Deskripsi Data Penelitian Karakteristik Responden Hasil Analisis Data

34

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Terminal Amplas Medan adalah merupakan salah satu terminal yang ada di Kota Medan yang berperan sebagai terminal bus antar kota dalam provinsi, antar kota antar provinsi dan angkutan dalam Kota Medan. Terminal Amplas mulai beroperasi secara resmi dilaksanakan pada tanggal 15 Juli 1991. Luas Terminal Amplas adalah 50.961 m 2 . Dengan batas terminal adalah sebagai berikut : 1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli 2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli 3. Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Amplas 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Deli Berdasarkan data yang diperoleh dari laporan Terminal Amplas Medan pada bulan Januari 2001, jumlah kendaraan yang keluar masuk di Terminal Amplas Medan untuk setiap harinya adalah sebanyak 10.000 unit.

5.1.2 Deskripsi Data Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data primer. Data primer yaitu data yang didapatkan dari supir angkutan umum di Terminal Amplas Medan yang setuju menjadi responden.

5.1.3 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini, karakteristik responden yang ada dapat dibedakan berdasarkan usia, tingkat pendidikan, lama bekerja, kebiasaan merokok, kapasitas vital paru, dan volume ekspirasi paksa satu detik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Subjek Penelitian No Variabel Jumlah orang Persentase 1 2 3 4 5 6 Usia Muda ≤44 tahun Tua 44 tahun Tingkat Pendidikan Tamat SMP Tamat SMA Lama Bekerja Baru ≤5 tahun Lama 5 tahun Kebiasaan Merokok Ya Tidak KVP Normal ≥80 Tidak normal 80 VEP 1 Normal ≥75 Tidak normal 75 49 51 30 70 28 72 75 25 40 60 45 55 49,0 51,0 30,0 70,0 28,0 72,0 75,0 25,0 40,0 60,0 45,0 55,0 Dari data tabel 5.1 terlihat bahwa supir angkutan umum yang tergolong muda yaitu 49 dan yang tergolong tua adalah 51. Tingkat pendidikan supir angkutan umum yang tamat SMP yaitu 30 dan yang tamat SMA adalah 70. Supir angkutan umum yang tergolong baru bekerja yaitu 28 dan yang tergolong sudah lama bekerja adalah 72. Berdasarkan karakteristik kebiasaan merokok, diketahui bahwa supir angkutan umum yang merokok yaitu 75 dan yang tidak merokok adalah 25. Selain itu, supir angkutan umum yang memiliki kapasitas vital paru KVP yang tergolong tidak normal yaitu 60 dan yang normal adalah 40 sedangkan yang memiliki volume ekspirasi paksa satu detik VEP 1 yang tergolong tidak normal yaitu 55 dan yang normal adalah 45. Universitas Sumatera Utara

