Rendemen Ekstrak Atactodea striata Inhibitor Topoisomerase I dari Ekstrak Atactodea striata

memerlukan asam amino yang sesuai dengan kebutuhannya. Sebagai contoh, tubuh untuk dapat menstabilkan lemak ya ng terdapat di dalam jaringan membutuhkan metionin yaitu salah satu dari asam amino sulfur. Selain itu, untuk menggantikan sel-sel darah merah dan sel darah putih maka dibutuhkan histidin karena histidin merupakan pabrik dari sel-sel tersebut. Histidin juga diperlukan oleh jaringan tubuh untuk mengeluarkan kelebihan logam berat seperti Fe dari tubuh. Menurut Muchtadi et al. 1993, asam-asam amino hasil pemecahan didalam sistem pencernaan selanjutnya diserap oleh usus dan kemudian dialirkan keseluruh tubuh untuk menggantikan jaringan tubuh yang rusak. Oleh karena itu dibutuhkan asam amino yang sesuai dengan keperluan tubuh. Asam-asam amino dan sejumlah kecil peptida sebagai hasil pemecahan protein, selanjutnya diabsorbsi melalui sel-sel mukosa usus brush border. Mekanisme absorbsi berlangsung secara spesifik untuk tiap asam amino netral, asam atau basa serta peptida. Sehubungan dengan proses metabolisme asam amino didalam tubuh maka masing-masing asam amino mempunyai jalur metabolik secara spesifik. Misalnya glisin yang merupakan asam amino non esensial, netral dan hidrofilik yang dapat mengalami reaksi deaminasi oksidatif oleh glisin oksidase, yaitu enzim yang terdapat dalam jaringan hati dan ginjal. Dalam reaksi ini glisin akan diubah menjadi asam glioksilat dan amonia. Asam glioksilat selanjutnya diuraikan menjadi formaldehida dan karbondioksida. Glisin dapat diubah juga menjadi serin dengan adanya 5-formiltetrahidrofolat dimana gugus formil sebagai donornya. Glisin dapat berfungsi sebagai penawar racun, misalnya makanan yang dikonsumsi mengandung asam benzoat atau derivatnya maka glisin akan bergabung dengan zat-zat tersebut sehingga terbentuk asam hipurat yang tidak beracun Poedjiadi dan Supriyanti 2006.

4.3 Rendemen Ekstrak Atactodea striata

Ekstraksi bertingkat yang dilakukan terhadap kerang mas ngur Atactodea striata dengan menggunakan pelarut heksana non polar, etil asetat semi polar, dan metanol polar menghasilkan rendemen yang telah dibersihkan seperti disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Rendemen ekstrak Atactodea striata dengan metode ekstraksi bertingkat Ekstrak Berat awal sampel g Volume pelarut ml Berat rendemen g rendemen ww Heksana 50 100 0,960 1,92 Etil asetat 50 100 0,655 1,31 Metanol 50 100 2,880 5,76 Tabel di atas menunjukkan bahwa rendeman terbesar terdapat pada ekstrak metanol yaitu 5,76 dan rendemen terkecil terdapat pada ekstrak etil asetat yaitu 1,31 . Ketiga ekstrak yang diperoleh tersebut, selanjutnya dilakukan uji inhibitor topoisomerase I dengan konsentrasi ekstrak yang digunakan sebesar 50 µgml .

