Tujuan dan Manfaat Penelitian Kandungan Senyawa Bioaktif Kerang Laut

untuk penemuan obat kanker. Topoisomerase terdiri dari 2 tipe yaitu topoisomerase I yang berperan dalam relaksasi supercoiled DNA dan memutus single stranded DNA; dan topoisomerase II yang berperan dalam relaksasi pada pemutusan double stranded DNA TopoGen 2006. Mengingat inhibitor topoisomerase sebagai salah satu target molekul antikanker terutama dalam pencarian obat kanker maka penelitian ini diharapkan dapat menemukan obat antikanker yang dapat disediakan dalam bentuk “nutraceutical” karena kerang memiliki nilai gizi tinggi. Adapun road map penelitian kerang mas ngur Atactodea striata dapat dilihat pada Gambar 1. 1.2 Perumusan Masalah Salah satu obat tradisional yang telah lama dikenal oleh masyarakat di Kei Maluku Tenggara sebagai obat penyakit kuning adalah kerang mas ngur Atactodea striata. Namun komposisi kimia dan aktivitas biologis bahan yang dikandung kerang ini belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian komposisi kimia dan aktivitas inhibitor topoisomerase I dari kerang mas ngur Atactodea striata.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi kerang mas ngur Atactodea striata dan menemukan senyawa kimia yang memiliki aktivitas inhibitor topoisomerase I. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada bidang perikanan khususnya eksploitasi sumber daya laut non ikan sebagai produk nutraceutical. 1.4 Hipotesis Kerang mas ngur Atactodea striata memiliki kandungan gizi yang baik dan senyawa kimia yang diekstraksi memiliki aktivitas sebagai inhibitor topoisomerase I. Gambar 1. Road map penelitian komposisi kimia dan aktivitas inhibitor topoisomerase I dari Atactodea striata Mas ngur Atactodea striata Waranmaselembun 2007 Komposis Kimia dan Aktivitas Inhibitor Topoisomarase I Kepah Atactodea striata Makkasau 2001 Asam Lemak Utama Atactodea striata Tude Bombang Atactodea striata Fery 2003 Aktivitas Antibakteri Atactodea striata Yang et al. 2003 Glutathione S-transferase GST Analisa Komposisi Kimia : - Air - Lemak - Abu - Serat Kasar - Protein - Karbohidrat Ekstraksi Heksana E. Asetat Metanol Analisa asam amino Uji inhibitor topo I Ekstrak kasar Karakterisasi : - Uji Ninhidrin - Uji Molish - Uji Lieberman Burchard - Uji Bradford Ekstrak aktif Isolasi senyawa ekstrak aktif Uji senyawa kimia : - Alkaloid - Steroid - Terpenoid - Saponin Dibersihkan 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Kerang Mas Ngur Atactodea striata

Menurut Deker dan Orlin 2000, klasifikasi kerang mas ngur Atactodea striata sebagai berikut : Kingdom : Animal Filum : Molusca Klas : Bivalvia bivalves and clams Subklas : Heterodonta Ordo : Veneroida Sub Famili : Mactroidea Famili : Mesodesmatidae Genus : Atactodea Spesies : Atactodea striata Gmelin 1791 Bivalvia umumnya berbentuk simetris bilateral dan pipih lateral. Cangkang terdiri atas 2 katup, satu pada tiap sisinya. Kedua katup tersebut dihubungkan oleh ligamen di bagian dorsal, terkunci satu sama lainnya dengan gigi engsel dan ditutup oleh otot eduktor. Tubuhnya diselubungi oleh dua cuping mantel yang berbentuk cangkang. Bagian kepala tidak jelas, tidak mempunyai mata atau sungut Matsuura et al. 2000. Menurut Sunarto 2001, ada 6 jenis kerang yang biasa dijumpai di pasir pantai pulau-pulau karang di Indonesia, yaitu Latona faba Gmelin, 1791, Gafrarium tumidum Roding, 1798, Asaphis violascens Forskal, 1775, Atactodea glabrata Gmelin, Atactodea striata Gmelin dan Davila plana Hanley. Dari ke enam jenis kerang tersebut di atas, tiga jenis yang disebutkan terakhir adalah jenis kerang yang biasa disebut dengan nama remis dan termasuk dalam Suku Mesodesmatidae Moluska: Pelecypoda. Atactodea striata merupakan salah satu jenis kerang-kerangan yang termasuk dalam kelompok moluska. Kerang ini banyak dijumpai di daerah pasang surut dengan bentuk adaptasi yang tinggi. Pertumbuhannya dipengaruhi oleh keadaan sekeliling seperti temperatur, makanan, kondisi perairan dan kedalaman membenamkan diri. Kerang memiliki pelindung tubuh yang lunak berupa cangkang yang mengandung zat kapur. Tubuh biasanya tersimpan dalam cangkang sehingga tidak tampak dari luar. Dalam keadaan aman, tubuhnya dijulurkan keluar dan bagian tubuh yang pertama kali tampak adalah kakinya yang digunakan untuk berjalan merayap atau berenang. Kerang ini disebut juga bivalis karena kedua cangkangnya menyatu. Cangkangnya tipis, keras, berwarna putih kekuning-kuningan dengan ukuran antara 1 sampai 3,5 cm Moka 1982. Menurut Moka 1982, kerang laut Atactodea striata memiliki nama daerah sebagai berikut : kepah Indonesia, tude bombang Makasar, kasii Bima, seasea Mandar, baje bombang Bugis. Sedangkan di daerah Kei Maluku Tenggara dikenal dengan nama mas ngur.

