena faktor kemiskinan, geografis dan komunitas terpencil.

2. Anak usia wajib belajar belum memliki kesempatan yang sama untuk

mendapatkan fasilitas belajar yang memadai. Anak-anak di pedesaan, pemdalaman atau terpencil belajar dengan fasilitas yang serba kekurangan, sebaliknya anak-anak di perkotaan fasilitas belajarnya relativ sudah memadai. Keadaan ini menimbulkan ketidakadilan dalam memperoleh pendidikan.

3. Kekurangan guru di daerah pedalaman atau terpencil masih manjadi

kendala bagi pelayanan proses belajar.

4. Kualitas guru dalam memberikan pendidikan masih bervariasi, ada

guru yang sudah memadai, ada pula yang harus dikembangkan lagi kearah yang lebih professional.

5. Kemampuan guru untuk melakukan pembaharuan (inovasi) dalam

proses pembelajaran masih lemah.34

33

http://m-ali.net/?p=73 h.6 34


(38)

E. BOS dalam Penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun

Persoalan wajib belajar berkaitan dengan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Dengan adanya BOS ini Angka Partisipasi Kasar (APK) akan meningkat karena anak-anak dari kalangan miskin akan mendapatkan pelayanan pendidikan gratis. Namun meskipun ada dana BOS dan daya 28ublic28 sekolah yang memadai, ada saja sejumlah anak usia sekolah yang tidak masuk sekolah karena mereka memerlukan biaya yang menunjang proses pembelajaran yang tidak disediakan dari dana BOS seperti biaya transportasi.

Dalam rangka penuntasan Wajib Belajar Sembilan tahun yang bermutu, banyak program yang telah, sedang dan akan dilakukan, program-program tersebut dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu pemerataan dan perluasan akses; peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing; serta tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan 28ublic. Melalui program BOS yang terkait dengan gerakan percepatan penuntasan Wajib Belajar Sembilan Tahun, maka setiap pengelola program pendidikan harus memperhatikan ha-hal berikut:

1. BOS harus menjadi sarana penting untuk mempercepat penuntasan Wajar

dikdas 9 Tahun.

2. Melalui BOS tidak boleh ada siswa miskin putus sekolah karena tidak

mampu membayar iuran/pungutan yang dilakukan oleh madrasah/PPS.

3. Anak lulusan sekolah setingkat MI, harus diupayakan kelangsungan

pendidikannya ke tingkat MTs/setara. Tidak boleh ada tamatan MI/setara tidak dapat melanjutkan ke MTs/setara.

4. Kepala Madrasah/Penanggung Jawab PPS mencari dan mangajak siswa

MI yang akan lulus dan berpotensi tidak melanjutkan sekolah untuk ditampung di MTs/PPS Wustha. Demikian juga bila teridentifikasi anak putus sekolah yang masih berminat melanjutkan agar diajak kembali ke bangku sekolah.

5. Kepala Madrasah harus mengelola dana BOS secara transparan dan


(39)

6. BOS tidak menghalangi peserta didik, orang tua, atau walinya memberikan sumbangan sukarela yang tidak mengikat kepada madrasah/PPS, tetapi hal itu harus diputuskan bersama dengan Komie Madrasah dan atau orang

tua/wali murid.35

F. Program BOS dan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)

Dalam program BOS dana diterima langsung oleh Madrasah secara utuh dan dikelola secara mandiri oleh Madrasah dengan melibatkan dewan guru dan komite Madrasah. Dengan demikian program BOS sangat mendukung implementasi penerapan Manajemen Bebasis Sekolah (MBS) yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan Madrasah melalui pemberian kewenangan (otonomi), pemberian fleksibelitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya Madrasah, dan mendorong partisipasi warga madrasah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di

Madrasah.36

Melalui program BOS, warga madrasah diharapkan dapat lebih mengembangkan madrasah dengan memperhatikan hal-hal berikut :

1. Madrasah mengelola dana secara professional, transparan dan dapat

dipertanggungjawabkan.

2. BOS harus menjadi sarana penting untuk meningkatkan

pemberdayaan madrasah dalam rangka peningkatan akses, mutu dan manajemen madrasah.