4.4 Inhibitor Topoisomerase I dari Ekstrak Atactodea striata

Keseluruhan ekstrak yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk menguji aktivitas inhibitor topoisomerase I sebagaimana hasilnya terlihat pada Gambar 10. Ekstrak dikatakan memiliki aktivitas inhibisi topoisomerase I apabila pita dari DNA complex hasil reaksi dicocokkan dengan marker terjadi perubahan bentuk dari DNA supercoil menjadi nick complex. Kontrol 1 menunjukkan adanya aktivitas enzim dimana akan terjadi relaksasi DNA, kontrol 2 menunjukkan bahwa pelarut tidak mempengaruhi mobilitas DNA, kontrol 3 menunjukkan bahwa pelarut tidak mempangaruhi aktivitas enzim, kontrol 4 menunjukkan terjadinya relaksasi marker DNA dan kontrol 5 mendeteksi pembentukan nick complex oleh camptothecin. Gambar 10 Hasil elektroforesis uji inhibitor topoisomerase I dari berbagai ekstrak. Keterangan : 1. Topo I + DNA, 2. Marker DNA Supercoil, 3. Topo I + DNA + Pelarut, 4. Marker DNA LinearOpenCircular, 5. Topo I + DNA + Camptothecin, 6. Ekstrak Heksana, 7. Ekstrak Etil Asetat, 8. Ekstrak Metanol. 1 2 3 4 8 7 6 5 Senyawa yang dapat menstabilkan ikatan enzim dan substrat nicked intermediate dan atau menghambat aktivitas kalatilik topo I dapat di deteksi dengan Drug Screening Kit Topoisomerase I dari TopoGen dengan kontrol positif camptothecin. Camptothecin secara luas telah digunakan sebagai model dalam pencarian senyawa antikanker dari bahan alam. Camptothecin dan turunannya bekerja dengan mengikat dan mestabilkan kompleks kovalen DNA topoisomerase sehingga me nghambat kerja topoiosmerase I Dewick 2001. Senyawa yang bersifat poison akan menstabilkan ikatan enzim dan substrat yang dapat dilihat dengan peningkatan open circular OC DNA di gel, sedangkan pada senyawa yang bersifat menghambat aktivitas katalitik ditunjukkan dengan dihambatnya aktivitas relaksasi. Gambar 10 menunjukkan bahwa seluruh ekstrak yang digunakan memiliki aktivitas inhibitor topoisomerase I dengan mekanisme poison yang ditunjukkan dengan terbentuknya nick complex seperti yang diindikasika n pada kontrol positif camptothecin. Hal ini terlihat dengan adanya band pada ekstrak heksana sumur 6, ekstrak etil asetat sumur 7 dan esktrak metanol sumur 8 yang mempunyai kecocokan dengan pita dari kontrol 2 dan 4 dimana terjadi perubahan bentuk DNA supercoil menjadi nick complex dengan peningkatan Open Circular OC sebagai indikasi dari kerja senyawa yang bersifat poison. Rekapitulasi hasil uji inhibitor topoisomerase I dari ekstrak bersih he ksana, etil asetat, dan metanol disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5 Hasil uji inhibitor topoisomerase I dari ekstrak heksana, etil asetat dan metanol pada konsentrasi 50 µgml Sampel Aktivitas Inhibitor Topoisomerase I Ekstrak Heksana Poison : + Ekstrak Etil asetat Poison : + Ekstrak Metanol Poison : + Pada Tabel 5 terlihat bahwa ekstrak heksana, etil asetat, dan metanol memiliki aktivitas inhibitor topoisomerase I dengan mekanisme inhibisi berbentuk poison. Hal ini menggambarkan bahwa kerja ketiga ekstrak tersebut dalam penghambatan sel kanker adalah dengan menghambat kerja sel-sel kanker dalam proses replikasi walaupun substrat sempat ketemu dan berikatan dengan enzim yang dapat dilihat dengan peningkatan open circular OC DNA di gel. Menurut Nishina et al. 1991, terganggunya replikasi DNA disebabkan karena keberadaan enzim yang memudahkan terjadinya penetrasi komponen antimikroorganisme ke dalam sel. Dengan demikian, struktur membran sangat berhubungan dengan plasma membran yang berpengaruh terhadap membran. Lebih lanjut Corral et al. 1988 menyatakan bahwa komponen bioaktif juga dapat merusak sistem metabolisme di dalam sel dengan cara menghambat sintesis protein dan menghambat kerja enzim intraseluler, dan mekanisme penghambatan demikian disebut sebagai kemampua n menginaktivasi enzim esensial. Mekanisme penghambatan yang terkait dengan DNA dan RNA berkaitan dengan kemampuan komponen aktif menginaktivasi fungsi material genetik. Senyawa tersebut mengganggu pembentukan asam nukleat DNA dan RNA sehingga mengganggu transfer informasi genetik dengan menghambat aktivitas enzim RNA polimerase dan DNA polimerase. Mekanisme selanjutnya menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga mengganggu proses pembelahan sel untuk perkembangbiakan Kim et al. 1995. Adanya aktivitas inhibitor topoisomerase I dari keseluruhan ekstrak memberikan petunjuk bahwa ekstrak-ekstrak tersebut memiliki senyawa kimia spesifik yang diharapkan dapat bekerja sebagai antikanker. Dengan demikian, untuk menemukan jenis senyawa kimia tersebut maka perlu dilakukan karakterisasi dan identifikasi terhadap ekstrak tersebut. Walapun penelitian ini tidak dispesifikasikan terhadap jenis kanker, berdasarkan pengalaman empiris kerang mas ngur Atactodea striata telah digunakan secara tradisional sebagai obat penyakit hati. Apabila penyakit hati ini berlangsung dalam jangka waktu yang lama maka dapat menyebabkan sirosis hati, yang menjadi salah satu pemicu kanker hati primer hepatoma Wijayakusuma 2004. Selanjutnya Mansjoer 2002 menyatakan bahwa sirosis hati merupakan penyakit dengan peradangan difusi dan menahun pada hati yang diikuti dengan proliferasi jaringan ikat, degenerasi, dan regenerasi sel-sel hati sehingga timbul kekacauan dalam susunan parenkim hati. Berasarkan hasil penelitian dan analisis diduga senyawa bioaktif kerang mas ngur Atactodea striata mempunyai kemampuan sebagai antikanker dengan aktivitas sebagai inhibisi pada kanker hati.

4.5 Konsentrasi Minimum Penghambatan MIC Topoisomerase I