Tabel 16. Nilai Panen dan Keuntungan per Unit Keramba Jaring Apung per Tahun, Tahun 2007
Uraian a. Penerimaan TR
Jumlah Rp
1. Hasil panen a. Mas
107.893.310,00 b. Nila
11.529.519,65
Total Penerimaan TR 119.422.829,65
b. Total Biaya TC 81.282.219,50
c. Keuntungan 38.140.610,15
Sumber : Data Primer Diolah 2007
Pemanenan ikan dilakukan 3 – 4 kali per tahun untuk ikan mas dengan rata- rata panen sebanyak 3,18 kali per tahun dan 2 – 3 kali untuk ikan nila dengan
rata- rata panen 2 kali. Harga jual ikan mas rata- rata sebesar Rp 9.490,63 per kg dan ikan nila Rp 5.525,00 per kg.
Hasil panen ikan mas per unit keramba selama 1 tahun sebesar Rp 107.893.310,00
dengan rata- rata produksi ikan mas 3.090 kg per unit. Komoditas ikan nila diperoleh hasil sebesar Rp 11.529.519,65
dengan produksi per tahun per kolor sebanyak 943,75 kg yang diperoleh dari rata- rata per panen.
Total penerimaan per unit keramba adalah Rp 119.422.829,65 per tahun dan
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 38.140.610,15 per tahun.
5.4.4 Analisis Ekonomi
Perhitungan nilai NPV menggunakan tingkat discount factor sebesar 15 berdasarkan Sosial Opportunity Cost of Capital tertinggi yang diaplikasikan di
negara berkembang Kadariah 1978. Nilai NPV dan Net BC dari kegiatan KJA di Waduk Cirata dihitung per individu dan per unit keramba, dengan periode
kegiatan selama 10 tahun.
Perhitungan analisis ekonomi per individu dilakukan dengan merata- ratakan nilai input dan output dari 32 responden yang menghasilkan nilai NPV dan
Net B C yang tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Perhitungan Cashflow Per Individu dari Usaha Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Tahun 2007
Uraian Nilai
NPV Rp 594.593.660,53
Net B C 14,38
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2007
Tabel 17 menunjukan nilai NPV per individu kegiatan perikanan keramba jaring apung sebesar Rp 594.593.660,53 dan NPV 0 yang artinya kegiatan ini
layak untuk dilakukan dan menghasilkan keuntungan yang didapat dari semua sumber produksi sebesar Rp 594.593.660,53 dengan nilai Net B C 1 sebesar
14,38 yang artinya setiap menginvestasikan Rp 1,00 dalam usaha KJA ini akan mendapatkan keuntungan sebesar 14,38 kali dari nilai yang diinvestasikan,
kegiatan ini layak untuk dilaksanakan. Nilai NPV individu total di Waduk Cirata diperoleh dengan mengalikan nilai NPV per individu dengan jumlah total RTP
Rumah Tangga Perikanan yang merupakan jumlah kepemilikan KJA sebanyak 3.966 RTP, sehingga menghasilkan NPV total sebesar Rp 2.358.158.457.662,00
per tahunnya. Besarnya NPV ini diharapkan dapat meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat sekitar Waduk Cirata dan menarik investor untuk
menanamkan modalnya agar kegiatan ini dapat berkembang dalam memenuhi permintaan ikan.
Perhitungan analisis ekonomi per unit keramba dilakukan dengan merata- ratakan nilai input dan output dari total unit keramba responden sebanyak 114,5
unit keramba yang menghasilkan nilai NPV dan Net B C yang tersaji pada tabel di bawah ini.
Tabel 18. Hasil Perhitungan Cashflow Per Unit Keramba dari Usaha Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Tahun 2007
Uraian Nilai
NPV Rp 184.826.046,70
Net B C 16,07
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2007
Tabel 18 menunjukan nilai NPV per unit keramba kegiatan perikanan keramba jaring apung sebesar Rp 184.826.046,70 dan NPV 0 yang artinya
kegiatan ini layak untuk dilakukan dan menghasilkan keuntungan yang didapat dari semua sumber produksi sebesar Rp 184.826.046,70. Nilai Net B C 1
sebesar 16,07 yang artinya setiap menginvestasikan Rp 1,00 dalam usaha KJA ini akan mendapatkan keuntungan sebesar 16,07 kali dari nilai yang diinvestasikan,
dan dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini layak untuk dilaksanakan. Perhitungan analisis sensitivitas dalam penelitian ini menggunakan metode
switching value . Analisis ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan suatu
usaha budidaya bila terjadi perubahan pada perhitungan biaya dan dibatasi pada perubahan harga pakan ikan, karena pakan ikan merupakan biaya terbesar dalam
produksi. Perhitungan analisis sensitivitas dilakukan berdasarkan 2 katergori, yaitu analisis sensitivitas per individu dan analisis sensitivitas per unit keramba.
Perhitungan terhadap analisis sensitivitas diperlukan untuk melihat kemungkinan yang akan terjadi pada suatu usaha budidaya tiap individu bila
terjadi perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang terjadi dapat berupa kenaikan harga pakan. Hasil perhitungan dapat dilihat
pada tabel di bawah ini. Tabel 19. Hasil Perhitungan Analisis sensitivitas Per Individu dari Usaha
KJA Terhadap Kenaikan Harga Pakan Tahun 2007
Uraian Nilai
NPV Rp 257.961,09
Net B C 0,99
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2007
Tabel 19 menunjukan nilai NPV negatif sebesar Rp 257.961,09 dan penurunan nilai Net B C menjadi 0,99, yang disebabkan harga pakan naik hingga
55 dari harga awal atau harga rata- rata dari responden, perlu diketahui bahwa hampir seluruh pembudidaya di Waduk Cirata menggunakan pakan buatan untuk
kelangsungan usahanya, nilai NPV 0 menyebabkan usaha ini tidak layak dipertahankan, kondisi yang akan terjadi adalah banyak pembudidaya merugi
hingga akhirnya harus menutup usahanya. Perhitungan analisis sensitivitas per unit keramba diperlukan untuk
melihat kemungkinan kondisi pada suatu usaha budidaya bila terjadi perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Perubahan yang terjadi dapat
berupa kenaikan harga pakan. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Hasil Perhitungan Analisis sensitivitas Per Unit Keramba dari Usaha
KJA Terhadap Kenaikan Harga Pakan Tahun 2007
Uraian Nilai
NPV Rp 1.068.036,86
Net B C 0,91
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2007
Tabel 20 menunjukan nilai NPV negatif sebesar Rp 1.068.036,86 dan penurunan nilai Net B C menjadi 0,91 saat harga pakan naik hingga 61,5 dari
harga awal atau rata- rata dari responden sebesar Rp 3.395,31 per kg, nilai NPV 0 maka usaha ini tidak layak dipertahankan.
