Pembahasan .1 Biaya Pembungkus Kubis.

5.2 Pembahasan 5.2.1 Biaya Pembungkus Kubis. Pada petani yang menggunakan packing house, biaya pembungkus kubis tidak ada, karena biaya pembungkus kubis telah ditanggung oleh pihak Gapoktan di packing house . Ini merupakan salah satu keuntungan yang diterima oleh petani yang menggunakan packing house, karena petani tidak perlu susah payah untuk membeli pembungkus kubis. Sehingga penggunaan packing house yang bertujuan untuk menekan biaya ini tercapai. Menurut hasil penelitian, Biaya pembungkus kubis pada petani yang tidak menggunakan packing house berpengaruh positif kepada pendapatan usahatani pascapanen. Biaya pembungkus kubis berhubungan dengan hasil produksi kubis petani, apabila produksi kubis petani meningkat otomatis biaya pembungkus kubis juga meningkat dan berpengaruh positif kepada pendapatan petani. Artinya, semakin tinggi biaya pembungkus kubis maka pendapatan petani juga akan naik. Tetapi ini tidak sesuai dengan teori, dimana apabila biaya semakin tinggi maka pendapatan semakin rendah.

5.2.2 Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang signifikan kepada pendapatan petani baik yang menggunakan packing house maupun petani yang tidak menggunakan packing house. Tanda minus yang terdapat pada T-Hitung menandakan bahwa biaya tenaga kerja mempunyai pengaruh yang berlawanan arah pada pendapatan pascapanen petani. Hal ini sesuai dengan teori, semakin sedikit biaya produksi maka pendapatan akan meningkat. Tenaga kerja pada pengelolaan pasca panen kubis ini paling banyak pada proses pembersihan dan trimming, dimana dalam Universitas Sumatera Utara waktu yang singkat kubis harus segera dibersihkan dan di trimming supaya meminimalisir kerusakan pada kubis.

5.2.3 Biaya Peralatan

Biaya peralatan berpengaruh positif terhadap pendapatan petani yang menggunakan packing house maupun yang tidak menggunakan packing house. Semakin banyak petani mengeluarkan biaya untuk membeli peralatan maka pendapatannya akan semakin menurun. Sedikitnya pengaruh biaya peralatan disebabkan karena pembelian peralatan ini hanya sekali, pembelian peralatan selanjutnya akan dilakukan apabila peralatan yang lama telah rusak. Pemakaian peralatan yang berulang-ulang dapat menghemat biaya yang dikeluarkan oleh petani. Namun kenyataannya, biaya peralatan tidak memiliki pengaruh yang siginifikan kepada pendapatan petani yang menggunakan packing house maupun yang tidak menggunakan packing house walaupun dapat menghemat biaya yang dikeluarkan oleh petani.

5.2.4 Biaya Penyusutan

Biaya penyusutan pada petani yang menggunakan packing house tidak signifikan dan berpengaruh negatif terhadap pendapatan pengelolaan pascapanen petani. Ketika biaya penyusutan meningkat maka pendapatan petani akan mengalami penurunan., dan hal ini sesuai dengan teori. Koefisien biaya penyusutan sebesar - 57,508 pada petani yang menggunakan packing house menunjukkan ketika biaya penyusutan naik 1 Rupiah maka pendapatan akan turun sebesar 57,508 Rupiah. Pada petani yang tidak menggunakan packing house koefisien sebesar -18,113 menunjukkan ketika biaya penyusutan naik 1 Rupiah maka pendapatan akan turun Universitas Sumatera Utara sebesar 18,113 Rupiah, dan hal ini sesuai dengan teori. Tetapi walaupun biaya penyusutan berpengaruh negatif terhadap pendapatan, ini tidak dapat dipakai karena sesuai dengan hasil penelitian biaya penyusutan pada petani yang menggunakan packikng house maupun yang tidak menggunakan packing house tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan petani.

5.2.5 Biaya Kapur

Biaya kapur pada petani yang menggunakan packing house tidak ada, karena sudah ditanggung oleh pihak Gapoktan packing house. Inilah salah satu keuntungan lainnya apabila menggunakan packing house. Biaya kapur pada petani yang tidak menggunakan packing house berpengaruh negatif terhadap pendapatan petani dimana ketika penggunaan kapur yang digunakan untuk menghindari busuknya tongkol kubis naik maka biaya untuk pembelian kapur juga akan naik. Inilah yang menyebabkan pendapatan petani yang tidak menggunakan packing house menurun.

5.2.6 Biaya Listrik, Air, dan Telepon

Biaya listrik, air, dan telepon petani yang menggunakan packing house untuk pengelolaan pasca panen kubis ini tidak ada, karna proses berlangsung di packing house. Biaya listrik, air, dan telepon pada petani yang tidak menggunakan packing house memiliki pengaruh positif kepada pendapatan petani. Artinya apabila biaya listrik, air dan telepon ini naik, maka pendapatan petani juga akan meningkat. Namun, hal ini tidak sesuai dengan teori. Seharusnya pendapatan petani akan meningkat apabila biaya yang dikeluarkan petani semakin menurun. Universitas Sumatera Utara