Peserta didik, orang tua atau wali peserta didik juga bertanggung jawab atas biaya pribadi peserta didik, misalnya uang saku/ uang jajan, buku tulis dan alat-alat tulis.

35

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu,

Tahun 2010. Hal.8-9 36

Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah Untuk Pendidikan Gratis dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu,


(40)

Berikut ini akan dijelaskan sekilas tentang Manajemen Berbasis Sekolah (MBS), dalam hal ini, penulis memakai kata Madrasah sebagai pengganti kata Sekolah pada kalimat Manajemen Berbasis Sekolah (menjadi Manajemen Berbasis Madrasah (MBM). Kauangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBM, yang menuntut kemampuan sekolah untuk

merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi serta

mempertanggungjawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

Dalam penyelenggaraan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu disadari maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam rangka MBM yang memberikan kewenangan kepada sekolah untuk mencari dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan

pada masalah keterbatasan dana.37

Dana pendidikan merupakan isu yang paling 30dministrativ dalam ekonomi pendidikan karena terdapat ketidaksepakatan tidak hanya pada apakah pemerintah sebagai satu-satunya yang berperan dalam pendidikan, tetapi juga mengenai seharusnya pemerintah hanya memainkan sebagian peranan dalam penyelenggaraan pendidikan. Menguji lebih mendalam

37

Dr. E. Mulyasa, M. Pd, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan


(41)

berbagai alasan mengapa pemerintah harus berperan aktif dalam pendidikan sebagaimana disarankan oleh para ahli ekonomi dan ahli-ahli lainnya. Alasan-alasan tersebut menyangkut proteksi Negara pada kelompok minoritas, efek eksternalitas, upaya pendidikan merealisasikan perannya dalam kehidupan masyarakat, persamaan kesempatan, pencarian dan penemuan nilai-nilai umum, serta efek pendidikan pda pertumbuhan ekonomi.

Fungsi dana dalam MBM pada dasarnya untuk menunjang penyediaan sarana dan prasarana, seperti tanah, bangunan, laboratorium, perpustakaan, media belajar, operasi pengajaran, pelayanan 31dministrative dan sebagainya.

G. Manajemen Pembiayaan Pendidikan

Manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan madrasah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi serta mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan. Dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah, manajemen pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.38

Keuangan dan pembiayaan merupakan sumber daya yang secara langsung menunjang evektifitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah.

Keuangan dan pembiayaan sangat menentukan ketercapaian tujuan pendidikan di sekolah, yang memerlukan sejumlah investasi dari anggaran pemerintah dan dana masyarakat. Investasi tersebut harus dikelola secara efektif dan efesien dan diarahkan langsung terhadap pencapaian tujuan. Hal ini merupakan kegiatan manajemen keuangan yang mengatur penerimaan,

38Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen


(42)

pengalokasian, dan pertanggungjawaban keuangan untuk menunjang pelaksanaan program pengajaran.39

Oleh karena itu dibutuhkan dana yang tidak sedikit dan manajemen yang baik untuk mencapai tujuan pendidkan di sekolah sebagai salah satu investasi yang sangat berharga. Dan juga akan menentukan baik tidaknya pendidikan di sekolah tersebut.

Anggaran biaya pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Anggaran penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh sekolah dari berbagai sumber resmi dan diterima secara teratur. Sedangkan anggaran dasar pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah. Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-komponen yang jumlah dan proporsinya bervariasi diantara sekolah yang satu dan daerah yang lainnya.40

Sekolah/madrasah merupakan system yang terdiri atas serangkaian komponen yang saling terkait, dan membutuhkan masukan dari lingkungan untuk melakukan proses transportasi serta mengeluarkan hasil. Kebutuhan akan masukan dan keluaran merupakan kenyataan yang tidak dapat

dipungkiri dari ketergantungan sekolah terhadap masyarakat dan

lingkungannya. Masukan terhadap system sekolah terhadap mencakup perangkat lunak, keras dan manusia yang selaras dengan perkembangan lingkungan. Hal tersebut memberikan konsekwensi terhadap proses transformasi dalam system sesuai dengan tuntutan lingkungan terhadap keluaran.