5.4.5 Analisis Perubahan Produktivitas
Analisis produktivitas dalam penelitian ini meliputi beberapa komponen, yaitu biaya investasi, biaya tetap, biaya variabel, nilai panen serta residual rent
yang masing- masing komponen merupakan nilai total dari KJA yang ada di zona 3 Kabupaten Cianjur Waduk Cirata sebanyak 14.789 unit kolam, dimana 1
unitnya merupakan unit kolam yang berukuran 7 m x 7 m. Untuk unit keramba berukuran 14 m x 14 m yang terdiri dari 4 buah unit kolam yang merupakan
ukuran kolor. Berikut hasil perhitungan total masing- masing komponen :
a Biaya Investasi Total
Nilai investasi total didapat dari hasil perkalian nilai investasi per unit kolam dengan jumlah total unit kolam di Waduk Cirata. Tabel 14 menunjukkan
nilai biaya investasi per unit keramba sebesar Rp 12.261.755,00, sedangkan nilai investasi per unit kolam didapat dengan membagi 4 biaya investasi per unit
keramba sehingga diperoleh Rp 3.065.439,00. Nilai investasi total Waduk Cirata dengan asumsi 14.789 unit kolam keramba yang ada berproduksi sebesar
Rp 45.334.775.448,00
b Biaya Tetap Total
Biaya tetap per unit keramba sebesar Rp 3.910.656,19 per tahun didapat dari rata- rata unit keramba responden, alokasi biaya tetap per unit kolam selama
1 tahun sebesar Rp 977.664,00. Nilai total biaya tetap per unit kolam dari 14.789 unit kolam per tahunnya sebesar Rp 14.458.675.199,00, nilai total biaya tetap
dialokasikan untuk berbagai pembiayaan dalam produksi budidaya berupa biaya perawatan keramba, biaya penyusutan, sewa lahan per tahun serta upah tenaga
kerja.
c Biaya Variabel Total
Biaya variabel bergantung pada volume produksi dari usaha KJA, terdiri dari biaya benih mas dan nila serta biaya pakan. Satu unit kolam membutuhkan
biaya untuk benih ikan mas sebesar Rp 3.109.541,48 per tahun, biasanya benih yang ditanam tiap unit kolam sebanyak 44,68 kg dengan harga rata- rata
Rp 19.375,00 per kg. Benih ikan nila untuk satu kolor membutuhkan biaya sebesar Rp 4.706.113,53, benih ikan nila yang ditanam sebanyak 210,62 kg
dengan harga Rp 10.703,13 per kg. Biaya pakan per unit kolam membutuhkan biaya sebesar Rp 15.056.820,96, harga pakan rata- rata sebesar Rp 3.395,31 per
kg dengan bobot tiap unitnya 1.245,31 kg. Pemaparan di atas menunjukan total biaya variabel di Waduk Cirata
sebesar Rp 286.062.012.374,44 dengan asumsi 14.789 unit kolam berproduksi tiap tahunnya. Rincian biaya variabel adalah Rp 222.675.325.177,44 untuk pakan,
benih ikan mas sebesar Rp 45.987.008.948,00 dan benih ikan nila sebesar Rp 17.399.678.249,00.
d Nilai Panen Total
Hasil panen ikan mas rata- rata per unit kolam Rp 26.973.327,51 per tahun dengan bobot panen sebesar 772,5 kg, harga jual rata- rata Rp 9.490,63 per kg.
Hasil panen ikan nila Rp 11.529.519,65 per kolor dengan bobot rata- rata sebesar 943,75 kg, harga jual rata- rata Rp 5.525,00 per kg. Nilai total panen untuk 14.789
unit kolam sebesar Rp 441.536.057.071,39 per tahun dengan rincian nilai total panen ikan mas sebesar Rp 398.908.540.545,39 dan panen total ikan nila sebesar
Rp 42.627.516.526,00.
e Residual Rent
Nilai residual rent
merupakan nilai ekonomi total pemanfaatan Waduk Cirata untuk kegiatan perikanan yang diperoleh dengan menduga persamaan
residul rent melalui perhitungan sederhana dengan meregresikan antara jumlah
keramba sebagai variabel bebas dan nilai residual rent sebagai variabel tidak bebas, sehingga menghasilkan persamaan :
Y = 9.540.955,05X - 85.814.778,33 R
2
= 0,84 Fhit = 159,03 Thit = 12,61
Persamaan di atas menunjukan nilai R
2
sebesar 0,84 yang berarti bahwa variabel bebas jumlah unit kolamX dapat menjelaskan variabel tidak bebas residual rent
Y sebesar 84 sedangkan 16 lainnya dapat dijelaskan oleh variabel lain yang
tidak dimasukan dalam persamaan seperti lokasi usaha, kualitas perairan, dan teknologi.
Persamaan di atas dapat menjelaskan bahwa apabila pembudidaya ingin menaikan jumlah unit kolam yang dimilikinya, maka akan menaikan nilai residual
rent dari usaha KJA, hal ini dikarenakan nilai koefisien X yang positif. Nilai
koefisien korelasi yang diperoleh dari persamaan sebesar 0,9172 yang menunjukan korelasi nilai residual rent terhadap jumlah unit kolam sebesar
91,72 . Hasil perhitungan uji F menunjukan Fhit sebesar 159,03 yang lebih besar
dari F tabel sebesar 4,17 pada selang kepercayaan 95 , yang artinya jumlah unit berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai residual rent. Sedangkan hasil uji t
manghasilkan t hitung dari variabel unit sebesar 12,610 2,035 atau p- value 1,598x 10
-13
0,05 yang artinya peubah unit kolam KJA berpengaruh nyata terhadap nilai residual rent.