2.1.1 Bentuk Cangkang

Bentuk cangkang kerang biasanya erat hubungannya dengan tempat hidupsubstrat di mana kerang tersebut hidup. Pada umumnya cangkang yang berbentuk segitiga dan bagian depan anterior lancip akan lebih mudah menembus atau membenamkan diri ke dalam substrat Sunarto 2001. Ketiga jenis remis Atactodea glabrata, Atactodea striata dan Davila plana yang hidup di pasir pantai pulau-pulau karang mempunyai bentuk cangkang yang agak berlainan satu sama lain. Davila plana mempunyai bentuk cangkang bulat telur dengan seluruh tepinya bulat, sedangkan bagian depan anterior lebih pendek dari pada bagian belakangnya posterior. Permukaan luar cangkang kerang Davila plana licin dan berwarna coklat muda. Kerang ini memiliki panjang cangkang 24 mm. Cangkang kerang Atactodea striata berbentuk segitiga, mempunyai garis-garis konsentris yang nyata pada permukaan cangkang bagian luarnya mulai dari tepi cangkang sampai pada bagian dekat engsel dan berwarna putih. Kerang ini dapat mencapai panjang 28 mm. Atactodea glabrata mempunyai cangkang berbentuk segitiga dan agak lebih tebal jika dibandingkan dengan cangkang Atactodea striata. Garis-garis konsentris kurang nyata pada cangkang kerang ini dan pada bagian dekat engsel licin. Kadang kadang pada bagian bibir cangkang berwarna hijau karena ditumbuhi oleh lumut. Kerang ini dapat mencapai panjang 28 mm Gambar 2 dan 3 Sunarto 2001. Gambar 2 Jenis-jenis remis Sunarto 2001