Dari berbagai hasil kajian konseptual dapat dideskripsikan bahwa manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah mencakup tiga

39

E.Mulyasa,M.Pd, Manajemen berbasis sekolah :konsep, strategi, dan implementasi. PT remaja Rosdakarya, bandung. H.171

40

DR. Nanang Fattah, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. PT Remaja Rosda Karya: Bandung 2006. Hal. 23


(43)

kegiatan pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawaban.

Dan di dalam perencanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah sedikitnya mencakup dua kegiatan, yakni penyusunan anggaran dan pengembangan rencana anggaran belanja madrasah (RAPBM).

1. Penyusunan anggaran

Salah satu cara berfikir, berkaitan dengan pengelolaan dana di sekolah adalah kreatif dan dinamis selaras dengan kebutuhan

perkembangan yang terjadi di masyarakat dan lingkungan. 41

Proses penyusunan anggaran di sekolah, sangat sederhana dan kepala sekolah dapat melaporkan secara sederhana pula. Format yang digunakan untuk menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah (RAPBM) meliputi (1) sumber pendapatan; (2) pengeluaran untuk kegiatan belajar-mengajar, pengadaan dan pemeliharaan sarana prasarana, pengembangan sumber belajar dan alat pelajaran, serta honorarium dan kesejahteraan.

Dalam kaitannya dengan proses penyusunan anggaran ini, Lipham (1985) mengungkapkan empat fase kegiatan pokok sebagai berikut:

a. Merencanakan anggaran; yaitu kegiatan mengidentifikasi tujuan,

menentukan prioritas, menjabarkan tujuan ke dalam penampilan operasional yang dapat diukur,menganalisis alternative pencapaian tujuan dan membuat rekomendasi alternative pendekatan untuk mencapai sasaran.

b. Mempersiapkan anggaran; yaitu menyesuaikan kegiatan dengan

mekanisme anggaran yang berlaku, bentuknya, distribusi, dan sasaran program pengajaran perlu dirumuskan dengan jelas. Melakuan inventarisasi kelengkapan peralatan dan bahan-bahan yang telah tersedia.

c. Mengelola pelaksanaan anggaran; yaitu mempersiapkan

pembukuan, melakukan pembelanjaan dan membuat transaksi, membuat perhitungan, mengawasi pelaksanaan sesuai dengan prosedur kerja yang berlaku, serta membuat laporan dan pertanggungjawaban keuangan.

41

E.Mulyasa,M.Pd, Manajemen berbasis sekolah :konsep, strategi, dan implementasi. PT remaja Rosdakarya, bandung. h.172


(44)

d. Menilai pelaksanaan anggaran; yaitu menilai pelaksanaan proses belajar-mengajar, menilai bagaimana pencapaian sasaran program, serta membuat rekomendasi untuk perbaikan anggaran yang akan

datang. 42

Proses penyusunan anggaran memerlukan data yang akurat dan lengkap sehingga semua perencanaan kebutuhan untuk masa yang akan datang dapat diantisipasi dalam rencana anggaran. Banyak factor yang mempengaruhi proses penyusunan anggaran pendidikan di sekolah/madrasah, seperti perkembangan peserta didik, inflasi, pengembangan program, dan pebaikan serta peningkatan pendekatan belajar-mengajar.

2. Pengembangan Rencana Anggaran Belanja Madrasah (RAPBM)

Proses pengembangan RAPBM pada umumnya menempuh langkah-langkah pendekatan dengan prosedu sebagai berikut:

a. Pada tingkat kelompok kerja : kelompok kerja yang dibentuk madrasah, yang terdiri dari para pembantu kepala madrasah memiliki tugas antara lain melakukan identifikasi

kebutuhan-kebutuhan biaya yang harus dikeluarkan, selanjutnya

diklarifikasian, dan dilakukan perhitungan sesuai dengan kebutuhan.

b. Pada tingkat kerjasama dengan komite sekolah : kerjasama antara komite madrasah dengan kelompok kerja yang telah terbentuk perlu dilakukan untuk mengadakan rapat pengurus dan rapat anggota dalam rangka mengembangkan kegiatan yang harus dilakukan sehubungan dengan pengembangan RSPBM.

c. Sosialisasi dan legalitas : setelah RAPBM dibicarakan dengan komite madrasah selanjutnya disosialisasikan kepada berbagai pihak. Pada tahap inikelompok kerja melakukan konsultasi dan laporan pada pihak pengawas, serta mengajukan usulan RAPBM