Berdasarkan data tahun 2006 yang diperoleh dari Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Cianjur, jumlah total unit kolam yang berada di perairan
Waduk Cirata zona 3 sebanyak 14.789 unit kolam yang berukuran 7 m x 7 m. Dari persamaan di atas , dengan memasukan X = 14.789 yang merupakan jumlah
unit kolam total dan dengan asumsi seluruh unit berproduksi maka diperoleh nilai ekonomi Waduk Cirata untuk perikanan sebesar Rp 141.015.369.497,95 per
tahun. Secara agregat nilai ekonomi dari pemanfaatan Waduk Cirata untuk
kegiatan perikanan KJA dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Nilai Ekonomi Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk Perikanan KJA per
Tahun, 2007 No Komponen
Nilai Rp
1 Investasi 45.334.775.448,00
2 Biaya Tetap
14.458.675.199,00 3
Biaya Variabel a.
Pakan 222.675.325.177,44
b. Benih Ikan Mas Nila 63.386.687.197,00
4 Hasil Panen
441.536.057.071,39 5
Residual Rent 141.015.369.497,95
Sumber : Data Primer Diolah 2007
Nilai ekonomi dari kegiatan perikanan KJA di Waduk Cirata zona 3 diperoleh sebesar Rp 141.015.369.497,95 dari total unit KJA sebanyak 14.789
unit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya 2006 tentang kegiatan serupa di Waduk Jatiluhur diperoleh nilai ekonomi sebesar
Rp 193.744.882.532,77 dari total unit KJA sebanyak 13.300 unit. Nilai ekonomi Waduk Cirata dari kegiatan KJA yang lebih kecil mengindikasikan bahwa usaha
ini belum dimaksimalkan, adapun faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan KJA di Waduk Cirata, yaitu kematian masal ikan yang mengakibatkan kerugian
yang besar bagi pembudidaya.
5.5 Aktivitas Pariwisata
Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata merupakan salah satu objek wisata di Kabupaten Cianjur yang terletak di desa Bobojong Kecamatan Mande yang
berjarak 17 km dari kota Cianjur, dari Jakarta sekitar 127 km dan dari Kota Bandung 82 km. Objek wisata tirta ini setiap pengunjung dikenakan tiket masuk
sebesar Rp 2.000,00 per orang untuk dapat menikmati rekreasi alam terbuka, berbagai aktivitas yang dapat dilakukan seperti melihat pemandangan sekitar
waduk, berperahu, memancing atau hanya sekedar berjalan-jalan dan duduk– duduk bersama teman atau keluarga sambil menikmati makanan yang mereka
bawa. Kegiatan berperahu mengelilingi waduk Cirata dikenai tarif sekitar Rp 25.000,00 – Rp 50.000,00 untuk berperahu selama 2-3 jam. Atraksi yang dapat
dinikmati oleh pengunjung pada saat berperahu mengelilingi waduk adalah melihat jaring terapung dan budidaya ikan atau menikmati hidangan berupa ikan
bakargoreng yang disediakan oleh salah satu rumah makan terapung yang terdapat di lokasi tersebut
.
Fasilitas penunjang yang tersedia di lokasi Jangari diantaranya pelataran parkir yang cukup luas, namun belum tertata dengan baik. Hal tersebut terlihat
pada saat hari libur dengan jumlah pengunjung yang banyak, ruang parkir menjadi tidak teratur. Fasilitas lainnya yaitu toilet umum, namun kondisinya kurang
bersih, demikian juga dengan kondisi lingkungan keseluruhan. Saung-saung yang terletak di sepanjang jalan di dekat pusat keramaian Jangari dapat disewa oleh
pengunjung untuk duduk-duduk dan beristirahat. Untuk memenuhi kebutuhan
wisatawan juga tersedia kios-kios dan warung-warung makanan yang menjual berbagai makanan dan minuman serta barang-barang dagangan lainnya. Selain
warung, pedagang kaki lima terlihat cukup banyak menggelar dagangannya. Letak kios dan warung-warung tersebut saat ini belum tertata dengan baik, dan kurang
menjaga kebersihan sekitarnya. Kios-kios sebagian besar terletak di tepi sempadan genangan, sehingga menghalangi pemandangan langsung ke bentangan
waduk. Penambahan daya tarik wisata di Jangari dilakukan setiap hari libur besar,
pihak pengelola menyediakan atraksi-atraksi kesenian tradisional maupun modern yang digemari oleh para pengunjung seperti jaipongan atau musik dangdut. Saat
ini pengelolaan objek dan daya tarik wisata Jangari dilaksanakan oleh Pemda Cianjur, yaitu Dinas Perhubungan dan Pariwisata, mengingat lokasi tersebut
berada pada wilayah administrasi Kabupaten Cianjur. Selain Jangari, lokasi lainnya relatif belum berkembang dan dikunjungi wisatawan adalah PLTA Waduk
Cirata. Padahal lokasi dimana dam site Cirata berada potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata pendidikan dan penelitian berbasis teknologi.
Pihak pengelola Waduk Cirata BPWC bahkan telah memiliki rencana pengembangan kawasan ini untuk menjadi resor wisata, namun pembangunannya
terhambat masalah sumberdaya
.
Tabel 22. Jumlah Kunjungan Ke Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Tahun 2001 –
2006.
No Tahun Jumlah orang
1 2001 14.425
2 2002 12.596
3 2003 13.831
4 2004 14.721
5 2005 17.663
6 2006 15.550
Sumber : Dinas Perhubungan dan Periwisata Tahun 2007
Tabel 22 menunjukan jumlah kunjungan terbesar terjadi pada tahun 2005 sebesar 17.663 orang. Jumlah kunjungan wisata ke Waduk Cirata tiap tahunnya
berfluktuatif, dikarenakan banyaknya objek wisata lain di Kabupaten Cianjur yang lebih menarik pengunjung seperti Kebun Raya Cibodas, Istana Kepresidenan
Cipanas serta Puncak. Selain itu tingkat promosi dan pengembangan lokasi yang
lambat, pengelola cenderung mempertahankan objek wisata unggulan agar terus menghasilkan pendapatan daerah yang lebih tinggi.
