Fungsi Permintaan Rekreasi Aktivitas Pariwisata

berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke Waduk Cirata baik pada saat liburan sekolah ataupun liburan akhir pekan, hal ini disebabkan banyaknya lokasi wisata lain di Kabupaten Cianjur yang lebih menarik wisatawan.

5.5.3 Fungsi Permintaan Rekreasi

Tingkat kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh biaya perjalanan, pendapatan wisatawan per tahun, jarak ke lokasi, karakteristik wisatawan, keindahan dan kenyamanan lokasi wisata serta banyaknya frekuensi berkunjung ke lokasi wisata yang keseluruhannya mengambarkan tingkat kepuasan wisatawan terhadap lokasi atau obyek wisata. Fungsi permintaan rekreasi di Waduk Cirata diperoleh dengan meregresikan biaya perjalanan, pendapatan per tahun, jarak, umur, serta tingkat pendidikan wisatawan. Dengan mengunakan pendekatan linier berganda, diperoleh model permintaan sebagai berikut : Ln Q = 4,054 - 0,616 LnX 1 + 0,354LnX 2 - 0,955LnX 3 - 0,128LnX 4 + 1,107LnX 5 Nilai- nilai koefisien hasil analisis regresi di atas diuraikan dalam Tabel 36. Tabel 36. Koefisien Penduga Fungsi Permintaan Kawasan Wisata Waduk Cirata Variabel Koefisien Penduga Konstanta 4,054 Biaya Perjalanan X 1 - 0,616 Pendapatan per Tahun X 2 0,354 Jarak X 3 - 0,955 Umur X 4 - 0,128 Pendidikan X 5 1,107 R-Sq R 2 0,345 F hitung 2,528 Durbin Watson 1,796 Sumber : Data Primer diolah 2007 Tabel 36 menunjukan nilai terhadap permintaan sebesar – 0,616 yang artinya apabila terjadi perubahan biaya perjalanan sebesar 1 maka akan menurunkan tingkat kunjungan wisatawan sebesar 0,616 . Tanda negatif menunjukan bahwa fungsi permintaan tersebut terdapat hubungan terbalik antara biaya perjalanan dengan tingkat kunjungan. Apabila terjadi kenaikan biaya perjalanan ke Waduk Cirata akan menyebabkan penurunan tingkat kunjungan ke lokasi tersebut. Koefisien Determinasi R 2 bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen Nugroho 2005. Tabel 36 menunjukan bahwa nilai R 2 sebesar 0,345 artinya 34,5 variabel dependen tingkat kunjungan dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan, yaitu biaya perjalanan, pendapatan per tahun, jarak, umur serta pendidikan, dan 65,5 lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan seperti lama kunjungan, jenis kendaraan yang digunakan, pekerjaan, status pernikahan, motivasi kunjungan, sifat kedatangan, serta persepsi keindahan dan kenyamanan. Model regresi di atas kemudian diuji menggunakan uji F yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model dalam menjelaskan hubungan nyata antara tingkat kunjungan dengan faktor- faktor yang mempengaruhinya. Berdasarkan uji F, diperoleh F hitung 2,528 F tabel 2,62 pada selang kepercayaan 95 sedangkan p-value 0,057 0,05. Nilai F hitung yang lebih kecil daripada F tabel menunjukan bahwa peubah bebas yang terdapat pada fungsi permintaan model linier berganda tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata ke Waduk Cirata. Hipotesis yang didapat adalah terima H o dan tolak H 1 artinya biaya perjalanan, pendapatan per tahun, jarak, umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata ke Waduk Cirata hal ini dikarenakan ada faktor- faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat kunjungan yang tidak dimasukan ke dalam model, seperti lama kunjungan, musim kunjungan, promosi wisata, persepsi keindahan dan kenyamanan lokasi. Uji asumsi klasik dan uji t perlu dilakukan untuk membuktikan validitas model dan kurva permintaan rekreasi. Model regresi linier berganda dapat disebut model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan terbebas dari asumsi- asumsi klasik statistik, baik itu multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas Nugroho 