Ventilasi Paru Anatomi Paru

partikel-partikel karbon. Hal ini menyebabkan daya keelastisan paru hilang sehingga pertukaran udara tidak dapat berjalan lancar Jos Usin, 2000.

2.2.1 Ventilasi Paru

Ventilasi paru adalah proses masuk dan keluarnya udara melalui sistem respirasi. Secara harafiah, respirasi atau pernafasan merupakan pergerakan oksigen dari atmosfer menuju sel-sel dan keluarnya karbon dioksida dari sel-sel ke udara bebas. Orang dewasa normal bernafas sekitar 16 kali per menit. Pertukaran udara ini di bantu dengan pergerakan otot yang berguna untuk melakukan proses inspirasi dan ekspirasi McKinley dan O’Loughlin, 2006. Tujuan utama terjadinya proses ventilasi paru adalah untuk menjaga konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam keadaan yang sesuai di dalam lumen alveoli. Tujuan ini dapat diperoleh dengan terjadinya ventilasi paru diikuti oleh tiga proses lainnya yaitu : pertukaran gas di alveoli, di sel-sel tubuh, dan mekanisme pengaturan respirasi. Ventilasi melibatkan dua proses, yaitu inspirasi pemasukan udara dan ekspirasi pengeluaran udara. Kedua proses ini dapat dicapai apabila terjadi perbedaan tekanan udara. Prinsip pada ventilasi ini ialah udara mengalir dari tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Perbedaan tekanan ini dibantu oleh kinerja otot-otot pernafasan dan dipengaruhi oleh volume dan kapasitas paru, resistensi aliran udara, dan daya kembang atau compliance paru Guyton dan Hall, 2007. Universitas Sumatera Utara

1. Volume dan Kapasitas Paru Tabel 2.1 Volume dan Kapasitas Paru

Volume ParuKapasitas Definisi Nilai Rata- Rata ml Volume Alun Nafas Tidal Volume, V T volume udara yang diinspirasi dan diekspirasi setiap kali bernafas normal 500 Volume Cadangan Inspirasi Inspiratory Reserve Volume, IRV volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah volume tidal 3000 Volume Cadangan Ekspirasi Expiratory Reserve Volume, ERV volume udara yang masih bisa dikeluarkan dengan melakukan ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi normal 1100 Volume Residu Residual Volume, RV volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi kuat 1200 Kapasitas Inspirasi Inspiratory Capacity, IC = IRV + V T jumlah udara yang dapat dihirup mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan parunya sampai jumlah maksimal 3500 Universitas Sumatera Utara Kapasitas Vital Vital Capacity, VC = IRV+V T +ERV jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya 4600 Kapasitas Vital Paksa Forced Vital Capacity, FVC volume total dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum 4800 Kapasitas Paru Total Total Lung Capacity, TLC = IC+FRC volume maksimal saat paru dapat dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa 5800 Sumber: Guyton dan Hall, 2007

2. Resistansi Aliran Udara

Pada pernapasan normal, sebagian besar upaya pernapasan adalah untuk mengatasi daya kembang paru dan dinding dada. Resistensi jaringan paru hanya sekitar 10 dan 80 sisanya adalah resistensi aliran udara. Kerja untuk mengatasi resistensi aliran udara adalah kecil, tetapi jika pernapasan menjadi lebih dalam dan cepat kerja yang dikeluarkan untuk mengatasi resistensi aliran udara cepat meningkat Astrand,2003. Universitas Sumatera Utara Tekanan saluran napas normal adalah sekitar 1,5 cm H 2 Oldetik. Tahanan aliran udara hidung adalah tiga kali lebih tinggi. Jika saluran udara menyempit atau tersumbat oleh mukus, maka akan terjadi peningkatan resistensi udara, khususnya pada volume paru bagian bawah yang lumen- lumen saluran udaranya lebih sempit. Pada emfisema, saluran napas mengalami obstruksi yang irreversibel dan resistansi udara akan meningkat empat sampai enam kali yang terjadi di bronkioli dan saluran napas kecil Sodeman, 1995

3. Daya kembang compliance paru

Daya kembang adalah suatu ukuran distensibilitas paru-paru dan dinyatakan dengan perubahan volume paru yang terjadi karena tekanan antara pleura dan alveoli tekanan transpulmonal, dimana setiap kali tekanan transpulmonal meningkat 1 cm H 2 O maka terjadi pengembangan paru sebanyak 200 ml Guyton dan Hall, 2007. Daya kembang ditentukan oleh daya elastis paru. Daya elastis ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu daya elastis dari jaringan paru itu sendiri dan daya yang disebabkan oleh tegangan permukaan cairan yang membatasi dinding dalam alveoli dan ruang udara paru lainnya yang dinamakan surfaktan. Daya kembang paru juga bergantung pada ukuran paru, dimana makin besar paru-paru, maka makin besar daya kembang Sodeman, 1995. Beberapa keadaan yang merusak jaringan paru, menyebabkan terjadinya fibrotik atau edema, penyumbatan bronkiol atau cara lain apapun yang menghalangi pengembangan dan pengempisan paru menyebabkan compliance paru berkurang.

2.2.2 Difusi

Dokumen yang terkait

Hubungan Lama Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

4 46 82

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK 1 (VEP1) / KAPASITAS VITAL Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (VEP1) / Kapasitas Vital Paksa (KVP) Pada Pasie

0 5 15

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA DETIK 1 (VEP1) / KAPASITAS VITAL Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Dan Nilai Volume Ekspirasi Paksa Detik 1 (Vep1) / Kapasitas Vital Paksa (Kvp) Pada

0 4 17

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU (KVP) DAN VOLUME EKSPIRASI PAKSA SATU DETIK (VEP1) PADA JURU PARKIR DI WILAYAH KELAPA GADING JAKARTA UTARA.

0 3 2

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 14

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 2

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 5

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 19

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 5

Hubungan Bekerja dan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP) dan Volume Ekspirasi Paksa Satu Detik (VEP1) pada Supir Angkutan Umum di Terminal Amplas Medan

0 0 13