Pengaruh Perbandingan Pelarut terhadap Rendemen Konsentrat

cair heksana yang sangat rendah. Pada perbandingan pelarut yang besar, gliserida yang mengalami kristalisasi lebih sedikit dibandingkan dengan sampel dengan jumlah pelarut yang sedikit. Masih banyaknya kandungan gliserida pada fraksi cair menyebabkan pemekatan karotenoid belum optimal. Oleh karena itu, pemekatan karotenoid semakin menurun dengan meningkatnya jumlah pelarut. Efektivitas pemekatan karotenoid pada sampel dengan jumlah pelarut yang besar dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan suhu fraksinasi lebih rendah lagi. Pada perbandingan CPO : heksana yang digunakan dalam perlakuan, tingkat pemekatan karotenoid sampel menunjukkan kecenderungan meningkat dengan menurunnya suhu fraksinasi. Pada suhu fraksinasi 20, 15, 10, dan 5°C terjadi penurunan konsentrasi karotenoid sampel sehingga nilai pemekatannya kurang dari satu tidak ada pemekatan. Banyak faktor yang menyebabkan penurunan konsentrasi karotenoid sehingga tidak ada pemekatan, di antaranya adalah belum optimalnya proses kristalisasi sehingga masih banyak gliserida yang terdapat pada fraksi cair yang mempengaruhi konsentrasi karotenoid, pemanasan saat menggunakan rotavapor, dan lamanya penyimpanan. Efektivitas pemekatan karotenoid semakin meningkat dengan suhu yang semakin menurun. Hal ini dikarenakan semakin rendah suhu fraksinasi, semakin banyak gliserida yang mengkristal sehingga kandungan gliserida pada fraksi cair menurun dan karotenoid yang terlarut meningkat konsentrasinya. Kenaikan pemekatan karotenoid ini sebanding dengan kenaikan konsentrasi karotenoid pada sampel. Kenaikan pemekatan cukup drastis terjadi pada suhu 0°C.

d. Pengaruh Perbandingan Pelarut terhadap Rendemen Konsentrat

Karotenoid pada Setiap Suhu Fraksinasi Gambar 19. menunjukkan pengaruh perbandingan pelarut terhadap rendemen konsentrat karotenoid. Yang dimaksud dengan konsentrat 20 15 10 5 -5 -10 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Rendemen fraksi cair Suhu fraksinasi °C Rasio CPO:heksana 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6 karotenoid di sini adalah hasil fraksinasi minyak yang mengandung karotenoid yang telah dihilangkan pelarutnya. Sedangkan yang dimaksud dengan rendemen konsentrat karotenoid adalah jumlah konsentrat karotenoid dibandingkan dengan jumlah minyak pada awal fraksinasi. Rendemen konsentrat karotenoid menunjukkan efektivitas proses fraksinasi. Bila rendemen konsentrat rendah, maka proses fraksinasi efisien karena dapat memisahkan fraksi cair dan fraksi padat sesuai dengan yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu menghasilkan konsentrat karotenoid dengan sesedikit mungkin minyak yang terdapat pada konsentrat. Rendemen konsentrat sampel menunjukkan kecenderungan meningkat dengan bertambahnya jumlah pelarut heksana yang digunakan. Semakin banyak pelarut, kristalisasi lemak menjadi semakin lambat dan membutuhkan suhu yang semakin rendah untuk dapat memulai mekanisme kristalisasi. Akibatnya, pada sampel dengan Gambar 19. Pengaruh perbandingan pelarut terhadap rendemen konsentrat pada setiap suhu fraksinasi jumlah heksana lebih banyak, jumlah minyak yang mengkristal menjadi lebih sedikit, sebagian besar minyak masih banyak terdapat pada fraksi cairnya, dan rendemen fraksi cairnya menjadi lebih besar. Penurunan suhu fraksinasi memberikan pengaruh terhadap rendemen konsentrat yang diperoleh. Rendemen konsentrat karotenoid semakin berkurang dengan semakin rendahnya suhu fraksinasi. Penyebabnya adalah adanya minyak yang mengkristal pada saat fraksinasi suhu rendah. Semakin rendah suhu fraksinasi, jumlah minyak yang mengkristal semakin banyak sehingga jumlah minyak yang terdapat pada konsentrat semakin berkurang dan rendemen konsentrat yang diperoleh semakin rendah. Rendemen konsentrat karotenoid yang diperoleh pada suhu 20°C pada setiap perbandingan mempunyai nilai yang paling besar. Jumlah gliserida yang ada di dalamnya masih cukup banyak. Hal ini menunjukkan bahwa fraksinasi belum efektif dilakukan pada suhu ini. Konsentrat karotenoid yang diperoleh pada suhu ini pun tampak keruh dan mengandung fraksi-fraksi padat dengan ukuran kristal yang cukup besar. Begitu pula dengan konsentrat karotenoid yang dihasilkan oleh suhu fraksinasi 15°C. Namun kristal fraksi padatnya lebih halus dan tersebar di seluruh bagian. Konsentrat karotenoid yang dihasilkan pada suhu fraksinasi di bawah 10°C mulai jernih tanpa adanya kristal fraksi padat dan berwarna merah pekat. Gambar 20. berikut menunjukkan kenampakan konsentrat yang dihasilkan pada proses fraksinasi bertahap. Gambar 20. Kenampakan konsentrat karotenoid sampel Kiri- kanan : suhu 20°C, 15°C, 10°C 20 15 10 5 -5 -10 1:2 1:4 1:6 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Rendemen fraksi padat Suhu fraksinasi °C Rasio CPO : heksana 1:2 1:3 1:4 1:5 1:6

e. Pengaruh Perbandingan Pelarut Terhadap Rendemen Fraksi