Aspek Teknis Budidaya Keramba Jaring Apung a Penentuan Lokasi

5.4.2 Aspek Teknis Budidaya Keramba Jaring Apung a Penentuan Lokasi

Lokasi merupakan faktor penting dalam budidaya keramba jaring apung, penentuan lokasi yang baik dan strategis memungkinkan kemudahan dalam proses budidaya baik secara produksi maupun ekonomi. Secara produksi dengan memperhatikan tingkat kedalaman perairan, secara ekonomi memperhatikan kemudahan akses ekonomi, seperti dekat dengan penjual alat produksi, tersedianya sarana transportasi untuk kegiatan budidaya dan pemanenan. b Pembuatan Keramba Jaring Apung Umumnya ukuran keramba yang digunakan berukuran 14 m x 14 m untuk 1 unit keramba dan terdiri atas 4 unit kolam yang berukuran 7 m x 7 m, sedangkan untuk lapis bawah atau kolor berukuran 14 m x 14 m atau 1 keramba. Proses awal pembuatan keramba dikerjakan 2 sampai dengan 8 orang di tepi perairan waduk. Lamanya waktu tergantung dari banyaknya tenaga kerja, biasanya untuk 1 unit berkisar 5 sampai dengan 10 hari. Bahan- bahan yang digunakan untuk pembuatan 1 unit keramba adalah bambu sebanyak 60 batang, besi sebanyak 36 batang, drum sebanyak 36 buah atau 45 buah strerofoam, paku, kayu, baut, jangkar berupa batu- batu yang dibungkus dengan karung, tambang dan jaring. Jaring keramba yang mengunakan bahan nylon atau polyethylene terdiri dari 2 lapis jaring, lapisan atas terdiri dari 4 jaring sebanyak 4 x 20 kg dengan ukuran mata jaring 1 – 1,5 cm, dan lapisan bawah atau kolor membutuhkan jaring sebanyak 1 x 100 kg dengan ukuran mata jaring 1 – 1,5 cm. c Proses Budidaya 1 Pengadaan dan penebaran benih Kebanyakan petani membudidayakan ikan mas dan ikan nila, karena ikan mas memiliki nilai jual yang tinggi dan ikan nila memiliki ketahanan yang baik terhadap virus atau pun kondisi perairan yang kurang baik. Pembudidaya mendapatkan benih ikan mas dan nila dari kota Cianjur dan Bandung. Banyaknya penebaran benih disesuaikan dengan modal pembudidaya, semakin besar modal, maka semakin banyak benih ditebarkan. Rata- rata benih ikan mas yang ditebar dalam 1 unit kolam sebanyak 44,68 kg atau kisaran 20 – 75 kg dengan ukuran 5 – 10 cm, harga benih ikan mas per kg berkisar Rp 15.000,00 sampai dengan Rp 22.000,00. Penebaran ikan nila rata- rata per kolor sebanyak 210,62 kg dengan kisaran 100 – 500 kg, harga per kg benih ikan nila berkisar antara Rp 7.000,00 sampai dengan Rp 12.000,00. 2 Pemberian pakan Pemberian pakan dilakukan 3 x dalam 1 hari untuk ikan mas, sedangkan ikan nila tidak diberikan pakan secara langsung karena pakan berasal dari sisa pakan ikan mas yang berada pada lapisan atas jaring. Jumlah pakan yang dibutuhkan untuk satu kali panen rata- rata sebanyak 1.245 kg per unit kolam, harga pakan buatan Rp 3.395 per kg. Jenis pakan yang digunakan adalah jenis Pokpond grade B, Turbo, Jatra, Ekstra M, dan Korgill. 3 Pemanenan Panen ikan mas dilakukan 3 - 4 kali dalam 1 tahun dengan rata- rata hasil sebesar 772,5 kg yang berkisar antara 450 – 1.250 kg satu kali panennya, harga 1 kg ikan mas berkisar antara Rp 8.500,00 – Rp 12.800,00 dengan harga rata- rata Rp 9.490,00. Sedangkan ikan nila 2 x panen dalam 1 tahun dengan rata- rata hasil 943,75 kg yang berkisar 500 – 1.800 kg. Harga jual ikan nila berkisar Rp 4.000,00 sampai dengan Rp 8.500,00 . Biasanya 1 x panen ikan mas memerlukan 1 hingga 2 ton pakan dengan prediksi perhitungan panen yang dihasilkan petani sebesar 60 pakan + bobot benih. Proses pemanenan dilakukan dengan cara menggulung jaring menggunakan bambu agar mempersempit ruang gerak ikan, sehingga ikan dengan mudah ditangkap dan dikemas ke dalam plastik atau galon yang disediakan lalu diberi oksigen yang cukup. Ukuran ikan yang dipanen tergantung kesepakatan dengan pembeli dalam hal ini bandar, biasanya ukuran ikan mas yang dipanen untuk 1 kg sebanyak 3 sampai 4 ekor. Selanjutnya proses pendistribusian ikan ke pasar atau konsumen dilakukan oleh bandar.

5.4.3 Analisis Usaha