Tabel 4. Metode ekstraksi dan pemekatan karotenoid lanjutan Metode Keterangan
Capaian Peneliti
Destilasi Molekuler
Pada metil ester Kemurnian dan
hasil tinggi Masni 2004
Bahan baku di- metanolisis, 2 tahap
destilasi molekuler Kemurnian 75
Ooi et al. 1994
Fluida Superkritik
T 40 C, 3000-5000
psi, 4 jam Penurunan total
karotenoid 26.8 Muchtadi 1992
Pada metil ester sawit
Pemekatan 39 kali, tingkat recovery
42 Sulaswatty 1998
F. FRAKSINASI
Minyak kelapa sawit yang disimpan di tempat dingin pada suhu 5-7ºC dapat terpisah menjadi dua bagian fraksi, yaitu fraksi cair yang disebut olein
dan fraksi semi padat yang disebut stearin Law dan Thiagarajan, 1989. Pemisahan olein dan stearin dari CPO dapat dilakukan dengan
fraksinasi. Menurut Gunstone dan Padley 1997, fraksinasi merupakan proses thermomechanical
di mana bahan dasar dipisahkan menjadi dua atau lebih fraksi. Proses ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu proses kristalisasi dengan
cara mengatur kondisi suhu dan filtrasi dengan penyaringan. Breeding dan Marshal 1995 melakukan fraksinasi dengan suhu rendah dan menyaringnya
dengan membran press filter. Fraksinasi asam lemak dan turunannya menggunakan teknik kristalisasi dengan suhu rendah diperkenalkan oleh
Brown dan Kolb. Brown melakukan kristalisasi suhu rendah dari renatang 0°C hingga -75°C menggunakan dry ice Fogerty, 1971.
Proses fraksinasi dijelaskan oleh Winarno 1997 dengan mekanisme dimana lemak didinginkan sehingga menyebabkan hilangnya panas dan
memperlambat gerakan molekul. Jarak antar molekul menjadi lebih kecil. Pada jarak tertentu terjadi gaya vander walls dimana radikal asam lemak
saling bertumpuk membentuk kristal yang spesifik tergantung jenis asam lemaknya dan terjadilah pemisahan. Fraksi kristal yang diperoleh mempunyai
titik leleh yang lebih tinggi daripada fraksi cair Moran dan Rajah, 1994.
Moran dan Rajah 1994 menyebutkan bahwa ada tiga metode yang digunakan dalam proses fraksinasi, yaitu dry fractionation, lanza
fractionation, dan solvent fractionation . Dry fractionation biasanya dilakukan
secara semi kontinyu terhadap minyak yang dimurnikan. Proses ini tidak membutuhkan bahan kimia atau bahan tambahan lainnya. Minyak
dihomogenkan pada suhu 70°C untuk menghilangkan kristal yang telah terbentuk sebelumnya agar tidak terjadi proses yang tidak diinginkan saat
pendinginan. Pembentukan dan pertumbuhan kristal terjadi pada minyak yang diaduk dan didinginkan dengan pendinginan sirkulasi air. Dry fractionation
biasanya menghasilkan olein sebanyak 70-75. Lanza fractionation
fraksinasi deterjen biasanya dilakukan pada minyak sawit kasar. Pertama, minyak didinginkan pada crystallizer dengan
pendingin air untuk mendapatkan kristal dari gliserida dengan titik leleh tinggi. Ketika suhu yang diinginkan tercapai, massa yang mengkristal
dicampur dengan larutan deterjen yang mengandung 0.5 natrium lauril sufat dan MgSO
4
sebagai elektrolit. Pemisahan berlangsung dalam suspensi cair. Kemudian dilakukan sentrifugasi agar fraksi olein dan stearin terpisah. Fraksi
olein kemudian dicuci dengan air panas untuk menghilangkan sisa deterjen lalu dikeringkan dengan vaccum dryer untuk mendapatkan olein mencapai
80 Moran dan Rajah, 1994. Solvent fractionation
merupakan fraksinasi menggunakan pelarut, dan proses ini relatif mahal karena terjadi penyusutan jumlah pelarut, memerlukan
perlengkapan untuk recovery pelarut, membutuhkan suhu rendah, dan membutuhkan penanganan untuk mencegah bahaya pelarut yang digunakan.
Pelarut yang biasanya digunakan adalah heksana atau aseton. Minyak harus dilarutkan dalam pelarut diikuti dengan pendinginan sehingga suhu yang
diinginkan tercapai untuk mendapatkan kristal yang diinginkan. Proses ini biasanya digunakan untuk mendapatkan produk bernilai tinggi, seperti
mentega coklat atau mendapatkan lemak tertentu berdasarkan titik cairnya Moran dan Rajah, 1994.
Fraksinasi dilakukan secara bertingkat agar diperoleh konsentrat karotenoid dengan konsentrasi karotenoid yang tinggi. Olein yang ada pada
produk sedikit tetapi kandungan karotenoidnya tinggi pekat sedangkan fraksi padatnya diharapkan jumlahnya lebih banyak, kandungan karotenoidnya
rendah, dan dapat diolah lagi menjadi produk turunan lemak yang lain.
G. PELARUT HEKSANA