Tingkat Keterbacaan Buku “Memahami Bahasa Indonesia SMK Untuk

clxxx Pernyataan di atas merupakan salah satu bukti yang menunjukkan bahwa teknik penyajian yang digunakan buku MBI SMK kelas XII ini tidak baik.

C. Pembahasan

Bila sebelumnya telah dianalisis buku MBI SMK berdasarkan tingkatannya, maka pada bagian ini akan dilakukan pembahasan secara umum buku tersebut, baik kelas X, XI, maupun XII. Temuan-temuan yang diperoleh selama penelitian dan telah dianalisis akan dikaji dengan teori-teroi yang relevan. Kajian teoritik diarahkan pada kelima temuan yang telah disesuaikan dengan permasalahan penelitian.

1. Tingkat Keterbacaan Buku “Memahami Bahasa Indonesia SMK Untuk

Bidang Keahlian Teknik Mesin, Teknik Elektro, dan Teknik Bangunan” Klare dalam Willows 1981: 119 menyatakan bahwa untuk mengetahui bagaimana tingkat keterbacaan buku, pembaca dapat memberikan penilaian yang lebih peka dan lebih terandalkan. Dalam hal ini pembaca bisa peneliti, guru, siswa, atau pengguna buku secara umum. Merujuk dari pendapat tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa sebagai pengguna buku dapat dikategorikan sebagai kelompok yang diperkenankan untuk menilai terhadap keterbacaan buku yang digunakan. Dari data yang telah dianalisis di atas dapat diketahui bahwa telah dilakukan penilaian terhadap buku di SMKN 1 Miri, Kabupaten Sragen. Penilaian dilakukan melalui tes isi rumpang, wawancara, dan analisis dokumen. proposal untuk kegiatan ilmiah sederhana. Bukankah ini terbalik, harusnya menulis proposal dulu, baru menulis laporan. CL.38 clxxxi Berdasarkan tes isi rumpang yang dilakukan, buku “Memahami Bahasa Indonesia SMK” untuk kelas X dan XI memiliki tingkat keterbacaan yang rendah. Rata-rata keterbacaan yang diperoleh dari tes isi rumpang untuk kelas X adalah 29,55 . Rata-rata keterbacaan yang diperoleh dari tes isi rumpang untuk kelas XI adalah 30,37 . Hal ini menunjukkan bahwa buku terlalu sulit dipahami siswa. Sedangkan buku “Memahami Bahasa Indonesia SMK” untuk kelas XII memiliki tingkat keterbacaan yang sedang. Rata-rata keterbacaan yang diperoleh dari tes isi rumpang adalah 41,43 . Hal ini seperti yang terekam dalam hasil wawancara dengan informan berikut ini. … Apalagi beberapa kata yang digunakan terkesan asing. Hal ini tentu saja akan membuat siswa kesulitan dalam memahami buku. CL.11 Raymond LAM, John SACHS, Peter TUNG dan YEUNG Hang-fai 1992: 7-11 menyatakan bahwa validitas tes isi rumpang dapat diukur dari dua hal, yakni analisis hubungan antara skor tes dan pemahaman siswa. Oleh karena itu, berdasarkan hasil rata-rata keterbacaan yang diperoleh maka tingkat kemampuan siswa kelas X dan XI dalam memahami buku bersifat frustasi. Hal ini menunjukkan bahwa siswa tidak dapat memahami isi buku. Siswa kelas X dan XI mengalami kesulitan dalam memahami isi buku. Sementara tingkat kemampuan siswa kelas XII dalam memahami buku bersifat instruksional. Dalam hal ini, siswa perlu didampingi dan diberi penjelasan ketika membaca buku tersebut. Dari hasil wawancara dengan siswa diketahui bahwa rendahnya tingkat kemampuan siswa memahami buku karena kosakata dan kalimat yang digunakan dalam buku tersebut asing bagi siswa. Artinya, kosakata dan kalimat yang clxxxii digunakan dalam buku sulit dipahami oleh siswa. Hal senada juga diperkuat oleh guru bahasa Indonesia. Berkaitan dengan peran kosakata dalam buku Mezynski dalam Calffe dan Drum 1984: 831 menyatakan “It is difficult to image how a reader could comprehend text in which most of the words are unfamiliar”. Hal ini seperti terekam dalam hasil wawancara dengan siswa berikut ini. Menurut para siswa bahasa yang digunakan dalam buku ini sudah sesuai dengan bidang pembelajaran, yakni pembelajaran bahasa Indonesia. Namun demikian masih terdapat beberapa kosakata yang sulit dimengerti. Hal ini karena siswa merasa asing dengan kosakata tersebut. Meskipun kata-kata itu baku, tetapi karena jarang mendengar atau membaca sehingga menjadi asing. Bisa jadi hal ini juga merupakan kesalahan siswa karena siswa jarang membaca, sehingga perbendaharaan kata yang dimiliki juga relatif sedikit. CL.Siswa Senada dengan pendapat di atas Ahmad S. Harjasujana 1988: 43 menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap keterbacaan ialah panjang kalimat dan kesulitan kata. Semakin panjang kalimat dan kata-kata, semakin sulit bahan bacaan yang meliputinya. JoAnn Hackos and Dawn Stephens dalam William H. DuBay 2004 menjelaskan beberapa hal yang turut mempengaruhi keterbacaan buku. Many experts, through much research, have compiled golden rules of documentation writing. These rules apply regardless of medium: • Use short, simple, familiar words • Avoid jargon. • Use culture-and-gender-neutral language. • Use correct grammar, punctuation, and spelling. • Use simple sentences, active voice, and present tense. • Begin instructions in the imperative mode by starting sentences with an action verb. • Use simple graphic elements such as bulleted lists and numbered steps to make information visually accessible. clxxxiii Wynnewood 1996: 97 – 101 menyatakan bahwa “… recommended that the findings be considered in the teaching of study habits and the writing of study habits books”. Tingginya tingkat keterbacaan buku juga disebabkan faktor kebiasaan belajar siswa dan kebiasaan menulis. Kebiasaan belajar dalam hal ini mengacu pada kebiasaan membaca. Bila sering membaca, maka siswa tidak akan merasa asing dengan kosakata yang terdapat dalam buku tersebut. Hal ini dinyatakan sendiri oleh para siswa bahwa mereka jarang membaca, baik buku, koran, maupun bacaan-bacaan lain. Hal ini senada dengan pernyataan informan seperti berikut ini. Benar. Saya melihat kosakata yang digunakan kurang sesuai dengan siswa SMKN 1 Miri. Siswa Miri merupakan siswa pinggiran yang dari segi intelektual juga kalah jauh dengan siswa di daerah perkotaan pada umumnya. Ditambah lagi, buku ini hanya memberikan sedikit daftar kata. Padahal daftar kata ini sangat membantu bagi siswa, terutama dalam memahami isi buku. CL.41 Dari keterbacaan buku dapat diketahui bahwa siswa belum mampu mencapai kompetensi, baik semenjana, madya, maupun unggul. Hal ini terbukti untuk mencapai batas tuntas sebesar 65 enam puluh lima, siswa harus melakukan remidiasi. Ketika siswa diberi bacaan kemudian diminta menjawab beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan, terdapat kendala. Dari delapan pertanyaan yang ada, rata-rata hanya benar 6 pertanyaan. Sehingga hal ini semakin meyakinkan bahwa buku MBI SMK ini belum mampu membuat siswa kompeten berbahasa Indonesia. clxxxiv

2. Keseimbangan Aspek-aspek Pembelajaran yang Ada dalam Buku MBI