Biaya tetap adalah biaya yang besarannya tetap dan tidak terkait langsung dengan jumlah produksi dari suatu masa proyek. Berdasarkan data dari responden
diketahui rata- rata biaya tetap per unit keramba yang dikeluarkan tiap tahun sebesar Rp 4.633.800,29 atau 4,8112 dari total biaya faktor produksi.
Komponen biaya tetap berupa biaya perawatan sebesar 1,4839 dengan
pengeluaran terbesar berupa perawatan jaring ikan mas dan nila, perawatan yang dilakukan oleh pembudidaya berupa penambalan jaring yang rusak atau berlubang
bila kerusakannya parah maka diperlukan biaya yang lebih besar berupa penggantian jaring baru. Perawatan tidak selalu dilakukan seluruh pembudidaya
ada yang cenderung mengganti dengan jaring baru. Biaya penyusutan total sebesar 2,3599
per unit keramba dari total biaya yang didapat dari rata- rata responden. Besarnya retribusi lahan ditentukan oleh BPWC, Rp 1.000,00 untuk
1 m
2
. Satu unit keramba yang berukuran 14 m x 14 m dikenakan biaya Rp 196.000,00, dari data responden diketahui rata- rata pengeluaran untuk
retribusi sebesar Rp 63.122,27 per unitnya jumlah ini tidak sama dengan jumlah perkalian per meternya, karena kebanyakan pemilik usaha atau pembudidaya tidak
menyertakan seluruh unit kerambanya untuk dihitung sebagai sewa. Biaya Variabel adalah biaya yang besarannya tergantung dari output yang
dihasilkan. Pakan merupakan biaya variabel paling besar 74,0965 , rata- rata responden untuk satu unit keramba mengeluarkan biaya Rp 60.227.283,84 untuk
satu tahun yang berarti 3 – 4 kali panen dengan banyaknya pakan rata- rata sebesar 4.981,24 kg per unit keramba untuk 4 unit kolam ukuran 7 m x 7 m. Benih
ikan mas membutuhkan biaya sebesar Rp 12.438.165,94 per tahun, dan benih ikan
nila Rp 4.706.113,53.
5.4.3.3 Penerimaan Usaha
Penerimaan usaha merupakan nilai output yang dihasilkan dari kegiatan budidaya KJA dan didapat dari nilai rata- rata panen per unit dari responden di
kali dengan harga jual rata- rata per kg produk. Keuntungan didapat dari selisih antara pendapatan selama satu tahun dengan total biaya yang dikeluarkan per unit
keramba selama satu tahun.
Tabel 16. Nilai Panen dan Keuntungan per Unit Keramba Jaring Apung per Tahun, Tahun 2007
Uraian a. Penerimaan TR
Jumlah Rp
1. Hasil panen a. Mas
107.893.310,00 b. Nila
11.529.519,65
Total Penerimaan TR 119.422.829,65
b. Total Biaya TC 81.282.219,50
c. Keuntungan 38.140.610,15
Sumber : Data Primer Diolah 2007
Pemanenan ikan dilakukan 3 – 4 kali per tahun untuk ikan mas dengan rata- rata panen sebanyak 3,18 kali per tahun dan 2 – 3 kali untuk ikan nila dengan
rata- rata panen 2 kali. Harga jual ikan mas rata- rata sebesar Rp 9.490,63 per kg dan ikan nila Rp 5.525,00 per kg.
Hasil panen ikan mas per unit keramba selama 1 tahun sebesar Rp 107.893.310,00
dengan rata- rata produksi ikan mas 3.090 kg per unit. Komoditas ikan nila diperoleh hasil sebesar Rp 11.529.519,65
dengan produksi per tahun per kolor sebanyak 943,75 kg yang diperoleh dari rata- rata per panen.
Total penerimaan per unit keramba adalah Rp 119.422.829,65 per tahun dan
keuntungan yang diperoleh sebesar Rp 38.140.610,15 per tahun.
5.4.4 Analisis Ekonomi
Perhitungan nilai NPV menggunakan tingkat discount factor sebesar 15 berdasarkan Sosial Opportunity Cost of Capital tertinggi yang diaplikasikan di
negara berkembang Kadariah 1978. Nilai NPV dan Net BC dari kegiatan KJA di Waduk Cirata dihitung per individu dan per unit keramba, dengan periode
kegiatan selama 10 tahun.
Perhitungan analisis ekonomi per individu dilakukan dengan merata- ratakan nilai input dan output dari 32 responden yang menghasilkan nilai NPV dan
Net B C yang tersaji pada Tabel 17.
Tabel 17. Hasil Perhitungan Cashflow Per Individu dari Usaha Keramba Jaring Apung di Waduk Cirata Tahun 2007
Uraian Nilai
NPV Rp 594.593.660,53
Net B C 14,38
Sumber : Data Primer Diolah Tahun 2007