lxxxv para informan. Informasi yang diperoleh dari seorang informan dicek silang
dengan informasi serupa dari informan lain. Suatu informasi diakui kebenarannya apabila disepakati oleh para informan. Dalam kaitannya dengan triangulasi
metode, peneliti membandingkan informasi yang diperoleh dari suatu teknik atau metode pengumpulan data dengan informasi serupa yang diperoleh dengan
metode atau teknik lainnya. Triangulasi metode diterapkan untuk menggali data yang berupa
pemahaman siswa terhadap wacana yang ada dalam buku tersebut. Selain bersumber dari hasil tes isi rumpang TIR, juga dilakukan dengan wawancara,
baik kepada siswa maupun kepada guru. Selain dengan triangulasi, untuk memeriksakan keabsahan data penulis
juga menggunakan cara review informant. Data yang telah penulis kumpulkan, penulis komunikasikan dengan informan. Penulis menganggap bahwa informan
kunci adalah guru bahasa Indonesia.
G. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang telah diperoleh selama penelitian digunakan dua tahap, pertama dengan mengelompokkan dan kedua dengan analisis interaktif
model Miles. Teknik pengelompokan data diterapkan pada data hasil TIR. Hal tersebut sebagaimana yang direkomendasikan oleh Sutopo 1996:79. Sutopo
menyatakan bahwa kerja pengaturan data dilakukan dengan cara memilah dan mengatur semua bahan ke dalam kelompok-kelompok, sehingga bisa memberikan
arah secara pasti tentang hal-hal yang akan ditulis dalam penelitian.
lxxxvi Semua data tersebut penulis tabulasi secara langsung setelah melakukan
penghitungan data.
Cara tabulasi
secara langsung
ini sebagaimana
direkomendasikan oleh Masri Sangaribuan 1984: 191-192. Selanjutnya data keterbacaan, penulis analisis dengan analisis persentase sesuai dengan pedoman
penilaian TIR sebagaimana telah dipaparkan pada bab II penelitian ini. Skor hasil persentase tersebut akan mencerminkan dua hal, yaitu seberapa
besar siswa mampu memahami wacana dan seberapa sulit wacana tersebut dibaca siswa. Sehingga jika misalnya diperoleh skor 50, maka dapat ditafsirkan bahwa
tingkat kemudahan buku “sedang” dan tingkat kemampuan siswa “intruksional”. Selanjutnya tafsiran hasil penghitungan tersebut akan mengikuti pola sebagai
berikut.
Tabel 2: Tingkat Kemampuan Siswa dan Tingkat Kemudahan Wacana
Tingkat kemampuan siswa memahami
wacana Skor closeTIR
Tingkat kemudahan wacana dibaca
Frustasi Intruksional
Mandiri 0-39
40-59 60-100
Sukar Sedang
Mudah
Tahap kedua analisis interaktif diterapkan pada data yang berhubungan dengan permasalahan lain, yaitu aspek-aspek pembelajaran yang ada dalam buku,
lxxxvii keterkaitan aspek-aspek tersebut, dan kesesuaian buku dengan pendekatan yang
digunakan, serta bagaimana pandangan guru terhadap buku tersebut. Model analisis interaktif ini adalah analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman
1992:15-21. Model ini meliputi tiga komponen utama, yaitu 1 reduksi data, 2 sajian data, dan 3 penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitas analisis
dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai suatu siklus.
Dalam kegiatan analisis ini aktivitas peneliti tetap bergerak diantara tiga “sumbu” komponen analisis dengan pengumpulan datanya. Pergerakkan ini
dimulai dari pengumpulan data dengan menggunakan cara-cara wawancara, prosedur cloze atau tes isi rumpang, dan analisis dokumen. Implikasi penerapan
reduksi data adalah kegiatan ini memfokuskan pada menyederhanakan data yang diperoleh dari catatan lapangan. Proses ini akan mempertegas, memperpendek,
dan membuang hal-hal yang tidak penting serta mengatur data sedemikian rupa, sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. Proses ini berlangsung terus-
menerus sampai akhir laporan penelitian ini selesai. Data yang telah direduksi kemudian disajikan. Sajian data berupa rangkaian kalimat yang disusun secara
logis dan sistematis, sehingga mudah dipahami saat dibaca dan memungkinkan untuk dibuat suatu tindakan berdasarkan pemahaman tersebut.
Pengambilan simpulan dan verifikasi dimulai dari simpulan sementara. Pelaksanaan pengambilan simpulan sementara dilakukan dengan cara menelusuri
kembali data yang tersaji. Gerak pengulangan dilakukan dengan cepat, karena kemungkinan munculnya pemikiran baru yang melintas pada saat menulis dan
lxxxviii melihat kembali data-data yang tersaji dapat terjadi. Verifikasi akhir dilakukan
dengan cara berdiskusi lebih teliti dengan narasumber atau informan. Beragamnya alur verifikasi dimaksudkan agar makna data dapat teruji validitasnya, sehingga
simpulan penelitian menjadi lebih kokoh dan bermakna. Sekalipun simpulan telah dihasilkan, peneliti tetap bergerak bolak-balik
diantara kegiatan reduksi, penyajian, dan penarikan simpulan selama sisa waktu penelitian. Agar lebih jelas, proses analisis interaktif dapat digambarkan sebagai
berikut:
Bagan 6. Proses Analisis Interaktif
Sumber: Miles dan Hubermen,1992: 20
Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan
penarikan simpulan atau verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling menyusul.
II Penyajian
Data Pengumpulan
Data
III Penarikan
Simpulan Verifikasi
I Reduksi
Data
lxxxix
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMKN 1 Miri yang masuk wilayah Kabupaten Sragen, provinsi Jawa Tengah. Berikut ini deskripsi tentang keberadaan sekolah
tersebut.
1. Lokasi
SMKN 1 Miri merupakan Unit Sekolah Baru yang beralamat di Jl. Gemolong-Karang Gede Km 2 Jeruk, Miri, Sragen, telepon 0271 7076049, email
SMKN 11_miriyahoo.com dengan NSS 321031414006. Pertama kali SMKN 1
Miri didirikan pada 19 November 2005 dengan Drs. H. Budi Santoso, M.M sebagai kepala sekolah. Luas tanah 2,2 ha dengan status tanah hak guna bangunan
HGB. Tanah ini milik kas desa Jeruk, kecamatan Miri, Sragen yang diberikan pada pemerintah untuk sekolah tersebut. Adapun untuk luas seluruh bangunan
adalah 1892 m2 dengan izin bangunan No. 6402106-04KPT122005. Letak SMKN 1 Miri yang sangat strategis merupakan daya tarik tersendiri
bagi para calon siswa dan para orang tua. Jarak 2 km ke Barat dari kota Gemolong sangat mudah dijangkau. Secara geografis, SMKN 1 Miri terletak di bagian Utara
wilayah Miri yang berbatasan dengan Gemolong, Kabupaten Sragen. Dari Barat berbatasan dengan Kacangan yang merupakan wilayah Boyolali.