20 15
10 5
-5 -10
1:2 1:3
1:4 1:5
1:6 10
20 30
40 50
60 70
80 90
100
Re cove ry karote noid
Suhu fraksinasi °C Rasio
CPO:he ksana
1:2 1:3
1:4 1:5
1:6
akan membuat sampel membeku dan tidak menunjukkan pemisahan yang baik. Pada penelitian ini, sebelumnya pernah dilakukan uji coba
dengan menyimpan sampel langsung pada suhu rendah yang akan diuji. Sampel tersebut mengalami pembekuan dan tidak terjadi
fraksinasi. Bila sampel difraksinasi secara bertahap, gliserida dengan titik cair tinggi akan mengendap pada suhu awal. Bila suhu fraksinasi
diturunkan maka akan diikuti oleh pengendapan gliserida lain yang titik didihnya lebih rendah, begitu seterusnya sehingga kandungan
gliserida dalam fraksi cair semakin rendah dan karotenoid yang terlarut dalam heksana semakin pekat.
b. Pengaruh Perbandingan Pelarut terhadap Recovery Karotenoid
pada Setiap Suhu Fraksinasi Gambar 16. menunjukkan pengaruh perlakuan perbandingan
pelarut terhadap recovery karotenoid di masing-masing suhu fraksinasi. Berlawanan dengan kecenderungan konsentrasi karotenoid
di setiap suhu fraksinasi, recovery karotenoid sampel menunjukkan kecenderungan yang naik dengan bertambahnya jumlah pelarut
heksana yang digunakan. Recovery karotenoid sampel pada perbandingan CPO : heksana = 1 : 2 lebih rendah kemudian cenderung
naik pada berbandingan CPO : heksana yang lebih besar.
Gambar 16. Pengaruh perbandingan pelarut terhadap recovery karotenoid sampel pada setiap suhu fraksinasi
Recovery karotenoid tertinggi terjadi pada sampel yang difraksinasi
hingga suhu 0°C dengan perbandingan CPO : heksana = 1 : 5, yaitu 91.66 . Sedangkan recovery karotenoid terendah dihasilkan oleh
sampel yang difraksinasi hingga suhu -10°C dengan perbandingan CPO : heksana = 1 : 2 sebesar 17.29 Lampiran 9.
Perolehan recovery
ini berkaitan dengan proses pembentukan kristal gliserida. Pada sampel dengan perbandingan CPO : heksana = 1
: 2, pembentukan kristal pada suhu awal terjadi sangat cepat. Jumlah heksana yang ada belum dapat mempengaruhi pembentukan kristal
trigliserida pada sampel karena suhu rendah. Karena itu, endapan yang terbentuk cukup banyak dan masih memerangkap fraksi cair yang
mengandung karotenoid. Pada fraksinasi suhu yang paling rendah -10°C, jumlah fraksi
cairnya lebih sedikit, fraksi padat yang dipisahkan masih berwarna agak jingga yang menunjukkan fraksi padat tersebut masih
mengandung karotenoid cukup tinggi. Sedangkan pada sampel dengan jumlah heksana yang lebih banyak, kristalisasi gliserida terjadi secara
lambat sehingga karotenoid yang terperangkap lebih sedikit ditunjukkan oleh warna padatan kuning cerah. Selain itu, karena
heksana lebih banyak jumlahnya, titik cair gliserida terpengaruh oleh heksana menjadi lebih rendah. Masih banyak gliserida yang belum
terpisahkan dan masih terdapat pada produk hasil pemekatan konsentrat.
Semakin rendah suhu fraksinasi, recovery karotenoid konsentrat semakin menurun. Hal ini dikarenakan dengan semakin rendah suhu
fraksinasi, semakin banyak gliserida yang membentuk kristal. Pada saat pembentukan kristal ini, ada sebagian karotenoid yang
terperangkap dalam gliserida dan ikut mengkristal bersama gliserida tersebut. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan recovery
karotenoid konsentrat selama penurunan suhu adalah proses pemisahan fraksi padat dan fraksi cair di setiap suhunya. Pada suhu-suhu awal,
kristal yang terbentuk ukurannya kecil, halus, dan semi solid Gambar
17. Pemisahan fraksi cair dari fraksi padat dengan bentuk kristal seperti ini lebih sulit dilakukan. Oleh karena itu, pada saat pemisahan,
masih ada fraksi cair yang mengandung karotenoid yang tertinggal karena bercampur dengan fraksi padat tersebut. Semakin rendah suhu
fraksinasi, kristal yang terbentuk semakin kompak sehingga lebih mudah dipisahkan dari fraksi cair.
Gambar 17. Kristal fraksi padat yang terbentuk pada fraksinasi bertahap pada perbandingan CPO : heksana = 1 : 3
a suhu 20°C, pengendapan, kristal kecil b suhu -5°C, kristalisasi, kristal besar
a
b
20 15
10 5
-5 -1
1:2 1:3
1:4 1:5
1:6 0,6
0,7 0,8
0,9 1,0
1,1 1,2
1,3 1,4
1,5
Pemekatan kali
Suhu fraksinasi °C
Rasio CPO:heksana
1:2 1:3
1:4 1:5
1:6
c. Pengaruh Perbandingan Pelarut terhadap Tingkat Pemekatan