42

E.Mulyasa,M.Pd, Manajemen berbasis sekolah :konsep, strategi, dan implementasi. PT remaja Rosdakarya, bandung h.174


(45)

kepada Kanwil Departemen Agama untuk mendapat pertimbangan

dan pengsahan. 43

Dan dalam Pelaksanaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dalam garis besarnya dapat dikelompokkan ke dalam dua

kegiatan, yakni penerimaan dan pengeluaran serta

pertanggungjawaban.

a. Penerimaan

Penerimaan pembiayaan pendidikan madrasah dari

sumber-sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur

pengelolaan yang selaras dengan ketepatan yang disepakati, baik berupa konsep teoretis maupun peraturan pemerintah. Secara konseptual banyak pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan penerimaan keuangan, namun secara peraturan termasuk dalam penyelenggaraan pendidikan di madrasah ada beberapa karakteristik yang identik.

Berdasarkan buku pedoman rencana, program dan

penganggaran, sumber dana pendidikan yang dapat

dikembangkan dalam anggaran belanja madrasah antara lain meliputi anggaran rutin (DIK); anggaran pembangunan (DIP); dana penunjang pendidikan (DPP); dana masyarakat; donator; dan lain-lain yang dianggap syah oleh semua pihak. Pendanaan pendidikan pada dasarnya bersumber dari pemerintah, orang tua, dan masyarakat (pasal 33 No.2 Tahun 1989). Di samping itu, dapat pula digali sumber-sumber yang mungkin dari pihak masyarakat dalam bentuk kerjasama saling menguntungkan

(mutualisma).44

43

Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen

Berbasis Madrasah” tahun 2003. h 118

44Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen Berbasis Madrasah” tahun 2003. h.119


(46)

Prosedur pembukuan penerimaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah di lingkungan Departemen Agama, nampaknya menganut pola paduan antara pengaturan pemerintah pusat dan madrasah. Dalam hal ini ada beberapa anggaran yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang intinya pihak madrasah tdak boleh menyimpang dari petunjuk pengunaan atau pengeluarannya, dan madrasah hanya sebagai pelaksana penguna dalam tingkat mikro kelembagaan.

Dengan demikian, pola manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah terbatas pada pengelolaan dana tingkat operasional. Salah satu kebijakan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah adalah adanya pencarian tambahan dana dari partisipasi masyarakat, selanjutnya cara pengelolaannya dipadukan sesuai tatanan yang lazim sesuai dengan peraturan yang berlaku. Namun demikian, sesuai dengan semangat otonomi daerah dan desentralisasi pendidikan dengan pengembangan konsep manajemen berbasais madrasah, maka madrasah memiliki kewenangan dan keleluasaan yang cukup lebar dalam kaitannya dengan manajemen pembiayaan untuk mencapai efektifitas pencapaian tujuan madrasah.

b. Pengeluaran

Dana yang diperoleh dari berbagai sumber perlu digunakan secara efektif dan efisien. Artinya, setiap perolehan dana dalam pengeluarannya harus didasarkan pada kebutuhan-kebutuhan pembiyaan pendidikan di madrasah.

Pengeluaran madrasah berhubungan dengan

pemmbayaran keuangan madrasah untuk pembelian beberapa sumber atau input dari proses madrasah, seperti pendidik, tenaga kependidikan, bahan-bahan, perlengkapan, dan fasilitas. Ongkos menggambarkan seluruh sumber yang digunakan


(47)

dalam proses madrasah, apakah digambarkan dalam anggaran biaya madrasah atau tidak. Ongkos dari sumber madrasah termasuk nilai setiap input yang digunakan, sekalipun

madrasah menyumbangkan atau tidak terlihat ssecara akurat.45

Dalam manajemen pembiayaan pendidikan berbasis

madrasah, pengeluaran keuangan (uang yang harus

dipertanggungjawabkan) atau UYHD harus dibukukan sesuai dengan pola yang ditetapkan oleh peraturan. Beberapa hal yang harus dijadikan patokan bendahara dalam pertanggungjawaban pembukuan, meliputi format buku kas harian, buku tabelaris, dan format laporan daya serap penggunaan anggaran serta beban pajak. Aliran pengeluaran keuangan harus dicatat sesuai dengan waktu serta peruntukannya.