5.5.1 Karakteristik Pengunjung
a Daerah Asal Daerah asal responden pengunjung wisata ke Tirta Jangari Waduk Cirata
sebagian besar berasal dari Cianjur 56,67 , Bandung, Bekasi dan Sukabumi masing- masing sebesar 10,00 , Bogor 6,67 , Jakarta dan Ciamis masing-
masing sebesar 3,33 . Tabel 23 dapat menjelaskan lebih rinci mengenai sebaran daerah asal pengunjung wisata.
Tabel 23. Daerah Asal Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan April – Mei, Tahun 2007
No Daerah Asal
Responden orang Persentase
1 Bandung 3
10,00 2 Bekasi
3 10,00
3 Bogor 2
6,67 4 Ciamis
1 3,33
5 Cianjur 17
56,67 6 Jakarta
1 3,33
7 Sukabumi 3
10,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
b Umur Pengunjung Pengelompokan umur pengunjung sebagian besar berkisar antara 20 – 29
tahun dengan persentase sebesar 30,00 , kemudian kisaran 30 – 39 tahun dan 50 - 59 tahun merupakan persentase terbesar kedua yaitu 20,00 .
Pengelompokan umur selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Kelompok Umur Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan
April – Mei, Tahun 2007 No
Umur tahun Responden orang
Persentase 1
20 - 29 9
30,00 2
30 - 39 6
20,00 3
40 - 49 5
16,67 4
50 - 59 6
20,00 5
60 - 69 3
10,00 6
70 - 79 1
3,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
c Jenis Kelamin Wisata di Waduk Cirata sebagian besar dikunjungi oleh laki- laki dengan
persentase sebesar 90 , sedangkan pengunjung berjenis kelamin perempuan sebesar 10 , hal ini dikarenakan kegiatan mengelilingi waduk dengan perahu
serta hobi memancing banyak diminati laki- laki dari pada perempuan. Tabel 25. Jenis Kelamin Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan
April – Mei, Tahun 2007 No
Jenis Kelamin Responden orang
Persentase 1 Laki-
laki 27
90 2 Perempuan
3 10
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2007
d Status Perkawinan Pengunjung yang datang sebagian besar berstatus sudah menikah dengan
persentase sebesar 80 , sedangkan yang belum menikah sebesar 20 . Komposisi kelompok umur pengunjung menjadi salah satu faktor yang
menyebabkan banyaknya status sudah menikah datang ke Waduk Cirata. Tabel 26. Status Perkawinan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata
Bulan April – Mei, Tahun 2007 No Status
Perkawinan Responden
orang Persentase
1 Belum Menikah
6 20
2 Menikah 24
80
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2007
e Tingkat Pendidikan Latar belakang pendidikan pengunjung beragam, sebagian besar
pengunjung memiliki latar belakang pendidikan SMA dengan persentase sebesar 40,00 , tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki persentase paling kecil
sebesar 16,67 . Rincian data tingkat pendidikan pengunjung disajikan dapa Tabel 27.
Tabel 27. Tingkat Pendidikan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan April – Mei, Tahun 2007
No Pendidikan Responden
orang Persentase
1 SD 7
23,33 2 SMP
6 20,00
3 SMA 12
40,00 4 Perguruan
Tinggi 5
16,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
f Pekerjaan Jenis pekerjaan pengunjung Waduk Cirata didominasi oleh wiraswasta
sebesar 46,67 , jenis pekerjaan ini relatif tidak terikat oleh waktu jam kerja sehingga kesempatan untuk berlibur lebih besar daripada pegawai swasta 16,67
dan Pegawai Negeri Sipil 13,33 yang memiliki waktu libur pada akhir pekan atau hari besar. Pengunjung dengan persentase paling kecil bekerja sebagai
petani 3,33 . Rincian jenis pekerjaan pengunjung wisata disajikan pada Tabel 28.
Tabel 28. Pekerjaan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan April – Mei, Tahun 2007
No Pekerjaan
Responden orang Persentase
1 Ibu Rumah
Tangga 2
6,67 2 Petani
1 3,33
3 Pelajar mahasiswa
3 10,00
4 Wiraswasta 14
46,67 5 Pegawai
swasta 5
16,67 6 PNS
4 13,33
7 Pensiunan 1
3,33
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
g Tingkat Pendapatan Berdasarkan tingkat pendapatan pengunjung sebagian besar berkisar
antara Rp 200.000,00 – Rp 800.000,00 per bulan dengan persentase sebesar 53,33 . Tingkat pendapatan paling tinggi sebesar lebih dari Rp 3.200.000,00 per
bulan. Pendapatan pengujung dipengaruhi oleh faktor pekerjaan, seperti diketahui bahwa jumlah mayoritas pekerjaan pengunjung sebagai wiraswasta yang
berpenghasilan tidak tetap. Tabel 29 dapat menjelaskan lebih rinci tingkat pendapatan pengunjung wisata.
