sumber  infeksi.  Perubahan  kadar  pH  menjadi  lebih  asam  ini  akan  mengganggu kerja dari silia-silia hidung, sebab frekuensi denyut silia bekerja optimal pada pH
normal, yaitu 7-9 Waguespack,1995. Selain  itu,  polutan-polutan  dalam  polusi  udara  dapat  merubah  komposisi
dari  sekret  hidung  sehingga  menyebabkan  kerusakan  epitel  dan  silia.  Kerusakan ini  akan  memperpanjang  waktu  transpor  mukosilia.  Hal  ini  akan  menyebabkan
gangguan  sistem  mukosiliar  dan  mengakibatkan  polutan  yang  tertangkap  oleh palut  lendir  akan  menembus  mukosa  hidung  dan  terjadilah  obstruksi.  Dari  sini
akan  muncul  keluhan-keluhan  pernafasan  lainnya  seperti  batuk,  sesak  napas, rhinitis  sehingga  menurunnkan  kualitas  hidup.  Jika  hal  ini  terjadi  terus  menerus
dalam  jangka  waktu  tertentu  akan  menyebabkan  rhinosinusitis  kronis  atau sinusitis kronik Mukono, 2008.
2.5. Kualitas Hidup
Kesehatan  adalah  suatu  keadaan  dimana  kesejahteraan  lengkap  meliputi fisik,  mental,  dan  sosial  bukan  hanya  tidak  adanya  penyakit.  Oleh  karena  itu,
penilaian  kesehatan  dan  efek  dari  perawatan  kesehatan  bukan  hanya  perubahan frekuensi dan keparahan penyakit tetapi harus mencakup perkiraan kesejahteraan
dan  ini  dapat  dinilai  dengan  mengukur  perbaikan  kualitas  hidup  yang  berkaitan dengan  kesehatan.  Kualitas  hidup  adalah  persepsi  individu  mengenai  posisi
mereka  dalam  kehidupan  dilihat  dari  konteks  budaya  dan  sistem  nilai  dimana mereka tinggal serta  hubungannya dengan tujuan, harapan, standard, dan hal-hal
lain yang menjadi perhatian individu WHO, 1997. Kualitas  hidup  adalah  keadaan  yang  dipersepsikan  terhadap  keadaan
seseorang sesuai konteks budaya dan sistem nilai yang dianutnya, termasuk tujuan hidup, harapan, dan niatnya Departemen Kesehatan RI, 2007.
Dimensi dari kualitas hidup menurut Jennifer J. Clinh, Deborah Dudgeeon dan Harvey Schipper 1999 dalam Departemen Kesehatan RI, 2007 adalah:
a. Gejala fisik
b. Kemampuan fungsional aktivitas
c. Kesejahteraan keluarga
Universitas Sumatera Utara
d. Spiritual
e. Fungsi sosial
f. Kepuasan terhadap pengobatan termasuk masalah pengobatan
g. Orientasi masa depan
h. Kehidupan seksual, termasuk gambaran terhadap diri sendiri
i. Fungsi dalam bekerja
Pengukuran  kualitas  hidup  telah  berkembang  selama  ±  20  tahun  dan  kini telah  menjadi  metodologi  tertentu  dengan  teori  yang  terstruktur  formal.  Skor
kualitas hidup telah semakin diakui sebagai ukuran hasil yang penting baik dalam penelitian,  pelayanan  kesehatan,  dan  evaluasi  pengobatan.  Penilaian  kualitas
hidup secara luas digunakan dalam uji klinis dan dalam pengamatan studi tentang kesehatan  dan  penyakit.  Hal  ini  sering  digunakan  untuk  mengevaluasi  intervensi
dan efek samping pengobatan serta dampak penyakit dan proses biologis lainnya dari waktu ke waktu Kalantar-Zadeh, 2000.
Gangguan-gangguan  pada  hidung  yang  menurunkan  kualitas  hidup umumnya  mempengaruhi  tidur,  kehidupan  sosial,  sekolah,  dan  pekerjaan
seseorang.  Korelasi  antara  beratnya  gejala  pada  hidung  dengan  kualitas  hidup ditemukan  hanya  derajat  ringan  sampai  sedang.  Untuk  mendapatkan  gambaran
kesehatan  pasien  secara  keseluruhan,  dapat  dinilai  dengan  menilai  kualitas hidupnya. Kualitas hidup yang berhubungan dengan hidung tersebut dapat diukur
dengan  mini-Rhinoconjunctivitis  Quality  of  Life  Questionnaire  mRQLQ  yang telah  tervalidasi.  Ditemukan  bahwa  dengan  melakukan  cuci  hidung  terdapat
perbaikan kualitas hidup Airaksinen, 2010; Cordray et al., 2005; Hermelingmeier et al., 2012; Juniper, 2000; Rogkakou et al., 2005.
2.6. Cuci Hidung