Dalam manajemen pembiayaan pendidikan madrasah penyusunan anggarana belanja madrasah dilaksanakan oleh kepala madrasah dibantu para wakilnya yang ditetapkan oleh kebijakan madrasah, serta komite madrasah di bawah pengawasan pemerintah.

c. Evaluasi dan Pertanggungjawaban

Evaluasi dan pertanggungjawaban terhadap apa yang telah dicapai harus dilakukan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi dan pertanggungjawaban pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dapat diidentifikasikan ke dalam tiga hal, yaitu pendekatan pengendalian penggunaan alokasi dana, bentuk pertanggungjawaban dana pendidikan tingkat madrasah, dan keterlibatan pengawasan pihak eksternal

madrasah. 46

45 Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen Berbasis Madrasah”…h. 121

46

Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen


(48)

1. Evaluasi ; dalam evaluasi pembiayaan pendidikan, pengawasan merupakan salah satu proses yang harus dilakukan dalam manajemen pembiayaan pendidikan berbasis madrasah. Pengawasan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah harus dilakukan melalui aliran masuk dan keluar uang yang dibutuhkan oleh bendahara. Hal itu dilakukan mulai dari proses keputusan pengeluaran pos anggaran, pembelanjaan, perhitungan dan penyimpanan barang oleh petugas yang ditunjuk. Secara administrasi pembukuan setiap pengeluaran dan pemasukan setiap bulan ditandatangani sebagai berita acara.

Kepala madrsah sebagai atasan langsung

bertanggungjawab penuh atas pengendalian, sedangkan pengawasan dari pihak berwenang melalui pemeriksaan yang dilaksanakan oleh instansi vertical, seperti petugas dari Departemen Agama, dan Bawasda. Pengawasan tersebut relative dilhat dari tugas rutinitas atas dasar kewenangan pengawasan pembiayaan yang masuk dan diserap di madrasah.

2. Pertanggungjawaban; pertanggungjawaban penerimaan dan

penggunaan pembiayaan pendidikan berbasis madrasah dilaksanakan dalam bentuk laporan bulanan dan triwulan kepada: (a) Kepala Kanwil Departemen Agama, (b) Kepala Badan administrasi Keuangan Daerah, (c) Kantor

Departemen Agama Setempat. Pertanggungjawaban

dilaporkan setiap bulan kepada pihak yang ditetapkan sesuai dengan format dan ketetapan watu. Khusus untuk keuangan komite madrasah, bentuk pertanggungjawaban sangat terbatas pada tingkat pengurus dan tidak secara langsung kepada orang tua peserta didik.


(49)

3. Keterlibatan Pengawas pihak eksternal madrasah ; sesuai dengan tugas, fungsi dan kewenangannya, pengawasan keuangan pihak eksternal madrasah dilaksanakan oleh petugas dari Bawasda, dan Departemen Agama, baik dana yang bersumber dari pemerintah maupun dana dari masyarakat (orang tua peserta didik). Pengawasan manajemen pembiayaan pendidikan yang dilakukan oleh Deparrtemen Agaa dan Bawasda tersebut dilakukan secara rutin satu tahun sekali melalui pemeriksaan pembukuan

keuangan madrasah. 47

47Departemen Agama RI DIRJEN Kelembagaan Agama Islam, “pedoman Manajemen Berbasis Madrasah”… h. 125


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Lembaga yang penulis pilih untuk dijadikan tempat penelitian adalah Madrasah Tsanawiyah Unwaanunnajah, yang berlokasi di Kelurahan Pondok Pucung, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan. Sebelum penulis melakukan penelitian, penulis meninjau langsung ke lokasi sekaligus meminta izin kepada kepala madrasah dan kepala bidang administrasi untuk mengadakan penelitian di Madrasah Tsanawiyah Unwaanunnajah selama kurang lebih tiga bulan, yaitu mulai Bulan Februari sampai bulan mei 2011.

B. Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yang bersifat deskriptif analitik. Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan tetap dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari sekadar angka atau frekuensi. Dalam penelitian ini narasumber yang penulis pilih adalah kepala sekolah, komite, kepala administrasi dan tiga orang guru yang penulis acak berdasarkan usia mengajar dan jenis kelamin. Setelah mendapatkan data, Peneliti segera melakukan analisis data dengan memberi pemaparan gambaran


(1)

T{ASIL WAWANCARA Hari/Tanggal

Responden Jabatan

Pokok Pembicaraan

Kamis, 30 Juni 20l l Abdurrahman, S.Pd.I Guru Qurdis

Tanggapan tentang dana BOS

l. Apakah anda mengetahui tentang dana BOS ?

Ya, Saya mengetahui, yaitu dana yang diberikan pemerintah untuk operasional sekolah, untuk seluruh peserta didik yang dibayarkan setiap tri wulan, dan dilaporkan setelah diberikan.

2, Anda mengetahui bahwa sekolah ini mendapat dana BOS ?

Ya, dan besar nyapun diketahui karena selalu diumumkan di papan pengumuman 3. Apakah anda diikut sertakan dalam pengelolaan ddna BOS ?

ya, karena dalam sistem pengelolaan dana tersebut kami diikut sertakan dalam keputusan bersama seperti dalam penyusunan RAPBM

4. Apakah anda ikut berperan dalam p"."o."o""o,l"ng"r"asan dan evaluasi dana BOS?

Teqtu, Guru juga salah satu komponen yang bertanggung jawab pada dana Bos, jadi dari perencanaan, pengelolaan pengawasan dan evaluasi kami pun harus ikut

sena.

4. Apakah anda ikut mensosialisasikan kepada peserta didik ?

Pasti, karena Guru juga harus bisa mensosialisasikan dana BOS kepada peserta didik agar tidak ada permasalahan -pennasalahan yang justru timbul karena dana tersebut.

5. Apakah dana BOS sangat membantu proses belajar nengajar di sekolah ini?

Ya, Saya termasuk guru senior disekolah ini, dimana saya merasakan betul sebelum dan sesudah dana BOS itu diadakan, saya pikir keputusan pemerintah itu sudah benar untuk lebih memperhatikan pendidikan. Apalagi ini sekolah


(2)

Fl

s w a s t a y a n g s e m u a a w a l n y a t e r g a n t u n g s e k a l i p a d a p e s e r t a d i d i k , d a n Alhamdulillah setetah sekolah ini mendapuid*" BoS sekolah ini makin banyak

perkembangan khususnya dikemajuan peserta didik

Apakah ada pengaruhnya terhadap siswa? Apa contohnya?

ya,karenapeser-tadidikbanyakterbantu,Khususnyadalampeningkatanmutu pendidikan,contohnyabahanpelajaran(buku)merekalebihbanyakdanlebih baik.

Sebagai pendidik, setelah adanya dana BOS apakah anda merasakan manfaatnYa?

Tentu, manfaat yang paling besar saya rasakan, adalah lebih tersedianya sarana-saranapendidikanyangmembantuprosesbelajarmengajar,untuklebihbisa meningkatkan mutu Pendidikan'

Pondok Pucung, 30 Juni 201 I Narasumber Pewawancara


(3)

Hari/Tanggai Responden Jabatan

Pokok Pembicaraan

F{ASIL WAWANCARA Kamis, 30 Juni 2011 Murnih, S.Ag Guru Fiqih

Tanggapan tentang dana BOS

1. Apakah anda mengetahui tentang dana BOS ?

2. Anda mengetahui bahwa sekolah ini mendapat dana BOS ? 3. Apakah anda diikut sertakan dalam pengelolaan dana BOS ?

4. Apakah anda ikut berperan dalam perencanaan, pengawasan dan evaluasi dana BOS?

5. Apakah anda ikut mensosialisasikan kepada peserta didik ?

6. Apakah dana BoS sangat membantu proses belajar mengajar di sekolah ini? 7. Apakah ada pengaruhnya terhadap siswa? Apa contohnya?

g. Sebagai penOiJik, setelah adanya dana BOS irpakah anda merasakan manfaatnYa?