Tabel 29. Tingkat Pendapatan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan April – Mei, Tahun 2007
No Pendapatan Rp Responden orang
Persentase 1
200.000 - 800.000 16
53,33 2
800.001 -1.400.000 6
20,00 3
1.400.001 - 2.000.000 4
13,33 4
2.000.001 - 2.600.000 1
3,33 5
2.600.001 - 3.200.000 1
3,33 6 3.200.000
2 6,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
h Sifat Kedatangan Sifat kedatangan pengunjung mayoritas datang bersama keluarga 50,00
, pengunjung yang datang bersama kelompok sebesar 30,00 , sifat kedatangan bersama pasangan merupakan jumlah persentase terkecil sebesar 6,67
.Rincian mengenai sifat kedatangan pengunjung wisata disajikan pada Tabel 30. Tabel 30. Sifat Kedatangan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan
April – Mei, Tahun 2007 No Kedatangan
Responden orang
Persentase 1 Sendiri
4 13,33
2 Pasangan 2
6,67 3 Kelompok
9 30,00
4 Keluarga 15
50,00
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
i Motivasi Kunjungan Liburan merupakan motivasi terbanyak dari pengunjung sebesar 90,00 ,
keinginan memanfaatkan libur akhir pekan serta melepas kejenuhan dari aktivitas bekerja menjadi faktor utama kunjungan, motivasi pengunjung mencari
pengalaman baru sebesar 6,67 dan kegiatan bisnis 3,33 . Tabel 31. Motivasi Kunjungan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata
Bulan April – Mei, Tahun 2007 No
Motivasi Kunjungan Responden orang
Persentase 1 Bisnis
1 3,33
2 Liburan 27
90,00 3 Pengalaman
baru 2
6,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
j Jenis Kendaraan Mobil merupakan kendaraan yang banyak digunakan pengunjung dengan
persentase sebesar 46,67 , hal ini terkait banyaknya sifat kedatangan secara berkelompok dan rombongan. Pengunjung yang menggunakan sepeda motor
sebesar 40,00 , dan 13,33 pengunjung datang menggunakan angkutan umum. Tabel 32. Jenis Kendaraan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan
April – Mei, Tahun 2007 No Kendaraan
Responden orang
Persentase 1 Mobil
14 46,67
2 Sepeda Motor
12 40,00
3 Umum 4
13.33
Jumlah 30 100.00
Sumber : Data Primer 2007
k Lama Kunjungan Pengunjung wisata di waduk Cirata seluruhnya merupakan kunjungan satu
hari, artinya para pengunjung tidak menginap atau bermalam karena di lokasi wisata tidak tersedia hotel atau tempat penginapan. Mayoritas pengunjung
menghabiskan waktu di lokasi wisata antara 3 – 4 jam 46,67 adapun aktivitas pengunjung berupa mengelilingi Waduk Cirata berjarak tempuh 2 jam perjalanan
dengan menggunakan perahu motor yang tersedia dan menikmati hidangan ikan bakar. Waktu kunjungan di atas 5 jam, pengunjung menghabiskan waktu untuk
aktivitas memancing. Tabel 33. Lama Kunjungan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan
April – Mei, Tahun 2007 No
Lama Kunjungan jam Responden orang
Persentase 1
1 – 2 3
10,00 2
3 – 4 14
46,67 3
5 – 6 7
23,33 4
7 – 8 1
3,33 5
9 – 10 3
10,00 6
11 – 12 2
6,67
Jumlah 30 100,00
Sumber : Data Primer 2007
l Biaya Perjalanan Biaya perjalanan merupakan faktor penting dalam menentukan objek
wisata yang dituju, biaya ini meliputi biaya transportasi, biaya konsumsi, biaya
dokumentasi, biaya tiket masuk dan parkir serta biaya tak terduga. Besarnya biaya perjalanan bergantung pada daerah asal pengunjung, semakin jauh dari lokasi
wisata maka semakin besar biaya yang akan dikeluarkan. Berdasarkan responden selama bulan April hingga Mei 2007 biaya perjalanan terendah sebesar
Rp 39.878,15 yang berasal dari Cianjur, biaya perjalanan terbesar berasal dari Ciamis sebesar Rp 117.500,00. Tabel 34 dapat menjelaskan lebih rinci biaya
perjalanan pengunjung wisata berdasarkan daerah asal. Tabel 34. Biaya Perjalanan Pengunjung Wisata Tirta Jangari Waduk Cirata Bulan
April – Mei, Tahun 2007 No Daerah
Asal Responden
orang Biaya Perjalanan
Rata- rata Rp 1 Bandung
3 116.708,34
2 Bekasi 3
82.333,67 3 Bogor
2 104.250,00
4 Ciamis 1
117.500,00 5 Cianjur
17 39.878,15
6 Jakarta 1
112.000,00 7 Sukabumi
3 69.666,78
Jumlah 30
642.336,94
Sumber : Data Primer 2007
m Persepsi Pengunjung Berdasarkan hasil wawancara, sebanyak 23 responden 76,67 dari 30
responden menyatakan bahwa lokasi wisata Waduk Cirata indah. Skala penilaian menunjukan angka 76,67 berada pada selang 60 - 79 , dapat disimpulkan
bahwa lokasi wisata di Waduk Cirata memiliki keindahan alam yang indah untuk dinikmati wisatawan. Sebanyak 20,00 responden nyatakan lokasi wisata cukup
indah dan 3,33 lainnya menyatakan tidak indah karena banyaknya jumlah KJA di perairan waduk sehingga menghalangi pemandangan.
Persepsi kenyamanan yang diperoleh selama penelitian 24 dari 30 responden atau 80,00 responden menyatakan lokasi wisata merupakan tempat
yang nyaman, sedangkan 16,67 lainnya menilai lokasi wisata kurang nyaman, karena penataan bangunan sebagai fasilitas wisata kurang rapi serta banyaknya
keramba jaring apung yang terkesan menghalangi pemandangan. Sebanyak 1 responden 3,33 menyatakan tempat wisata yang dikunjungi sangat nyaman.
Penilaian persepsi merupakan nilai relatif yang diberikan tiap responden terhadap objek wisata, sehingga persepsi responden satu dengan lainnya akan berbeda.
