30
2.11 Good Corporate Governance
Cadburry Committee of United Kingdom mendefinisikan GCG sebagai: “A set of rules that define the relationship between
shareholders, managers, creditors, the government, employees and other internal and external stakeholders in respect to their right and
responsibilities, or the system by which companies are directed and controlled
. ” “Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus pengelola perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban
mereka; atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.” Sukrisno, 2009.
Organization for Economic Cooperation and Development – OECD dalam Tjager dkk., 2004 – mendefinisikan GCG sebagai:
“The structure through with shareholders, directors, managers, set of the board objectives of the company, the means of
attaining those objectives and monitoring performances. ” “Suatu
struktur yang terdiri atas para pemegang saham, direktur, manajer, seperangkat tujuan yang ingin dicapai perusahaan, dan alat-alat yang
akan digunakan dalam mencapai tujuan dan memantau kinerja.”
Sedangkan menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117M-MBU2002, coorporate governance adalah:
”Suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memerhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundang – undangan dan nilai etika.”
Konsep good coporate governance pada intinya mengandung pengertian sebagaimana dijelaskan dalam tabel.
31
Tabel 2.1 Konsep GCG
1. Wadah
Organisasi perusahaan, sosial, pemerintahan 2.
Model Suatu sistem, proses, dan seperangkat peraturan, termasuk
prinsip-prinsip, serta nilai-nilai yang melandasi praktik bisnis yang sehat
3. Tujuan
• Meningkatkan kinerja organisasi • Menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku
kepetingan • Mencegah dan mengurangi manipulasi serta kesalahan
yang signifikan dalam pengelolaan organisasi • Meningkatkan upaya agar para pemangku kepentingan
tidak dirugikan 4.
Mekanisme • Mengatur dan mempertegas kembali hubungan
hubungan, peran, wewenang, dan tanggung jawab: • Dalam arti sempit: antar pemilikpemegang saham,
dewan komisaris, dan dewan direksi • Dalam arti luas: antar seluruh pemangku kepentingan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, konsep GCG memperjelas dan mempertegas hubungan antar para pemangku kepentingan di dalam suatu
organisasi. OECD mengembangkan prinsip-prinsip yang dapat dijadikan acuan baik oleh pemerintah maupun para pelaku bisnis dalam mengatur mekanisme
32
hubungan antara para pemangku kepentigan tersebut. Prinsip-prinsip OECD dalam Agoes, 2006 mencakup lima bidang utama, yaitu: hak-hak para pemegang
saham stockholders dan perlindungannya; peran para karyawan dan pihak-pihak yang berkepentingan stakeholders; pengungkapan dixclosure yang akurat dan
tepat waktu; transparansi terkait dengan struktur dan operasi perusahaan; serta tanggung jawab dewan Dewan Komisaris dan Direksi, terhadap perusahaan,
pemegang saham, dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya. Secara ringkas, prinsip-prinsip tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Perlakuan yang setara antar pemangku kepentingan fairness
b. Transparansi transparancy
c. Akuntabilitas accountability
d. Responsibilitas responsibility
Sebenarnya, tiga dari keempat prinsip ini – transparansi, akuntabilitas, dan tanggung jawab mempunyai arti yang sangat erat dan tumpang tindih.
Laporan keungan yang lengkap dan benar prinsip akuntabilitas merupakan salah satu alat pertanggungjawaban prinsip tanggung jawab para pengelola
manajemen, direksi kepada para pemangku kepentingan. Namun harus dipahami bahwa wujud pertanggungjawaban manajemen tidak terbatas hanya dalam bentuk
penyampaian laporan keuangan dimensi ekonomis saja, tetapi juga mencakup empat dimensi lainnya hukum, moral, sosial dan spiritual.
Tjger dkk. 2003dalam Agoes, 2006 mengungkapkan bahwa paling tidak ada lima alasa mengapa penerapan GCG itu bermanfaat, yaitu:
33
1. Berdasarkan survei yang telah dilakukan oleh McKinsey Company
menunjukkan bahwa para investor institutional lebih menaruh kepercayaan terhadap perusahaan-perusahaan di Asia yang telah menerapkan GCG.
2. Berdasarkan berbagai analisis, ternyata ada indikasi keterkaitan antara
terjadinya krisis finansial dan krisis berkepanjangan di Asia dengan lemahnya tata kelola perusahaan.
3. Internasionalisasi pasar – termasuk liberasi pasar finansial dan pasar modal –
menuntut perusahaan untuk menetapkan GCG. 4.
Kalaupun GCG bukan obat mujarab untuk keluar dari krisis, sistem ini dapat menjadi dasar bagi berkembangnya sistem baru yang lebih sesuai dengan
lanskap bisnis yang kini telah banyak berubah. 5.
Secara teoritis, praktik GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan menurut Surya dan Ivan Yustiavandana 2007 dalam
Agoes, 2006 mengatakan bahwa tujuan dan manfaat dari penerapan GCG adalah:
1. Memudahkan akses terhadap investasi domestik maupun asing.
2. Mendapatkan biaya modal cost of capital yang lebih murah.
3. Memberikan keputusan yang lebih baik dalam meningkatkan kinerja ekonomi
perusahaan. 4.
Meningkatkan keyakinan dan kepercayaan dari para pemangku kepentingan terhadap perusahaan.
5. Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
34
Surya dan Ivan Yustiavandana 2006dalam Agoes, 2006 menyebutkan paling tidak diperlukan empat organ tambahan untuk melengkapi
penerapan GCG, yaitu: 1.
Komisaris Independen 2.
Direktur Independen 3.
Komite Audit 4.
Sekretaris Perusahaan Corporate Secretary
2.12 Kepemilikan Manajerial