Jawaban

1. Ya, dana BOS adalah dana yang diberikan pemerintah untuk seiuruh sekolah pa'ja jenjang dasar, ini adalah salah satu program pemerintah untuk meringankan

masyarakat khususnya.dalam bidang pendidikan, dan juga bertujuan untuk memajukan dunia Pendidikan'

2.Ya,karena disekolah ini selalu memberitahukan walaupun hanya dengan pengumuman yang di tempel di dinding depan sekolah

3. Ya, sebagai guru kami pun ikut bertanggung jawab dalam pengelolaan dana BOS' karenasetiapdilakukankeputusankamipundidikutsertakan

.Ya,Bahkan saya sendiri yang waktu itu ikut serta merumuskan program sekolah yang akan dilakukan khususnya dalam penggunaan dana BOS

5. Ya pada dasarnya pihak sekolah selalu mensosialisasikan dana tersebut di setiap pemasukan oan pengguna,nnya di papan pengumuman, akan tetapi gurupun selalu


(4)

mombantu ikut mensosialisasikan kepada peserta didil' agar merekan lebih memahami PenngelolaannYa.

6. Tentu saja, setelah diadakannya program dana Bos sekolah ini sangat terbantukan khususnya dalam program belajar mengajar, kerena untuk melengkapi masalah masalatr ketcuranjan yang ada di sekolah dikit demi sedikit bisa teratasi' inikan

sekolah swasta apalagi yayasan yang semuanya tergantung pada masukan dari peserta didik.

7.Ya,ini dibuktikan dengan selalu ada peningkatan peserta didik setiap tahunnya' apalagi disekolah ini menggunakan sistem subsidi silang, jadi banyak peserta didik yang tidak mampu bisa terbantu'

8. Yao khususnya pinansial guru lebih baik, dan yang paling penting keberhasilan peserta didik untuk lebih baik

Pondok Pucung, 30 Juni 201 I

Pewawancara Narasumber


(5)

.:

Hari/Tanggal Responden Jabatan

Pokok Pembicaraan

HASIL WAWANCARA Kamis, 30 Juni 2011 Nuranissa

Guru Bahasa Arab

TanggaPan tentang dana BOS 1. Apakah anda mengetahui tentang dana BOS ?

Z. nnaa mengetahui Lanwa sekolah ini mendapat dana BOS ? 3. Apakah anda diikut sertakan dalam pengelolaan dana BOS ?

4.Apakahandaikutberperandalamperencanaan'pengawasandanevaluasidana BOS?

5. Apakah anda ikut mensosialisasikan kepada peserta didik ?

6.ApakahdanaBossangatmembantuprosesbelajarmengajardisekolahini? 7. Apakafr ada pengaruhnya terhadap siswa? Apa contohnya?

8'-Sebagaipendidik,setelahadanyadanaBosapakahandamerasakanmanfaatnya? Jawaban

1. ya, yaitu dana yang dianggarkan pemerintah untuk pendidikan yang diberikan pada seluruh setcoie*r tingkat dasar, yang diprogramkan untuk membantu masYarakat Yang kurang mampu

2. Tentu, kama sekolah selalu mensosialisasikan, dan kamipun kadang diajak untuk membantu dalam mensosialisasikannya'

3. Ya, Guru adalah salah satu perumus pengelolaan danaBOS

4. Pasti, dalam perencanaan, pengawasan dan evaluasi peran seorang guru sangat

diperlukankarenayangtefjunlangsungmerasakanpengelolaandanatersebut gurulah Yang Paling merasakan'

5.Ya,karenaGuruyanglanngsungterjunkepdapeserta.tidik,walupunpihakskolatt telah mensosialisasikan guruprn ilut memebntu mer{elaskan'


(6)

\

\

6. Ya, untuk menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dana BOS F -fannya pun sangat diperlukan untuk meratakan pendidikan di Indonesia.

7.Ya,dana BOS disekolah ini sangat mempengaruhi peserta didik, mereka lebih baik {alam hal apapun karena sudah tidak adalagi alasan tidak ada, semua bisa .

terbatukan dengan adanya dana tersebut, apalagi dalam peningkatan mutu ini sangat berPengaruh

8. Ya, dana BOS disekolah ini sangat bermanfaat khususnya saya sebagai pendidik ini sangat terbantu untuk lebih bisa menjadikan peserta didik yang bermutu'

Pondok Pucung, 30 Juni 201 1

Pewawancara Narasumber

('f-4^

-T