produk sedikit tetapi kandungan karotenoidnya tinggi pekat sedangkan fraksi padatnya diharapkan jumlahnya lebih banyak, kandungan karotenoidnya
rendah, dan dapat diolah lagi menjadi produk turunan lemak yang lain.
G. PELARUT HEKSANA
Pemilihan pelarut merupakan tahap paling penting dalam proses ekstraksi. Pertimbangan dalam pemilihan pelarut antara lain, pelarut
mempunyai daya larut yang tinggi, tidak berbahaya, dan tidak beracun. Selain itu, pelarut dipilih tergantung pada titik didih yang diperlukan, mudah
tidaknya terbakar, pengaruh terhadap peralatan ekstraksi, inert terhadap bahan baku, mudah didapat, dan murah harganya Goldman, 1949. Dalam penelitian
ini, dipilih heksana sebagai pelarut dalam proses fraksinasi. Heksana merupakan campuran beberapa isomer parafin yang terdiri dari
enam atom karbon Mirghani dan Man, 2003. Heksana tergolong dalam hidrokarbon alkana ikatan tunggal dengan rumus kimia CH
3
CH
2 4
CH
3.
Isomer heksana yang lain, kebanyakan tidak reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut inert dalam reaksi-reaksi organik karena sifatnya yang non
polar Institut national de recherche et de sécurité, 2005. Heksana banyak digunakan untuk mengekstrak minyak dari bahan nabati, seperti sawit dan
kedelai ATSDR, 1999. Heksana memang beracun, tetapi tingkatnya relatif rendah. Menghirup
heksana dalam konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan efek euforia ringan yang diikuti dengan sakit kepala. Namun efek ini tidak permanen dan biasanya
hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat menghentikan kontak dengan heksana Institut national de recherche et de sécurité, 2005. Residu heksana
juga tidak terkonsentrasi pada tanaman maupun hewan sehingga tidaklah benar jika dikatakan bahwa heksana dapat menyebabkan kanker pada
manusia. The Department of Health and Human Services
DHHS, International Agency for Research on Cancer
IARC and The Environmental Protection
Agency EPA tidak menggolongkan heksana sebagai bahan karsinogenik.
The National Institute of Occupational Safety and Health NIOSH
menganjurkan bahwa kandungan heksana di udara dalam ruang kerja tidak lebih dari 50 ppm, sedangkan The Occupational Health and Safety
Administration OSHA masih memberikan toleransi hingga batas 500 ppm
ATSDR, 1999. Food and Drug Administration FDA, 1987 memberikan batasan jumlah sisa pelarut yang masih diperkenankan dalam bahan makanan
yang ditunjukkan oleh Tabel 5. Tabel 5. Residu pelarut organik yang diizinkan dalam makanan
a
Jenis Pelarut Residu ppm
Aseton 30 Etilen klorida
30 Etanol 30
Heksana 25 Isopropil alkohol
50 Metilen diklorida
30 Metanol 50
a
Food and Drug Administration 1987
Heksana biasanya berbentuk cair dengan viskositas rendah, mudah menguap, mudah terbakar dan tidak larut air. Berat jenis heksana adalah
0.6548 gml, dengan titik cair −95°C dan titik didih 69°C Institut national de
recherche et de sécurité , 2005. Dengan karakteristik titik didih heksana yang
rendah, akan memudahkan pemisahan heksana dengan olein tanpa merusak kandungan karotenoid dalam olein secara signifikan. Selain itu, karena
evaporator yang digunakan hampa udara, maka titik didih heksana dapat diturunkan dengan mengatur tekanan sehingga proses pemurnian olein lebih
optimal dan aman.
III. METODOLOGI PENELITIAN A.