5.5.2 Pendugaan Jumlah Pengunjung
Pendugaan tingkat kunjungan di Waduk Cirata pada tahun 2007 dilakukan melalui pendekatan statistika, yaitu dengan analisis perkembangan tingkat
kunjungan dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2006. Tabel 35. Tingkat Kunjungan Wisatawan Di Kawasan Wisata Tirta Jangari
Waduk Cirata Tahun 2001 - 2006 No
Tahun Xi
Tingkat Kunjungan Yi 1 2001
-3 14.425
2 2002 -2
12.596 3 2003
-1 13.831
4 2004 1
14.721 5 2005
2 17.663
6 2006 3
15.550
Sumber : Dinas Perhubungan dan Periwisata Kabupaten Cianjur 2007
Tabel 35 menunjukan hasil persamaan pendugaan tingkat kunjungan wisatawan ke kawasan wisata Waduk Cirata dengan meregresikan Yi tingkat
kunjungan ke- i sebagai peubah tidak bebas dan Xi waktu berkala tahun ke- i sebagai peubah bebas, sehingga menghasilkan persamaan :
Y = 14798 + 514X R
2
= 0,504 F
hit
= 4,058 t
hit
= 2,015 Persamaan di atas menunjukan R
2
sebesar 0,504 yang berarti bahwa Xi variabel bebas dapat menjelaskan Yi variabel tidak bebas sebesar 50,4
sedangkan 49,6 dapat dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukan ke dalam persamaan. Untuk mengetahui pendugaan tingkat kunjungan wisata Waduk
Cirata, maka X = 4 yang merupakan waktu berkala pada tahun 2007 di masukan ke dalam persamaan di atas dan menghasilkan dugaan tingkat kunjungan tahun
2007 sebesar 16.854 orang. Hasil perhitungan uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh bersama-
sama variabel independen bebas terhadap variabel dependen tidak bebas. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh F hitung sebesar 4,058 yang lebih kecil
daripada F tabel sebesar 7,71 pada selang kepercayan 95 , berarti variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebas. Hasil uji t pada persamaan
di atas juga menunjukan bahwa peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas. Hal ini ditunjukan dengan nilai t hitung sebesar 2,015 T
tabel 2,77 atau P- value 0,114 0,05, yang artinya peubah waktu kunjungan tidak
berpengaruh terhadap tingkat kunjungan wisatawan ke Waduk Cirata baik pada saat liburan sekolah ataupun liburan akhir pekan, hal ini disebabkan banyaknya
lokasi wisata lain di Kabupaten Cianjur yang lebih menarik wisatawan.
5.5.3 Fungsi Permintaan Rekreasi
Tingkat kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh biaya perjalanan, pendapatan wisatawan per tahun, jarak ke lokasi, karakteristik wisatawan,
keindahan dan kenyamanan lokasi wisata serta banyaknya frekuensi berkunjung ke lokasi wisata yang keseluruhannya mengambarkan tingkat kepuasan wisatawan
terhadap lokasi atau obyek wisata. Fungsi permintaan rekreasi di Waduk Cirata diperoleh dengan
meregresikan biaya perjalanan, pendapatan per tahun, jarak, umur, serta tingkat pendidikan wisatawan. Dengan mengunakan pendekatan linier berganda,
diperoleh model permintaan sebagai berikut :
Ln Q = 4,054 - 0,616 LnX
1
+ 0,354LnX
2
- 0,955LnX
3
- 0,128LnX
4
+ 1,107LnX
5
Nilai- nilai koefisien hasil analisis regresi di atas diuraikan dalam Tabel 36.
Tabel 36. Koefisien Penduga Fungsi Permintaan Kawasan Wisata Waduk Cirata Variabel Koefisien
Penduga Konstanta 4,054
Biaya Perjalanan X
1
- 0,616
Pendapatan per Tahun X
2
0,354 Jarak X
3
- 0,955
Umur X
4
- 0,128
Pendidikan X
5
1,107 R-Sq R
2
0,345 F hitung
2,528 Durbin Watson
1,796
Sumber : Data Primer diolah 2007
Tabel 36 menunjukan nilai terhadap permintaan sebesar – 0,616 yang artinya apabila terjadi perubahan biaya perjalanan sebesar 1 maka akan
menurunkan tingkat kunjungan wisatawan sebesar 0,616 . Tanda negatif menunjukan bahwa fungsi permintaan tersebut terdapat hubungan terbalik antara
biaya perjalanan dengan tingkat kunjungan. Apabila terjadi kenaikan biaya
perjalanan ke Waduk Cirata akan menyebabkan penurunan tingkat kunjungan ke lokasi tersebut.
Koefisien Determinasi R
2
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen Nugroho 2005.
Tabel 36 menunjukan bahwa nilai R
2
sebesar 0,345 artinya 34,5 variabel dependen tingkat kunjungan dijelaskan oleh variabel bebas yang digunakan,
yaitu biaya perjalanan, pendapatan per tahun, jarak, umur serta pendidikan, dan 65,5 lainnya dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan
seperti lama kunjungan, jenis kendaraan yang digunakan, pekerjaan, status pernikahan, motivasi kunjungan, sifat kedatangan, serta persepsi keindahan dan
kenyamanan. Model regresi di atas kemudian diuji menggunakan uji F yang bertujuan
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh model dalam menjelaskan hubungan nyata antara tingkat kunjungan dengan faktor- faktor yang mempengaruhinya.
Berdasarkan uji F, diperoleh F hitung 2,528 F tabel 2,62 pada selang kepercayaan 95 sedangkan p-value 0,057 0,05. Nilai F hitung yang lebih
kecil daripada F tabel menunjukan bahwa peubah bebas yang terdapat pada fungsi permintaan model linier berganda tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat
kunjungan wisata ke Waduk Cirata. Hipotesis yang didapat adalah terima H
o
dan tolak H
1
artinya biaya perjalanan, pendapatan per tahun, jarak, umur dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata ke Waduk
Cirata hal ini dikarenakan ada faktor- faktor lainnya yang dapat mempengaruhi tingkat kunjungan yang tidak dimasukan ke dalam model, seperti lama kunjungan,
musim kunjungan, promosi wisata, persepsi keindahan dan kenyamanan lokasi. Uji asumsi klasik dan uji t perlu dilakukan untuk membuktikan validitas
model dan kurva permintaan rekreasi. Model regresi linier berganda dapat disebut model yang baik jika model tersebut memenuhi asumsi normalitas data dan
terbebas dari asumsi- asumsi klasik statistik, baik itu multikolineritas, autokorelasi, dan heteroskesdastisitas Nugroho 2005. Salah satu uji untuk
mengetahui ada tidaknya autokorelasi yaitu Uji Durbin Watson DW Test. Model dapat terbebas dari dari autokorelasi jika nilai Durbin Watson hitung
terletak di daerah no autocorelasi. Hasil DW Test menunjukan angka 1,796
dengan jumlah variabel bebas k = 5 dan jumlah sampel n = 30, dari Tabel DW Test diperoleh batas bawah dl = 1,82 dan batas atas du = 1,07. Berdasarkan uji
Durbin Watson diperoleh nilai sebesar 1,796 yang berarti model berada di luar daerah no autokorelasi, maka dapat disimpukan adanya korelasi antara variabel
penggangu periode saat ini dengan variabel penggangu pada periode sebelumnya. Untuk menghilangkan autokorelasi pada model regrasi, dilakukan DW Test
menggunakan 1 variabel bebas, yaitu variabel bebas biaya perjalanan pengunjung. Perhitungan DW test menggunakan 1 variabel bebas biaya perjalanan dengan
jumlah variabel bebas k = 1 dan jumlah sampel n = 30, hasil yang diperoleh sebesar 1,528 yang berada di luar batas bawah dl = 1,33 dan batas atas du =
1,49. Berdasarkan uji DW diperoleh nilai sebesar 1,528 yang terletak di daerah no autokorelasi
sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi dengan 1 variabel independen terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi.