5.1.4 Hasil Analisis Data

Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara lama bekerja dan kebiasaan merokok terhadap kapasitas vital paru dan volume ekspirasi paksa satu detik. Data hasil penelitian dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 5.2 Hubungan Antara Lama Bekerja Dengan KVP Lama Bekerja tahun KVP Restriktif Total p value Normal n Tidak Normal n Baru ≤ 5 Lama 5 25 25 15 15 40 3 3,0 57 57 60 28 72 0,01 Total 100 Berdasarkan data tabel 5.2 terlihat bahwa jumlah supir angkutan umum yang mempunyai nilai KVP normal yaitu sebanyak 40 orang, sedangkan yang tidak normal adalah 60 orang. Selanjutnya dapat dilihat juga bahwa gangguan restriksi paru lebih banyak ditemukan pada supir angkutan umum yang telah lama bekerja 57 dibandingkan dengan supir yang tergolong baru bekerja 3,0. Pada supir angkutan umum yang tergolong baru bekerja, didapati bahwa 25 orang 25 tidak memiliki gangguan restriksi paru dan 3 orang 3,0 memiliki gangguan restriksi paru. Sedangkan pada supir angkutan umum yang telah lama bekerja terdapat 15 orang 15 yang tidak memiliki gangguan restriksi paru dan 57 orang 57 memiliki gangguan restriksi paru. Dari hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya seorang supir bekerja dengan terjadinya gangguan restriksi paru dengan p value 0,01 p 0,05 Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa supir angkutan umum yang telah lama bekerja memiliki kemungkinan Universitas Sumatera Utara lebih besar mengalami gangguan restriksi fungsi paru dibandingkan dengan supir angkutan yang tergolong baru bekerja. Tabel 5.3 Hubungan Antara Lama Bekerja Dengan VEP 1 Lama Bekerja tahun VEP 1 Obstruktif Total p value Normal n Tidak Normal n Baru ≤ 5 Lama 5 25 25 3 3,0 28 20 20 52 52 72 0,01 Total 45 55 100 Berdasarkan data tabel 5.3 terlihat bahwa jumlah supir angkutan umum yang mempunyai nilai VEP 1 normal yaitu sebanyak 45 orang, sedangkan yang tidak normal adalah 55 orang. Selanjutnya dapat dilihat juga bahwa gangguan obstruksi paru lebih banyak ditemukan pada supir angkutan umum yang telah lama bekerja 52 dibandingkan dengan supir yang tergolong baru bekerja 3,0. Pada supir angkutan umum yang tergolong baru bekerja, didapati bahwa 25 orang 25 tidak memiliki gangguan obstruksi paru dan 3 orang 3,0 memiliki gangguan obstruksi paru. Sedangkan pada supir angkutan umum yang telah lama bekerja terdapat 20 orang 20 yang tidak memiliki gangguan obstruksi paru dan 52 orang 52 memiliki gangguan obstruksi paru. Dari hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan yang bermakna antara lamanya seorang supir bekerja dengan terjadinya gangguan obstruksi paru dengan p value 0,01 p 0,05. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa supir angkutan umum yang telah lama bekerja memiliki kemungkinan lebih besar mengalami gangguan obstruksi fungsi paru dibandingkan dengan supir angkutan yang tergolong baru bekerja. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.4 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan KVP Kebiasaan Merokok KVP Restriktif Total p value Normal n Tidak Normal n Ya 16 16 59 59 75 Tidak 24 24 1 1,0 25 0,01 Total 40 60 100 Berdasarkan data tabel 5.4 terlihat bahwa jumlah supir angkutan umum yang mempunyai nilai KVP normal yaitu sebanyak 40 orang, sedangkan yang tidak normal adalah 60 orang. Selanjutnya dapat dilihat juga bahwa gangguan restriksi paru lebih banyak ditemukan pada supir angkutan umum yang mempunyai kebiasaan merokok 59 dibandingkan dengan supir yang tidak merokok 1,0. Pada supir angkutan umum yang memiliki kebiasaan merokok, didapati bahwa 16 orang 16 tidak memiliki gangguan restriksi paru dan 59 orang 59 memiliki gangguan restriksi paru. Sedangkan pada supir angkutan umum yang tidak merokok terdapat 24 orang 24 yang tidak memiliki gangguan restriksi paru dan 1 orang 1,0 memiliki gangguan restriksi paru. Dari hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok seorang supir dengan terjadinya gangguan restriksi paru dengan p value 0,01 p 0,05. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa supir angkutan umum yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki kemungkinan lebih besar mengalami gangguan restriksi fungsi paru dibandingkan dengan supir angkutan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan VEP 1 Kebiasaan Merokok VEP 1 Obstruktif Total p value Normal n Tidak Normal n Ya Tidak 20 20 25 25 45 55 55 75 0 0,0 25 0,04 Total 55 100 Berdasarkan data tabel 5.5 terlihat bahwa jumlah supir angkutan umum yang mempunyai nilai VEP 1 normal yaitu sebanyak 45 orang, sedangkan yang tidak normal adalah 55 orang. Selanjutnya dapat dilihat juga bahwa gangguan obstruksi paru lebih banyak ditemukan pada supir angkutan umum yang mempunyai kebiasaan merokok 55 dibandingkan dengan supir yang tidak merokok 0,0. Pada supir angkutan umum yang memiliki kebiasaan merokok, didapati bahwa 20 orang 20 tidak memiliki gangguan obstruksi paru dan 55 orang 55 memiliki gangguan obstruksi paru. Sedangkan pada supir angkutan umum yang tidak merokok terdapat 25 orang 25 yang tidak memiliki gangguan obstruksi paru dan tidak ditemukan adanya supir yang memiliki gangguan obstruksi paru 0,0. Dari hasil uji statistik yang dilakukan terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok seorang supir dengan terjadinya gangguan obstruksi paru dengan p value 0,04 p 0,05. Hal ini menunjukkan adanya kecenderungan bahwa supir angkutan umum yang mempunyai kebiasaan merokok memiliki kemungkinan lebih besar mengalami gangguan obstruksi fungsi paru dibandingkan dengan supir angkutan yang tidak mempunyai kebiasaan merokok. Universitas Sumatera Utara

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Dokumen yang terkait

Hubungan Lama Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

4 46 82

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK 1 (VEP1) / KAPASITAS VITAL Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (VEP1) / Kapasitas Vital Paksa (KVP) Pada Pasie

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK 1 (VEP1) / KAPASITAS VITAL Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (Vep1) / Kapasitas Vital Paksa (Kvp) Pada

0 4 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA SATU DETIK (VEP1) PADA JURU PARKIR DI WILAYAH KELAPA GADING JAKARTA UTARA.

0 3 2

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 14

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 2

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 5

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 19

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 5

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 13