2005. Salah satu uji untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi yaitu Uji Durbin Watson DW Test. Model dapat terbebas dari dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung terletak di daerah no autocorelasi. Hasil DW Test menunjukan angka 1,796 dengan jumlah variabel bebas k = 5 dan jumlah sampel n = 30, dari Tabel DW Test diperoleh batas bawah dl = 1,82 dan batas atas du = 1,07. Berdasarkan uji Durbin Watson diperoleh nilai sebesar 1,796 yang berarti model berada di luar daerah no autokorelasi, maka dapat disimpukan adanya korelasi antara variabel penggangu periode saat ini dengan variabel penggangu pada periode sebelumnya. Untuk menghilangkan autokorelasi pada model regrasi, dilakukan DW Test menggunakan 1 variabel bebas, yaitu variabel bebas biaya perjalanan pengunjung. Perhitungan DW test menggunakan 1 variabel bebas biaya perjalanan dengan jumlah variabel bebas k = 1 dan jumlah sampel n = 30, hasil yang diperoleh sebesar 1,528 yang berada di luar batas bawah dl = 1,33 dan batas atas du = 1,49. Berdasarkan uji DW diperoleh nilai sebesar 1,528 yang terletak di daerah no autokorelasi sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dengan 1 variabel independen terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi. Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model. Suatu model dapat terbebas dari multikolineritas apabila nilai VIP Variance Inflation Factor tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang dari 0,1. semakin tinggi nilai VIP maka semakin rendah nilai tolerance. Hasil perhitungan data pada lampiran 17, VIP untuk biaya perjalanan kurang dari 10 yaitu sebesar 1,831 dan nilai tolerance 0,546. kemudian nilai VIP dan tolerance untuk pendapatan sebesar 2,11 dan 0,474, jarak sebesar 2,132 dan 0,469, lalu umur 1,74 dan 0,575 serta tingkat pendidikan sebesar 0,052 dan 0,328. Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa regresi linier berganda terbebas dari multikolineritas dan dapat digunakan dalam penelitian. Hasil uji t menunjukan peubah bebas biaya perjalanan, pendapatan, jarak, umur serta pendidikan tidak berpengaruh nyata, karena masing- masing peubah bebas memiliki nilai t hitung sebagai berikut : 1 Peubah bebas biaya perjalanan dengan nilai t hitung - 1,229 2,04 atau p-value 0,231 0,05, yang artinya peubah tersebut secara individual tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan. Peningkatan biaya perjalanan tidak berarti akan menurunkan tingkat kunjungan, keinginan akan pemenuhan kepuasan serta kegiatan hobi diduga menjadi fakor untuk datang ke lokasi wisata. 2 Peubah bebas tingkat pendapatan dengan nilai t hitung 0,842 2,04 atau p-value 0,408 0,05, yang artinya peubah tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan, artinya tidak berarti peningkatan ataupun penurunan pendapatan akan meningkatkan kunjungan wisata. 3 Peubah bebas jarak dengan nilai t hitung – 2, 344 2,04 atau p-value 0,028 0,05, yang artinya peubah jarak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata. Faktor kepuasan dan kegemaran akan lokasi serta hobi yang dijalankan membuat wisatawan rela menempuh perjalanan yang relatif jauh untuk datang ke lokasi. 4 Peubah bebas umur dengan nilai t hitung – 0,157 0,204 atau p-value 0,877 0,05, yang artinya peubah umur tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan. Artinya objek wisata di Waduk Cirata dapat dinikmati oleh semua umur. 5 Peubah bebas tingkat pendidikan dengan nilai t hitung 0,886 2,04 atau p-value 0,385 0,05 yang berarti peubah tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan. Artinya tidak semua latar belakang pendidikan dapat berkunjung terkait musim liburan dan libur akhir pekan.

5.5.4 Surplus Konsumen