Uji multikolineritas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu
model. Suatu model dapat terbebas dari multikolineritas apabila nilai VIP Variance Inflation Factor tidak lebih dari 10 dan nilai tolerance tidak kurang
dari 0,1. semakin tinggi nilai VIP maka semakin rendah nilai tolerance. Hasil perhitungan data pada lampiran 17, VIP untuk biaya perjalanan kurang dari 10
yaitu sebesar 1,831 dan nilai tolerance 0,546. kemudian nilai VIP dan tolerance untuk pendapatan sebesar 2,11 dan 0,474, jarak sebesar 2,132 dan 0,469, lalu
umur 1,74 dan 0,575 serta tingkat pendidikan sebesar 0,052 dan 0,328. Dari perhitungan dapat disimpulkan bahwa regresi linier berganda terbebas dari
multikolineritas dan dapat digunakan dalam penelitian. Hasil uji t menunjukan peubah bebas biaya perjalanan, pendapatan, jarak,
umur serta pendidikan tidak berpengaruh nyata, karena masing- masing peubah bebas memiliki nilai t hitung sebagai berikut :
1 Peubah bebas biaya perjalanan dengan nilai t hitung - 1,229 2,04 atau p-value
0,231 0,05, yang artinya peubah tersebut secara individual tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan. Peningkatan biaya
perjalanan tidak berarti akan menurunkan tingkat kunjungan, keinginan
akan pemenuhan kepuasan serta kegiatan hobi diduga menjadi fakor untuk datang ke lokasi wisata.
2 Peubah bebas tingkat pendapatan dengan nilai t hitung 0,842 2,04 atau p-value 0,408 0,05, yang artinya peubah tingkat pendapatan tidak
berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan, artinya tidak berarti peningkatan ataupun penurunan pendapatan akan meningkatkan
kunjungan wisata. 3 Peubah bebas jarak dengan nilai t hitung – 2, 344 2,04 atau p-value
0,028 0,05, yang artinya peubah jarak tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan wisata. Faktor kepuasan dan kegemaran akan
lokasi serta hobi yang dijalankan membuat wisatawan rela menempuh perjalanan yang relatif jauh untuk datang ke lokasi.
4 Peubah bebas umur dengan nilai t hitung – 0,157 0,204 atau p-value 0,877 0,05, yang artinya peubah umur tidak berpengaruh nyata
terhadap tingkat kunjungan. Artinya objek wisata di Waduk Cirata dapat dinikmati oleh semua umur.
5 Peubah bebas tingkat pendidikan dengan nilai t hitung 0,886 2,04 atau p-value
0,385 0,05 yang berarti peubah tingkat pendidikan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kunjungan. Artinya tidak semua latar
belakang pendidikan dapat berkunjung terkait musim liburan dan libur akhir pekan.
5.5.4 Surplus Konsumen
Surplus konsumen adalah selisih antara tingkat kesediaan membayar dari konsumen wisatawan dengan biaya yang harus dibayarkan untuk memperoleh
kepuasan pada objek wisata. Frekuensi kunjungan menjadi faktor yang menentukan tingkat kepuasan konsumen, semakin sering berkunjung maka
semakin puas pengunjung terhadap objek atau lokasi wisata. Frekuensi kunjungan digunakan dalam menghitung surplus konsumen
Wisata Waduk Cirata dengan variabel bebas biaya perjalanan yang dikeluarkan wisatawan selama melakukan perjalanan untuk 1 kali kunjungan ke lokasi wisata
dan dihitung dengan mengunakan formula sebagai berikut :
Q =
β’
X
β1
Berdasarkan hasil analisis regresi pada persamaan sebelumnya dengan menggunakan pendekatan individual, menghasilkan fungsi permintaan sebagai
berikut : Ln Q = 8,500 - 0,616 LnX
Atau Q =
4914,76884X
-0,616
Secara grafik, persamaan di atas digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2. Kurva Permintaan Wisatawan Pada kurva, sumbu Y menunjukan variabel biaya perjalanan Rp
sedangkan sumbu X merupakan variabel frekuensi kunjungan wisatawan kali. Hasil perhitungan luas di bawah kurva permintaan didapat dengan
mengintegralkan fungsi kurva permintaan, sehingga diperoleh : U =
X 76884
, 4914
0,616 -
Q d
f
a
∫
Penentuan batas atas a menggunakan data frekuensi kunjungan tertinggi dari responden pengunjung, yaitu sebesar 65 kali yang didapat dari hasil
wawancara dengan pengunjung pada saat penelitian dilakukan. Langkah selanjutnya nilai a disubstitusikan ke dalam persamaan, sehingga :
CS = X
76884 ,
4914
65 0,616
-
Q d
f
∫
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan software maple 10.0 diperoleh surplus konsumen 1497,52 per individu per tahun. Nilai surplus
konsumen berkaitan dengan tingkat kemampuan kesejahteraan konsumen yang berkunjung ke lokasi wisata.
