mendorong  mukus  beserta  partikel  yang  terjerat  menuju  ke  faring  dan  esofagus Ballenger, 2003.
2.3.2.  Transpor Mukosiliar
Transpor  mukosiliar  atau  sistem  pembersihan  adalah  dua  sistem  yang bekerja  sama  satu  dengan  yang  lainnya  yang  tergantung  pada  gerakan  aktif  silia
mencapai  serpihan  mukus  pada  permukaan  luminal  dan  mendorong  serpihan- serpihan tersebut ke esofagus Ballenger, 2003.
Lapisan  tipis  dari  mukus  melapisi  epitel  hidung.  Lapisan  tersebut  terdiri dari 2 lapisan: lapisan viskositas rendah yang menyelubungi silia sol phase dan
lapisan yang lebih kental gel phase. Mukus berasal dari sel goblet, seron-mucus dan  kelenjar  serous,  eksudasi  dari  pembuluh  darah  dan  air  mata.  Albumin  dan
immunoglobulin,  lisozim,  lactoferin,  sitokin,  dan  mediator-mediator  lain  sama seperti  ion-ion  yang  terdapat  pada  lapisan  mukosa.  Gerakan  silia  menyebabkan
mukus  terdorong  menuju  nasofaring,  kecuali  pada  bagian  anterior  dari  konka inferior    dimana  transpor  mukosa  hidung  berada  di  depan.  Partikel  dan  zat  yang
terperangkap  atau  terlarut  di  dalam  mukus  akan  ditelan  dan  dihancurkan  oleh enzim-enzim  yang  terdapat  di  saluran  cerna.  Peningkatan  atau  penurunan  dari
lapisan  mukosa  menghasilkan  gangguan  pada  transportasi.  Pembersihan mukosiliar juga dapat  terganggu akibat  disfungsi  silia seperti pada fibrosis kistik
atau diskinesia silia primer Gaga, Vignola, Chanez, 2001. Lapisan  mukosa  akan  dibawa  ke  nasofaring  setiap  10-15  menit  oleh
gerakan  silia  dan  digantikan  dengan  mukus  baru  yang  disekresikan  oleh  kavum nasi  dan  mukosa  sinus.  Aktifitas  silia  dapat  terganggu  akibat  penurunan
kelembaban,  penurunan  temperatur,  atau  kohesi  dari  permukaan  mukosa  yang berlawanan Walsh, Kern, 2006.
Lapisan  mukosa  bergerak  dengan  kecepatan  2-25mmmenit.  Secara terperinci,  yang  mengontrol  frekuensi  gerakan  silia  belum  diketahui.  Namun,
frekuensi gerakan silia akan meningkat jika sel-sel tersebut terpapar oleh NO atau sebuah  mekanis,  calsium-mediated  stimulus,  sedangkan  IL-3  akan  menurunkan
frekuensinya.  Selain  itu,  aktivitas  fisik  yang  intensif  juga  dapat  menurunkan
Universitas Sumatera Utara
fungsi  transpor  mukosiliar.  Penggunaan  NaCl  memicu  peningkatan  frekuensi gerakan silia dan memperbaiki fungsi transpor mukosiliar Beule, 2010.
2.3.3.
Patofisiologi Terganggunya Sistem Transpor Mukosililiar
Ozon  O3  adalah  hasil  dari  reaksi  photochemical  antara  radiasi ultraviolet,  NO2  dan  hidrokarbon  yang  merupakan  derivat  dari  asap  kendaraan.
Jumlah O3 tergantung kepada jumlah  NO2 yang dihasilkan kendaraan pada cuaca cerah yang akan mengubah NO2 menjadi O3. O3 adalah polusi udara yang paling
utama pada cuaca cerah, karena jumlahnya bisa mencapai lebih dari 90 dari total level oksidan di kota dengan cuaca cerah Olivieri Scoditti, 2005.
Bagan 2.1 Patofisiologi Terganggunya Sistem Transpor Mukosiliar
O3  secara  potensial  menyebabkan  pembentukan  produk  reaktif  sekunder dan  tersier,  yang  akan  menyebabkan  peningkatan  reactiveO2  species  ROS
intraselular. O3 juga meningkatkan permeabilitas sel epitel, menyebabkan alergen NO2dan Hidrokarbon
O3 Ozon
Peningkatan intraselular ROS dan pelepasan sitokin-sitokin inflamasiIL-1,
IL-6, IL-8, TNF
Kerusakan jaringan dan destruksi sel epitel respiratori
Terganggunya sistem transpor mukosiliar
Radiasi Ultraviolet
Universitas Sumatera Utara
dan  toksin  menjadi  mudah  masuk  serta  menyebabkan  terjadinya  perlepasan sitokin-sitokin  inflamasi  Interleukin  IL-1,  IL-6,  IL-8,  dan  tumour  necrosis
factor  TNF.  Sehingga  akan  terjadi  kerusakan  jaringan  dan  destruksi  sel  epitel
respiratori yang akan menyebabkan terganggunya sistem transpor mukosiliar.
2.3.4.  Faktor yang Mempengaruhi Transpor Mukosiliar