2.1.2.4 Sinus Maksilaris Sinus  maksilaris  terletak  di  dalam  korpus  maksilaris  di  belakang  pipi.
Muara  dari  sinus  maksilaris  tersebut  adalah  meatus  nasi  medius  melalui  hiatus semilunaris Snell, 2008.
2.2. Fisiologi Hidung
Hidung  memiliki  tiga  fungsi  utama  yaitu  penciuman,  pernafasan,  dan perlindungan.  Ketiga  fungsi  ini  dibantu  oleh  anatomi  kavum  nasi  yang  berliku-
liku  sehingga  menciptakan  area  perrmukaan  yang  luas.  Permukaan  kavum  nasi yang  bersilia  meningkatkan  kontak  dengan  udara  yang  masuk,  sehingga
memaksimalkan  fungsi  penciuman  serta  menghasilkan  pemanasan,  kelembaban, dan filtrasi yang efisien terhadap udara yang masuk ke hidung sebelum mencapai
saluran pernafasan bawah Walsh, Kern, 2006. Ketika  udara  melewati  hidung,  terdapat  tiga  fungsi  pernafasan  normal
yang  dilakukan  oleh  kavum  nasi  yaitu,  udara  dipanaskan  oleh  permukaan  luas pada  konka  dan  septum  yang  total  areanya  sekitar  160  cm²,  udara  dilembabkan
ketika  melewati  hidung,  kelembaban  berasal  dari  kadar  air  yang  terdapat  pada mukus  yang  tertransudasi  secara  langsung  dari  pembuluh-pembuluh  darah  pada
hidung,  dan  udara  difiltrasi,  rambut-rambut  dan  vibrissae  pada  lubang  hidung, memfiltrasi  partikel-partikel  besar  yang masuk ke hidung. Ketiga  fungsi  tersebut
disebut  dengan  air  conditioning  function  pada  saluran  pernafasan  bagian  atas Guyton, 2006; Walsh, Kern, 2006.
Rambut-rambut pada lubang hidung penting untuk menyaring partikel dari luar yang berukuran besar. Yang lebih penting lagi adalah membersihkan partikel
dengan  presipitasi  turbulen.  Ketika  udara  masuk  ke  hidung  akan  berbenturan dengan  beberapa  hambatan  yaitu,  konka  yang  menyebabkan  turbulensi  udara,
septum,  dan  dinding  faring.  Saat  udara  berbenturan  dengan  salah  satu  hambatan tersebut,  maka  harus  mengubah  arah  gerakannya.  Partikel-partikel  yang  ada  di
udara  memiliki  massa  dan  momentum  yang  lebih  besar  daripada  udara  tersebut, sehingga  tidak  dapat  mengubah  arah  gerakannya  secara  cepat  seperti  yang  dapat
udara  lakukan.  Oleh  karena  itu,  partikel-partikel  tersebut  diteruskan,  membentur
Universitas Sumatera Utara
permukaan  hambatan,  dan  terperangkap  di  dalam  lapisan  mukosa  kemudian ditranspor  oleh  silia  ke  faring  untuk  di  telan.  Mekanisme  turbulensi  tersebut
sangat  efektif untuk  membersihkan partikel-partikel  yang ukurannya lebih dari 6 mikrometer Guyton, 2006.
2.3. Sistem Mukosiliar Hidung