5.5.5 Nilai Ekonomi Waduk Cirata Untuk Wisata Tirta
Nilai ekonomi dari Wisata Tirta Waduk Cirata merupakan agregat atau penjumlahan nilai WTP Willingness To Pay berupa biaya perjalanan rata- rata
pengunjung sebesar Rp 60.178,22 dengan komponen dugaan jumlah pengunjung tahun 2007 sebesar 16.854 orang yang dikalikan dengan surplus konsumen
sebesar Rp 1.497,52 serta rata- rata dari frekuensi kunjungan wisatawan sebesar 16,167 kali, maka diperoleh nilai ekonomi Wisata Waduk Cirata sebesar
Rp 408.043.590,60. Nilai ekonomi wisata yang dihasilkan Waduk Cirata lebih besar daripada nilai ekonomi wisata Waduk Jatiluhur yang penelitiannya
dilakukan oleh Wijaya 2006 dengan nilai ekonomi sebesar Rp 205.521.293,43 serta surplus konsumen yang dihasilkan sebesar Rp 157,94 dengan biaya
perjalanan rata- rata sebesar Rp 313.633,33 dan rata- rata frekuensi kunjungan wisatawan sebanyak 5,83 kali.
Nilai ekonomi wisata Waduk Cirata lebih besar dari pada Waduk Jatiluhur dikarenakan biaya perjalanan relatif terjangkau, kemudahan akses jalan, tiket
masuk yang terjangkau serta berbagai atraksi wisata menarik di Waduk Cirata.
5.6 Nilai Ekonomi Total Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk Perikanan dan Wisata Tirta
Nilai ekonomi total Waduk Cirata merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi pemanfaatan kegiatan perikanan dan wisata tirta. Nilai ekonomi kegiatan
perikanan dinilai dengan total residual rent yang didapat dari seluruh kegiatan budidaya KJA di Waduk Cirata sebesar Rp 141.015.369.497,95 99,71 per
tahun. Nilai ekonomi kegiatan wisata diperoleh berdasarkan nilai total surplus konsumen dari seluruh kunjungan ke kawasan wisata Waduk Cirata sebesar
Rp 408.043.590,60 0,29 per tahun. Berdasarkan 2 kegiatan pemanfaatan di Waduk Cirata diperoleh total nilai ekonomi sebesar Rp 141.423.413.088,55 per
tahun. Tabel 37. Nilai Ekonomi Total Pemanfaatan Waduk Cirata Untuk Kepentingan
Perikanan dan Wisata Tirta Per Tahun, 2007 No
Jenis Pemanfataan Nilai Ekonomi Rp
Persentase 1 Perikanan
KJA 141.015.369.497,95
99,71 2
Pariwisata Wisata Tirta 408.043.590,60
0,29
Jumlah 141.423.413.088,55 100,00
Sumber : Data Pimer Diolah Tahun 2007
Tabel 37 menunjukkan total nilai ekonomi Waduk Cirata zona 3 sebesar Rp 141.423.413.088,55 per tahun dengan luas waduk 2.960,3 ha, kedalaman
maksimum 106 m dan jumlah KJA sebanyak 14.789 unit. Hasil penelitian Wijaya 2006 menyatakan bahwa nilai Ekonomi total kawasan Waduk Jatiluhur di
wilayah Kabupaten Purwakarta sebesar Rp 193.950.403.826,20 per tahun dengan luas waduk 8.300 ha, kedalaman maksimum 95 m dan jumlah KJA sebanyak
13.300 unit. Rincian proporsi nilai ekonomi Waduk Jatiluhur untuk kegiatan perikanan KJA sebesar Rp 193.744.882.532,77 dan kegiatan wisata sebesar
Rp 205.521.293,43. Perbedaan nilai kegiatan perikanan diduga karena faktor kualitas perairan Waduk Cirata menurun serta jumlah KJA yang berproduksi lebih
banyak dan diduga melebihi daya dukung perairan waduk, akibatnya terjadi kematian masal ikan setiap tahunnya yang disebabkan oleh mewabahnya Koi
Herves Virus KHV dan terjadinya arus naik atau up welling yaitu naiknya senyawa berbahaya dari sisa pakan yang tertimbun di dasar perairan waduk
sehingga menyebabkan keracunan pada ikan. Faktor- faktor tersebut menyebabkan penurunan produksi perikanan di Waduk Cirata dan merugikan
pembudidaya akibat kematian ikan. Nilai ekonomi kegiatan wisata di Waduk Cirata lebih besar dari Waduk Jatiluhur, diduga karena akses jalan, harga tiket,
biaya perjalanan serta atraksi wisata yang ditawarkan di Waduk Cirata lebih terjangkau dan menarik.
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6. 1 Kesimpulan
1. Kegiatan usaha budidaya keramba jaring apung di Waduk Cirata layak dijalankan dan bermanfaat bagi masyarakat yang memiliki nilai NPV lebih
besar dari nol sebesar Rp 594.593.660,53 per individu kegiatan KJA serta nilai Net B C sebesar 14,38. Sedangkan NPV per unit keramba sebesar
Rp 184.826.046,70 dan Net B C sebesar 16,07. 2. Usaha Budidaya Keramba Jaring Apung per individu di Waduk Cirata
memiliki sensitivitas terhadap kenaikan harga pakan hingga 55 yang membuat usaha ini tidak layak untuk dilaksanakan, karena nilai NPV yang
didapat sebesar Rp 257.961,09. Analisis sensitivitas per unit keramba sebesar Rp 1.068.036,86 dengan Net B C sebesar 0,91 pada tingkat
kenaikan harga pakan sebesar 61,5 . 3. Nilai ekonomi kegiatan perikanan per tahun dari total unit kolam
sebanyak 14.789 unit di Waduk Cirata menghasilkan Rp 141.015.369.497,95 per tahun.
4. Fungsi permintaan kawasan wisata Waduk Cirata diperoleh dari persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Ln Q = 4,054 - 0,616 LnX
1
+ 0,354LnX
2
- 0,955LnX
3
- 0,128LnX
4
+ 1,107LnX
5
Persamaan regresi liner berganda nyatakan bahwa kunjungan wisata dipengaruhi biaya perjalanan sebesar – 0,616 artinya apabila terjadi
kenaikan biaya perjalanan sebesar 1 maka akan menurunkan tingkat kunjungan sebesar 0,616 .
5. Nilai surplus konsumen per individu berdasarkan pendekatan individual, yaitu sebesar Rp 1.497,52 dan nilai ekonomi kegiatan wisata sebesar
Rp 408.043.590,60 per tahun. 6. Nilai total ekonomi pemanfaatan Waduk Cirata zona 3 untuk kegiatan
perikanan dan wisata sebesar Rp 141.423.413.088,55 per tahun.