Hubungan antara Lama Bekerja dengan KVP dan VEP

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Fungsi paru dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin, ukuran paru, etnik, tinggi badan, kebiasaan merokok, toleransi latihan, kekeliruan pengamat, kekeliruan alat, variasi dan suhu lingkungan sekitar. Di samping itu kapasitas paru berkurang jika terdapat penyakit paru-paru, penyakit jantung yang menimbulkan kongesti paru dan pada kelemahan otot pernafasan. Kapasitas vital paru dan volume ekspirasi paksa satu detik berbeda pada setiap individu.

5.2.1 Hubungan antara Lama Bekerja dengan KVP dan VEP

1 Profesi supir angkutan umum sangat rentan mengalami penurunan fungsi paru karena setiap harinya mengalami kontak langsung dengan polusi kendaraan bermotor, asap rokok dari lingkungan kerja. Semakin lama terpapar debu maka semakin banyak debu yang tertimbun dan menimbulkan penyakit, dimana penyakit paru akibat debu dapat timbul antara 2-4 tahun setelah terpapar debu. Lama kerja adalah suatu kurun waktu atau lamanya tenaga kerja itu bekerja di suatu tempat. Lama kerja dapat mempengaruhi kinerja baik positif maupun negatif. Memberi pengaruh positif pada pekerja bila dengan semakin lamanya bekerja, tenaga kerja akan semakin berpengalaman dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya, akan memberi pengaruh negatif apabila dengan semakin lamanya bekerja maka akan timbul kebosanan pada tenaga kerja. Hal ini biasanya terkait dengan pekerjaan yang bersifat monoton dan berulang-ulang Tulus, 1992. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin lama orang bekerja maka semakin besar pula resiko terkena penyakit akibat kerja. Pada pekerja dengan lingkungan berdebu, semakin lama orang bekerja maka semakin banyak pula debu yang dapat mengendap di paru karena secara teoritis diketahui bahwa efek paparan debu tergantung pada dosis atau konsentrasi, tempat dan waktu paparan. Waktu paparan diartikan sebagai frekuensi atau lamanya seseorang terpapar debu, sehingga semakin lama terpapar, semakin tinggi kemungkinan untuk timbul gangguan, apalagi didukung oleh zat pemapar dengan konsentrasi yang tinggi. Bila debu ini dihisap dalam jumlah cukup banyak dan dalam jangka waktu lama, maka akan dapat menimbulkan berbagai kerusakan dan membentuk Universitas Sumatera Utara jaringan ikat pada paru yang akhirnya dapat menimbulkan penyakit Anhar AS dkk, 2005. Akibat penghirupan debu, yang langsung dirasakan adalah sesak, bersin, dan batuk karena adanya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan debu untuk beberapa tahun pada kadar yang rendah tetapi diatas batas limit paparan menunjukkan efek toksik yang jelas, tetapi hal ini tergantung pada pertahanan tubuh dari masing-masing pekerja Sirait, 2010. Pengukuran fungsi paru yang dilaksanakan terhadap supir angkutan umum di Terminal Amplas Medan, berdasarkan hasil uji statistiknya diperoleh p value 0,01 0,05 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan KVP maupun VEP 1 . Hal ini sesuai dengan pendapat Suma’mur 2009, bahwa salah satu variabel potensial yang dapat menimbulkan gangguan fungsi paru adalah lamanya seseorang terpapar debu. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya yaitu seperti yang telah dilakukan oleh Riswati 2004, yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama bekerja dengan kapasitas vital paru pada semua tukang cat mobil di bengkel pengecatan mobil Kampung Ligu Kota Semarang. Begitu juga dalam penelitian Achmad 2004, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara lama bekerja dengan kapasitas vital paru pada pekerja penggilingan padi sejumlah 49 orang di Kecamatan Purwanegara, dari hasil analisa bivariat diketahui bahwa ada hubungan yang kuat antara keduanya p = 0,002. Sama halnya dengan penelitian Aliyani 2009, dari 33 responden pekerja industri penggilingan padi di Desa Klumprit, Sukoharjo, didapati hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pekerja dengan masa kerja yang lama mengalami penurunan fungsi paru. Penelitian yang dilakukan oleh Nugraheni 2004 menyimpulkan bahwa konsentrasi dan lama terpapar berbanding lurus dengan gangguan fungsi paru. Kerja fisik apalagi kerja berat dan monoton yang dilakukan di tempat-tempat berdebu dalam waktu yang lama tanpa disertai dengan rotasi kerja, istirahat, dan rekreasi yang cukup, akan berakibat terjadinya penurunan kapasitas paru dari tenaga kerja. Hal ini selaras dengan pernyataan Wahyu 2003 bahwa semakin lama seseorang bekerja di suatu daerah berdebu maka kapasitas paru seseorang Universitas Sumatera Utara akan semakin menurun sehingga berisiko untuk mengalami gangguan fungsi paru, serupa dengan pendapat Morgan 1978 dan Parkes 1982 dalam Faridawati 1995. Penelitian Sumanto 1999 juga menunjukkan hasil yang sama, dari penelitian tersebut diketahui paparan debu akan menurunkan kapasitas paru sebesar 35,3907 ml per satu tahun masa kerja. Dari beberapa penelitian terdahulu tersebut semuanya mendukung temuan penelitian ini, meskipun lama waktu paparan yang dihasilkan dari tiap penelitian tersebut berbeda. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh jenis atau material paparan yang berbeda serta keberadaan variabel lain yang dapat mempengaruhi terjadinya gangguan fungsi paru. Namun hasil penelitian ini tidak selaras dengan hasil penelitian Khumaidah 2009, yang menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bekerja dengan gangguan fungsi paru dengan p value = 0,444. Demikian juga hasil penelitian Nugroho 2010 didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara lama bekerja dan gangguan fungsi paru dengan p value = 0,354. Menurut Nugroho 2010, lama bekerja tidak mempunyai hubungan langsung terhadap terjadinya gangguan pernafasan tetapi dapat menjadi faktor risiko terjadinya gangguan fungsi pernafasan. Keadaan ini disebabkan oleh karena variabel lama bekerja tidak secara langsung atau tidak dapat berdiri sendiri untuk mempengaruhi gangguan pernafasan, sehingga memerlukan variabel lain untuk bersama-sama mempengaruhi gangguan fungsi pernafasan. Kemungkinan lain yaitu debu yang terhirup membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat menimbulkan gangguan pernafasan, karena setiap jenis debu organik maupun anorganik sampai menimbulkan gangguan pernafasan mempunyai jangka waktu berbeda, tergantung konsentrasi atau kadar serta ukuran debu tersebut dan hal lain kemungkinan adalah adanya kerentanan pekerja terhadap polutan. Ketidakselarasan hasil penelitian ini kemungkinan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti perbedaan jumlah sampel maupun kriteria inklusi dan eksklusi yang dirancang oleh masing-masing peneliti, ataupun adanya keberadaan variabel lainnya sehingga hasil penelitian yang diperoleh pun bervariasi. Universitas Sumatera Utara

5.2.2 Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan KVP dan VEP

Dokumen yang terkait

Hubungan Lama Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

4 46 82

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK 1 (VEP1) / KAPASITAS VITAL Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (VEP1) / Kapasitas Vital Paksa (KVP) Pada Pasie

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK 1 (VEP1) / KAPASITAS VITAL Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (Vep1) / Kapasitas Vital Paksa (Kvp) Pada

0 4 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA SATU DETIK (VEP1) PADA JURU PARKIR DI WILAYAH KELAPA GADING JAKARTA UTARA.

0 3 2

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 14

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 2

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 5

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 19

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 5

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 13