Bilangan iod = m
1
-m
2
x N x 12.69 W
Keterangan : m
1
= Volume titer blanko ml m
2
= Volume titer sampel ml N = Normalitas aktual Na
2
S
2
O
3
N W = Bobot sampel gram
4. Analisis Kandungan Karotenoid, Metode Spektrofotometri
Apriyantono et al., 1989
Satu gram sampel, ditimbang dalam labu takar 50 ml. Kemudian ditepatkan hingga tanda tera dengan heksana. Pengenceran dilakukan bila
absorbansi yang diperoleh nilainya lebih dari 0.700. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 446 nm dengan kuvet lebar 1 cm.
Konsentrasi karotenoid ppm = 10 mgml x A x fp x V x 1000 E
1 1 cm
x W Keterangan :
A = nilai serapan sampel pada 446 nm
fp = faktor pengenceran
V = volume sampel yang diukur
W = bobot sampel yang dianalisis
E
1 1 cm
= koefisien absorbansi Konsentrasi karotenoid dalam sampel minyak sawit dihitung
menggunakan nilai E
1
1 cm = 2611, yaitu absorbansi dari 1 larutan karotenoid dari minyak sawit 10 mgml atau
μgμl pada panjang gelombang 446 nm menggunakan kuvet 1 cm dengan pelarut heksana
PORIM, 1995
5. Analisis Komposisi Asam Lemak Minyak AOAC, 1995
Contoh yang akan dianalisis asam lemaknya ditimbang dalam tabung reaksi bertutup, kemudian ditambahkan larutan standar internal 1.0 mgml
sebanyak 0.5 ml. Campuran tersebut selanjutnya ditambah dengan 1.5 ml NaOH metanolik 0.5 N, dihembus dengan gas nitrogen, ditutup rapat,
kemudian dikocok. Campuran ini selanjutnya dipanaskan dalam penangas
air yang mendidih suhu air sekitar 100
o
C selama 5 menit, diikuti dengan pendinginan sampai suhu campuran berada pada kisaran suhu 30-40°C.
Pereaksi BF3-metanol 14 bv segera ditambahkan ke dalam campuran, dialiri gas nitrogen dan ditutup rapat, kemudian dipanaskan kembali dalam
penangas air mendidih selama 30 menit. Campuran didinginkan kemudian ditambahkan 1 ml heksana, dialiri gas nitrogen, ditutup rapat dan dikocok
selama 30 detik. Campuran yang dihasilkan selanjutnya ditambahkan 5 ml larutan NaCl jenuh, dihembus gas nitrogen, ditutup rapat dan dikocok.
Lapisan heksana dipindahkan ke dalam vial, fase metanol-air diekstrak kembali dengan 1 ml heksana dan hasil ekstraksi digabungkan serta
disaring dengan Na
2
SO
4
anhidrat dan telah dipekatkan dengan gas nitrogen sampai diperoleh volume sekitar 1 ml.
Metil ester asam lemak yang telah dibebaskan dari kandungan air dengan Na
2
SO
4
anhidrat dan telah dipekatkan dengan gas nitrogen, sebanyak 1
μl disuntikkan ke alat kromatografi gas. Alat kromatografi dilengkapi dengan FID, integrator chromatopac C-R6 dan kolom kapiler
DB-23 30 m x 0,25 mm: J W Scientific, Folson, CA. Suhu injektor diatur 250
o
C dan suhu detektornya 260
o
C. Suhu awal kolom 140
o
C yang dipertahankan selama 6 menit dengan laju kenaikan suhu 30
o
Cmenit. Suhu akhir kolom diatur 230
o
C dan dipertahankan selama 25 menit. Gas pembawa yang digunakan adalah gas helium dengan tekanan 1 kgcm
2
dan detektor FID. Tekanan gas hidrogen dan tekanan udara diatur sampai 0.5
kgcm
2
. Kromatogram yang diperoleh digunakan untuk menentukan persentase komposisi asam lemak menggunakan persamaan :
a Penentuan respon faktor R
f
standar asam lemak:
Area standar internal mg asam lemak X
R
f
= x
mg standar internal area asam lemak
b Penentuan kadar asam lemak sampel
WSI mg R
f
x area X [asam lemak] mg100g =
x W
minyak
100 g Area SI
Keterangan :
WSI = bobot asam lemak standar internal SI yang
ditambahkan mg W
minyak
= bobot minyak yang dimetilasi 100 gram
c Penentuan persen asam lemak
Bobot asam lemak Persen asam lemak =
x 100 Bobot total asam lemak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembuatan konsentrat karotenoid dari minyak sawit kasar crude palm oil
CPO dengan menggunakan teknik fraksinasi bertahap diupayakan melalui 5 tahap, yaitu 1 Karakterisasi bahan baku, 2 Penentuan waktu pengadukan, 3
Penentuan konsentrasi pelarut heksana, dan 4 Fraksinasi bertahap pada beberapa suhu, dan 5 Perbandingan metode pengambilan fraksi cair.
Karakterisasi bahan baku CPO meliputi analisis kadar air, bilangan asam, bilangan iod, konsentrasi karotenoid, dan kandungan asam lemak. Parameter
utama yang diukur pada tahap penentuan waktu pengadukan, konsentrasi pelarut heksana, dan uji lanjutan adalah recovery karotenoid. Sedangkan parameter yang
diukur pada proses fraksinasi bertahap adalah konsentrasi karotenoid, recovery karotenoid, tingkat pemekatan karotenoid, rendemen konsentrat dan rendemen
fraksi padat yang diperoleh dari proses fraksinasi.
A. KARAKTERISASI BAHAN BAKU CPO
Pada tahap ini dilakukan karakterisasi bahan baku CPO yang diperoleh dari PT Sinar Meadow, Jakarta. CPO dipilih sebagai bahan baku karena
kandungan karotenoid dalam CPO belum mengalami penurunan akibat proses pemurnian minyak yang biasanya dilakukan pada suhu tinggi. Selain itu,
fraksinasi CPO diharapkan akan menghasilkan fraksi-fraksi yang dapat diolah lebih lanjut menjadi produk turunan sawit lainnya.
Karakterisasi CPO dilakukan untuk mengetahui mutu dari bahan baku yang digunakan berdasarkan acuan dari Standar Nasional Indonesia SNI
minyak kelapa sawit, yaitu SNI 01-2901-1992. Karakteristik CPO yang dibandingkan dengan SNI tertera pada Tabel 6.