12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Keagenan
Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan 1995 dalam Ma’ruf 2006 adalah hubungan atau kontak antara principal dan agent. Principal
mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada
agent . Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham
bertindak sebagai principal, dan CEO Chief Executive Officer sebagai agent mereka.
Menurut Brigham dan Houston 2006, hubungan keagenan dapat timbul di antara :
a Pemegang saham dengan manajer. Masalah keagenan dapat timbul jika manajer menempatkan tujuan dan
kesejahteraan mereka sendiri pada posisi yang lebih tinggi dari kepentingan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling 1976, masalah keagenan
potensial terjadi bila proporsi kepemilikan atas saham perusahaan kurang dari seratus persen sehingga manajer cenderung bertindak untuk mengejar
kepentingannya sendiri dan bukan memaksimalkan nilai perusahaan dalam mengambil keputusan pendanaan. Tindakan manajer yang opoturnistik tersebut
akan mempertinggi cost perusahaan dan mengurangi kemakmuran pemegang saham.
13
b Pemegang saham melalui manajer dengan kreditur. Kreditur memiliki klaim atas sebagian dari arus kas perusahaanuntuk
pembayaran bunga dan pokok utang. Mereka memiliki klaim atas aset perusahaan saat perusahaan mengalami kebangkrutan. Pada saat perusahaan
mengalami kebangkrutan, keputusan harus segera diambil untuk mengatasi kondisi tersebut, yaitu apakah akan melikuidasi perusahaan dengan menjual
seluruh aset atau melakukan reorganisasi. Manajemen perlu segera bertindak dan khususnya manajer memilih mereorganisasi dengan tujuan
mempertahankan pekerjaannya. Keputusan manajer ini tentu saja berdampak pada pemegang saham atau kreditur atau kedua belah pihak tersebut.
Kreditur pada umumnya menghendaki likuidasi perusahaan sehingga mereka dapat segera menarik dananya dengan cepat. Di lain pihak, manajemen
menginginkan perusahaan tetap eksis sehingga mereka memilih mereorganisasi perusahaan. Pada saat bersamaan, pemegang saham kemungkinan mencoba
mencari pengganti manajer lama yang mau dibayar lebih rendah meskipun proses tersebut membutuhkan waktu yang lama.
Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan
Meckling 1976 menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer agent dengan pemegang saham principal. Hubugan
kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk
ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri.
14
Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing– masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah
munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang
mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar–
besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan keadaan
perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer
lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan
kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunitis dari manajer, manajer bertindak
untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal sebagai manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena mereka
adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk menjalankan perusahaan. Menurut Darmawati 2005 dalam Putra 2013, ada tiga asumsi yang
melandasi teori keagenanyaitu: 1. Asumsi sifat manusia menekankan bahwa manusia mempunyai
sifatmementingkan diri sendiri, memiliki keterbatasan rasional boundedrationality dan tidak menyukai risiko.
15
2. Asumsi keorganisasian menekankan tentang adanya konflik antar anggota organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya asimetri informasi
antara principal dan agent. 3. Asumsi informasi mengemukakan bahwa informasi dianggap sebagai
komoditi yang dapat diperjualbelikan. Corporate governance sebagai efektvitas mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik keagenan, dengan penekanan
khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya eksproriasi atas pemegang saham baikmayoritas maupun minoritas. Corporate governance
merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan
komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya.
2.2 Teori Penyinalan Signalling Theory