6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Potensi Minyak Sawit Sebagai Bahan Baku Biodiesel
Tanaman sawit Elaeis guineensis jacquin merupakan tanaman yang berasal dari afrika selatan. Tanaman ini merupakan tanaman penghasil minyak yang paling
efisien dari pada tanaman penghasil minyak lainnya, yaitu hingga 4.5 ton per hektar. Tanaman sawit dapat menghasilkan 2 jenis minyak, yaitu minyak yang berasal dari
daging dan biji buah sawit. Minyak yang berasal dari daging buah sawit disebut dengan Crude Palm Oil CPO, sedangkan yang berasal dari biji buah sawit disebut
dengan Crude Palm Kernel Oil CPKO. Kandungan asam lemak jenuh pada minyak sawit hampir sama dengan kandungan asam tidak jenuhnya. Komponen utama yang
terdapat pada minyak sawit adalah asam palmitat 44-45, asam oleat 39-40 dan asam linoleat 10-11 [17].
Berikut merupakan tabel kandungan asam lemak yang terdapat pada minyak sawit
Tabel 2.1 Kandungan asam lemak pada buah sawit [17]
Malaysian 1981
a
Malaysian 1990
b
Brazilian 1993
c
Mean Range
215 samples Mean
Range 215 samples
Mean Range
73 samples Fatty Acids
by wt 12:0
0,2 0,1-1,0
0,2 0,1-0,4
0,2 Tr-2,6
14:0 1,1
0,9-1,5 1,1
1,0-1,4 0,8
Tr-1,3 16:0
44,0 41,8-46,8
44,1 40,9-47,5
39,0 31,9-57,3
16:1 0,1
0,1-0,3 0,2
0-0,4 0,03
Tr-0,4 18:0
4,5 4,2-5,1
4,4 3,8-4,8
5,0 2,1-6,4
18:1 39,2
37,3-40,8 39,0
36,4-41,2 43,2
33,8-47,5 18:2
10,1 9,1-11,0
10,6 9,2-11,6
11,5 6,4-14,8
18:3 0,4
0-0,6 0,3
0-0,6 0,4
Tr-0,7 20:0
0,4 0-0,7
0,2 0-0,4
0,01 Tr-0,3
Universitas Sumatera Utara
7 Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan biodiesel dapat berupa minyak
kanola, kedelai, maupun minyak sawit. Biodiesel biasanya terdiri dari asam lemak rantai C
14
-C
22
dan alkohol rantai pendek, misalnya metanol ataupun etanol [3].
2.2 Biodiesel
Biodiesel merupakan suatu energi alternatif yang ramah lingkungan. Biodiesel mendapatkan menjadi suatu kajian yang menarik di dunia sebagai bahan
bakar yang dicampurkan dengan solar ataupun digunakan langsung pada mesin diesel. Biodiesel juga merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui karena terbuat
dari minyak hewan ataupun tumbuhan [18; 19]. Hal ini juga menyebabkan biodiesel menjadi bahan bakar yang biodegradable, tidak beracun, babas kandungan sulfur dan
senyawa aromatik, dan menghasilkan emisi gas buangan yang lebih rendah daripada bahan bakar konvensional [19].
Saat ini, ada beberapa proses yang sering digunakan dalam pembuatan biodiesel yaitu : 1 penggunaan langsung dan pencampuran dengan minyak mentah,
2 mikro-emulsi, 3 secara enzimatis 4 thermal cracking, 5 reaktor ultrasonik, 6 superkritikal alkohol, 7 menggunakan microwave dan 8 tranesterifikasi [18;
19; 20]. Pembuatan biodiesel menggunakan proses transesterifikasi dilakukan dengan
mencampurkan trigliserida dengan alkohol dan katalis. Alkohol yang umum digunakan adalah metanol karena harganya yang murah [19]. Namun dalam
pembuatan biodiesel tedapat beberapa masalah, yang paling utama ialah keterbatasan transfer massa dan laju reaksi yang lambat diakibatkan oleh sistem minyak dan
metanol yang tidak saling melarut, dan yang kedua adalah dalam hal pemurnian biodiesel hingga dapat digunakan langsung pada mesin. Banyak hal yang telah
dilakukan untuk mengatasi hal tersebut, seperti penggunaan katalis heterogen, meningkatkan aktifitas katalis hingga penggunaan co-solvent untuk meningkatkan
kelarutan antara minyak dan metanol [12].
2.3 Proses Transesterifikasi Minyak Sawit