5.2.7 Penggunaan Packing House untuk Meningkatkan Pendapatan Petani

Pendapatan pengelolaan pasca panen kubis ekspor petani di daerah penelitian cukup bervariasi. Hal ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Jika dilihat dari gambar di atas, pendapatan pengelolaan pasca panen kubis ekspor petani yang menggunakan packing house berwarna biru rata-rata lebih tinggi daripada pendapatan petani yang tidak menggunakan packing house berwarna merah. Ini dikarenakan ada beberapa biaya yang tidak dikeluarkan oleh petani, melainkan packing house yang menanggungnya. Biaya-biaya tersebut adalah biaya pembungkus kubis, biaya kapur, dan biaya listrik, air, dan telepon. Inilah keuntungan yang didapat oleh petani apabila proses pengelolaan pascapanen kubis dilakukan melalui packing house. Universitas Sumatera Utara Dilihat dari segi biaya menurut hasil penelitian, biaya pengelolaan pascapanen yang menggunakan packing house lebih rendah daripada pengelolaan pascapanen yang tidak menggunakan packing house. Modal petani untuk memulai usahatani juga berpengaruh kepada pendapatan petani. Modal usaha petani yang menggunakan packing house berasal dari modal sendiri, sedangkan modal usaha petani yang tidak menggunakan packing house berasal dari dana pinjaman oleh tengkulak. Di antara petani yang tidak menggunakan packing house dengan tengkulak terjadi kesepakatan bahwa hasil panen petani harus dijual ke pemodal yaitu tengkulak dengan harga di bawah rata- rata pasaran. Inilah yang menyebabkan pendapatan petani rendah. Salah satu cara untuk mengatasi masalah permodalan ini adalah dengan memanfaatkan modal yang bersumber dari kredit bank. Apabila dilihat dari segi harga yang terima oleh petani juga berbeda. Harga yang didapat oleh petani yang menggunakan packing house merupakan harga yang telah disepakati di dalam kontrak kemitraan oleh gapoktan dan petani, yaitu sebesar Rp 1.800,00 kg. Harga yang didapat oleh petani yang tidak menggunakan packing house bervariasi, sesuai dengan hasil penelitian harga rata-rata yang diterima petani yang tidak menggunakan packing house sebesar Rp 1.370,00 kg. Hal inilah yang menyebabkan perbedaan pendapatan antara petani yang menggunakan packing house dan petani yang tidak menggunakan packing house. Hal ini diperkuat dengan perhitungan statistik menggunakan uji beda rata-rata, hasilnya menunjukkan bahwa memang ada perbedaan pendapatan petani yang Universitas Sumatera Utara sangat signifikan antara petani yang menggunakan packing house dan yang tidak menggunakan packing house. Ternyata penggunaan packing house yang tujuannya untuk meningkatkan mutu hasil pertanian dalam hal ini sayuran kubis ternyata efektif untuk meningkatkan pendapatan petani. Hal ini dikarenakan petani telah mampu mengaplikasikan pembinaan-pembinaan yang telah diberikan oleh pihak Gapoktan mengenai bagaimana penanganan produk sayuran dengan baik, pembinaan tentang pengendalian hama dan penyakit pasca panen, pembinaan tentang pengemasan, dan sebagainya, sehingga harga kontrak yang ditawarkan oleh Gapoktan juga meningkat dikarenakan kubis yang dihasilkan petani bermutu baik. Dengan naiknya harga kontrak dari Gapoktan, maka pendapatan petani juga akan meningkat. Usaha sektor pertanian dipandang usaha yang mempunyai risiko tinggi terhadap dinamika alam dan rentan terhadap serangan hama dan penyakit yang mengakibatkan penurunan produksi hasil bahkan gagal panen serta risiko fluktuasi harga sehingga pendapatan petani menurun. Oleh karena itu petani menderita kerugian yang cukup besar sehingga untuk usaha berikutnya tidak mempunyai modal lagi, bahkan bagi petani meminjam kredit tidak mampu mengembalikannya sehingga menimbulkan kredit macet. Dengan demikian maka salah satu upaya yang perlu dilakukan secara sungguh- sungguh untuk mengurangi atau memperkecil risiko adalah dengan memperkenalkan asuransi pertanian. Adapun tujuan dari asuransi pertanian ini adalah untuk memberikan perlindungan terhadap petanipeternak dari ancaman risiko gagal panen atau gagal usaha peternakan, mendorong minat para Universitas Sumatera Utara petanipeternak pentingnya peningkatan ketrampilan dan perbaikan manajemen usaha pertanian, mengurangi ketergantungan petanipeternak pada permodalan yang berasal dari pihak lain dan membantu petani menyediakan biayaongkos produksi atau modal usaha, meningkatkan pendapatankeberhasilan para petani dalam melaksanakan usahatani berladang peternak secara berkesinambungan. Beberapa manfaat dari asuransi pertanian adalah Melindungi petani dari sisi finansialpendanaan terhadap kerugian akibat gagal panen, menaikkan posisi petani di mata lembaga pembiayaan untuk mendapatkan kredit petani, menstabilkan pendapatan petani karena adanya tanggungan kerugian dari perusahaan asuransi ketika terjadi kerugian akibat gagal panen, meningkatkan produksi dan produktivitas sektor pertanian dengan mengikuti tata cara bercocok tanam yang baik sebagai prasyarat mengikuti asuransi pertanian, asuransi merupakan salah satu cara untuk mengedukasi petani untuk bercocok tanam secara baik sebagai salah satu prasyarat mengikuti asuransi pertanian, melindungi APBN dari kerugian akibat bencana alam di sektor pertanian karena sudah ditutup oleh perusahaan asuransi. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan