Tinjauan Pustaka Analisis Biaya Pengelolaan Pascapanen Sayuran Kubis Ekspor (Kasus : Gapoktan Dolok Mariah di Desa Seribudolok Kecamatan Silimakuta Kabupaten Simalungun)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Kubis atau kol atau engkol yang kita kenal sekarang pada mulanya merupakan tumbuhan liar dari daerah sub tropik. Tanaman ini berasal dari Eropa dan Asia kecil, terutama tumbuh di daerah Great Britain dan Mediteranian. Asal usul tanaman kubis budidaya diduga berawal dari kubis liar Brassica olerasea var sylvestris yang tumbuh di sepanjang Pantai Laut Tengah, Inggris, Denmark dan sebelah utara Prancis Barat, serta Pantai Glamourgan Rukmana, 1994. Kubis liar tersebut ada yang tumbuh sebagai tanaman biennial dan ada juga yang perennial. Kubis yang telah dibudidayakan dibuat menjadi tanaman annual. Untuk memperoleh bijinya, kubis tersebut dibiarkan tumbuh sebagai tanaman biennial Annonimous, 2006. Pracaya 2001 menyebutkan bahwa, secara umum kubis dapat tumbuh pada semua jenis tanah. Namun demikian, pertumbuhannya akan ideal bila ditanam pada tanah liat berpasir yang mengandung bahan organik. Selama hidupnya kubis memerlukan air yang cukup tetapi tidak boleh berlebihan. Di Indonesia pada umumnya kubis banyak ditanam di dataran tinggi 1000-2000 meter diatas permukaan laut dpl. Tapi setelah diketemukan kultivar atau varietas yang tahan panas, tanaman kubis dapat diusahakan di dataran rendah 100-200 meter di atas permukaan laut walaupun hasilnya tidak sebaik yang ditanam di dataran tinggi Rukmana, 1994. Universitas Sumatera Utara Biasanya kubis dapat dipanen pada umur 3-4 bulan. Untuk mendapat hasil yang maksimum, kubis harus sudah dipanen apabila kropnya telah keras. Tanda ini biasa dirasakan dengan memegang atau menekan krop kubis tersebut Pracaya, 2001. Sebagaimana telah diketahui, bahwa harga produk hortikultura, baik sayuran, buah- buahan, maupun tanaman hias sangat ditentukan oleh mutunya. Penilaian terhadap mutu sesungguhnya sangat bersifat kualitatif dan sulit untuk dikuantifikasi. Pada sayuran, mutu ditentukan oleh kesegaran, warna daun, dan adatidaknya lubang- lubang bekas serangan hama Zulkarnain, 2009. Menurut Utama 2001, perlakuan-perlakuan pascapanen adalah bertujuan memberikan penampilan yang baik dan kemudahan-kemudahan untuk konsumen, memberikan perlindungan produk dari kerusakan dan memperpanjang masa simpan. Sukses penanganan pascapanen memerlukan koordinasi dan integrasi yang hati-hati dari seluruh tahapan dari operasi pemanenan sampai ke tingkat konsumen untuk mempertahankan mutu produk awal. Beberapa tahapan perlakuan umum pascapanen antara lain adalah pre-sorting, pencucian, pelilinan, pengendalian penyakit, pengendalian insekta, dan grading.

2.2 Landasan Teori Teori Biaya Produksi