Kepemilikan Manajerial Kepemilikan Institusional Komite Audit

34 Surya dan Ivan Yustiavandana 2006dalam Agoes, 2006 menyebutkan paling tidak diperlukan empat organ tambahan untuk melengkapi penerapan GCG, yaitu: 1. Komisaris Independen 2. Direktur Independen 3. Komite Audit 4. Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary

2.12 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan. Menurut Shleifer dan Vishny dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006 menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai ekonomisnya memiliki insentif untuk memonitor. Dengan adanya kepemilikan manajerial dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai akibat kepemilikan manajerial yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan Permanasari, 2010.

2.13 Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba Ujiyantho dan Pramuka, 2007 dalam Agoes, 2006. Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian 35 serta institusi lainnya pada akhir tahun Shien, et.al. 2006 dalam Isnanta 2008. Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.

2.14 Komisaris Independen

Surya dan Ivan Yustiavandana 2006 mengungkapkan ada dua pengertian independen terkait dengan konsep komisaris dan direktur independen tersebut: 1. Pertama, komisaris dan direktur independen adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili pemegang saham independen pemegang saham minoritas. 2. Kedua, komisaris dan direktur independen adalah pihak yang ditunjuk tidak dalam kapasitas mewakili pihak mana pun dan semata-mata ditunjuk berdasarkan latar belakang pengetahuan, pengalaman, dan keahlian profesional yang dimilikinya untuk sepenuhnya menjalankan tugas demi kepentingan perusahaan. Keberadaan komisaris independen sangat penting, karena didalam praktek sering ditemukan transaksi yang mengandung benturan kepentingan yang mengabaikan kepentingan pemegang saham publik pemegang saham minoritas serta stakeholder lainnya, terutama pada perusahaan di Indonesia yang menggunakan dana masyarakat didalam pembiayaan usahanya. 36 Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan. Misi komisaris independen adalah memotivasi iklim yang lebih objektif dan menempatkan kesetaraan fairness di antara berbagai kepentingan termasuk kepentingan perusahaan dan kepentingan stakeholder sebagai prinsip utama dalam pengambilan keputusan oleh dewan komisaris serta diterapkannya prinsip dan praktek tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance pada perusahaan di Indonesia.

2.14.1 Tanggung Jawab Komisaris Independen

Komisaris Independen memiliki tanggung jawab pokok untuk mendorong diterapkannya prinsip tata kelola perusahaan yang baik Good Corporate Governance di dalam perusahaan melalui pemberdayaan dewan komisaris agar dapat melakukan tugas pengawasan dan pemberian nasihat kepada direksi secara efektif dan lebih memberikan nilai tambah bagi perusahaan. Dalam upaya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik, maka komisaris independen harus secara proaktif mengupayakan agar dewan komisaris melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada direksi yang terkait dengan, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut: 37 1. Memastikan bahwa perusahaan mengangkat eksekutif dan manajer-manajer profesional. 2. Memastikan bahwa perusahaan memiliki informasi, sistem pengendalian, dan sistem audit yang bekerja dengan baik. 3. Memastikan bahwa perusahaan mematuhi hukum dan perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan perusahaan dalam menjalankan operasinya. 4. Memastikan prinsip-prinsip dan praktek Good Corporate Governance dipatuhi dan diterapkan dengan baik.

2.14.2 Tugas Komisaris Independen

1. Menjamin transparansi dan keterbukaaan laporan keuangan perusahaan. 2. Perlakuan yang adil terhadap pemegang saham minoritas dan stakeholder yang lain. 3. Diungkapkannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan secara wajar dan adil. 4. Kepatuhan perusahaan pada perundangan dan peraturan yang berlaku. 5. Menjamin akuntabilitas organ perseroan. 2.14.3 Wewenang Komisaris Independen 1. Komisaris independen mengetuai komite audit dan komite nominasi. 2. Komisaris independen berdasarkan pertimbangan yang rasional dan kehati- hatian berhak menyampaikan pendapat yang berbeda dengan anggota dewan 38 komisaris lainnya yang wajib dicatat dalam Berita Acara Rapat Dewan Komisaris dan pendapat yang berbeda yang bersifat material, wajib dimasukkan dalam laporan tahunan.

2.1 Komite Audit

Sebagaimana dinyatakan oleh Hasnati dalam Surya dan Yustiavada, 2006, tugas, tanggung jawab, dan wewenang komite audit adalah membantu dewan komisaris, antara lain: a. Mendorong terbentuknya struktur pengendalian intern yang memadai prinsip tanggung jawab. b. Meningkatkan kualitas keterbukaan dan laporan keuangan prinsip keterbukaan. c. Mengkaji ruang lingkup dan ketepatan audit eksternal, kewajaran biaya audit eksternal, serta kemandirian dan objektivitas audit eksteral prinsip akuntabilitas. d. Mempersiapkan surat uraian tugas dan tanggung jawab komite audit selama tahun buku yang sedang diperiksa eksternal audit prinsip tanggung jawab. 2.16Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu beserta dengan hasil pengujiannya dapat dilihat dalam tabel 2.2 berikut ini: 39 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No . Peneliti Tahun Variabel Independen Hasil 1. Indah Sulistiyowati, Ratna Anggraini dan Tri Hesti 2010 ROA, DER, Total Asset Growth Variabel intervening: GCG ROA, DER, Total Asset Growth tidak mempunyai pengaruh terhadap kebijakan dividen dengan good corporate governance sebagai variabel intervening. 2. Ch. Muhammad Adil, Nousheen Zafar, Noman Yaseen 2011 ROE, EPS, CFPS, Size ROE, EPS, CFPS berpengaruh signifikan terhadap dividend payout , tetapi sizetidak signifikan. 3. Lina Andriyanti dan Made Gede Wirakusuma 2014 ROA, Total Debt to Total Asset, arus kas bebas. Variabel moderasi: GCG ROA, Total Debt to Total Asset, arus kas bebas terbukti tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen dan GCG sebagai variabel moderasi tidak terbukti berpengaruh. GCG bukan merupakan variabel pemoderasi. 40

2.17 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

PENGARUH LIKUIDITAS, LEVERAGE, PROFITABILITAS DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 38 25

PENGARUH PROFITABILITAS, KEBIJAKAN DIVIDEN, LEVERAGE, MANAJEMEN LABA PADA NILAI PERUSAHAAN DENGAN CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi pada Perusahaan yang terdaftar di corporate governance predicate index serta terdaftar di Bursa Efek In

1 14 112

PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE, GROWTH, DAN LIKUIDITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN VARIABEL GOOD CORPORATE GOVERNANCE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING

0 3 82

Pengaruh Profitabilitas Dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Dividen Sebagai Variabel Pemoderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2014

3 19 87

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 96

Pengaruh Kebijakan Dividen pada Manajemen Laba dengan Good Corporate Governance sebagai Moderasi (Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2014).

0 1 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 33

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesi

0 0 11

Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Dan Growth Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Good Corporate Governance Sebagai Variabel Moderasi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013

0 0 13

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN LEVERAGE TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 14 24