2.1.2 Habitat

Habitat remis adalah pasir putih yang terdapat di pantai sekeliling pulau- pulau karang. Biasanya pantai pulau-pulau karang mempunyai lebar antara 2 dan 8 meter dan mempunyai kemiringan antara 5° dan 10°. Pantai berpasir ini pada umumnya terendam air pada waktu pasang dan terkena sinar matahari pada waktu air surut di siang hari. Pada waktu panas matahari terik dan air surut, suhu pasir di pantai pulau-pulau karang ini cukup tinggi, dapat mencapai 35°C. Inilah suatu keistimewaan remis, mereka hidup dan berkembang biak dengan baik pada habitat yang bersuhu cukup tinggi dan kekeringan selama air surut Sunarto 2001. 2.1.3 Penyebaran Menurut Sunarto 2001, remis di pasir pantai pulau-pulau karang dapat dibagi menjadi tiga penyebaran, yaitu penyebaran horizontal penyebaran Gambar 3 Bagian-bagian dari Atactodea striata Matsuura et al. 2000 memanjang pantai, penyebaran lateral penyebaran melintang pantai dan penyebaran vertikal penyebaran kedalaman. 1 Penyebaran memanjang pantai Penyebaran horizontal Penyebaran memanjang pantai ialah penyebaran yang dilihat dari potongan memanjang suatu garis pantai sepanjang pantai yang mengelilingi suatu pulau. Dari penyebaran ini terlihat bahwa remis menyebar tidak merata sepanjang pantai. Ada daerah yang padat populasinya dan ada daerah yang rendah populasinya. Ini mungkin erat kaitannya dengan banyak atau sedikitnya makanan di sepanjang pantai tersebut. 2 Penyebaran melintang pantai Penyebaran lateral Penyebaran melintang ialah penyebaran dari batas air pada waktu surut sampai dengan pasir yang berbatasan dengan semak. Dilihat dari susunan pasir dan besarnya butiran pasir, pantai pulau karang dapat dibagi menjadi 3 zona, yaitu zona I adalah daerah berpasir kasar yang susunan pasirnya tidak padat dan berbatasan dengan air laut pada waktu air surut; zona II adalah daerah di atas zona I, berpasir relatif lebih halus dan susunan pasirnya lebih padat dari pada zona I; dan zona III adalah daerah di atas zona II sampai dengan berbatasan dengan semak, berpasir halus dan susunan pasirnya padat sehingga agak keras untuk ditembus Gambar 4. Masing-masing jenis kerang menempati zona yang sesuai dengan bentuk cangkangnya. Davila plana yang mempunyai bentuk anterior lebih pendek menempati zona I, Atactodea glabrata menempati zona II dan ada juga yang menempati zona I terutama yang masih kecil-kecil. Hal ini mungkin disebabkan karena kemampuan mereka untuk menembus substrat masih kurang kuat sehingga memilih hidup di zona I. Atactodea striata yang cangkang lebih tipis dan mempunyai garis-garis konsentris lebih dalam menempati zona III. 3 Penyebaran kedalaman Penyebaran vertikal. Penyebaran kedalaman ialah penyebaran sampai sedalam mana kerang tersebut dapat membenamkan diri. Penyebaran kedalaman dari ke tiga jenis remis kelihatannya ditentukan oleh padat dan tidaknya susunan pasir di suatu pantai. Davila plana yang menghuni Zona I pasir kasar dan susunan pasirnya tidak padat dapat membenamkan diri paling dalam, yaitu sekitar 3-10 cm. Atactodea glabrata dan Atactodea striata yang menghuni zona yang susunan pasirnya padat rata-rata dapat membenamkan diri antara 0-4 cm.

2.1.4 Cara Membenamkan Diri ke Dalam Pasir

Remis membenamkan diri ke dalam pasir dengan menggunakan otot kaki. Bila remis tersebut diambil dari dalam pasir dan diletakkan di atas pasir, maka tidak lama kemudian remis tersebut akan berusaha untuk masuk kembali membenamkan diri ke dalam pasir. Mula-mula kakinya dikeluarkan dari dalam cangkang, lalu kaki tersebut berusaha untuk menggapai pasir yang ada di bawahnya. Setelah kaki tersebut masuk ke dalam pasir, dengan membengkokkan dan mengerutkan ujung kakinya yang berada di dalam pasir, kerang tersebut berusaha untuk tegak. Setelah tegak, kakinya dimasukkan lagi lebih dalam ke dalam pasir dan mengulang gerakan-gerakan seperti yang disebutkan di atas sehingga seluruh cangkangnya masuk ke dalam pasir. Untuk mempermudah pekerjaan tersebut, remis biasanya menunggu air laut pasang karena pada waktu air pasang kepadatan pasir relatif lebih gembur. Karena cangkangnya yang pipih dan bentuknya segi-tiga, kerang dari Suku Mesodesmatidae ini dapat membenamkan diri lebih cepat dibandingkan dengan kerang dari suku yang lain Sunarto 2001.

2.2 Kandungan Senyawa Bioaktif Kerang Laut

Invertebrata laut yang mempunyai struktur pergerakan fisik lebih terbatas dibanding dengan vertebrata laut, mampu mengembangkan sistem pertahanan diri dengan memproduksi senyawa kimia chemical defense. Lingkungan laut sangat mempengaruhi keaktifan dari metabolit sekunder yang dihasilkan oleh biotanya. Gambar 4 Penampang melintang pantai pasir pulau karang tempat hidup remis Sunarto 2001 Davila plana Atactodea glabrata Atactodea striata Hubungan ekologi dengan keaktifan senyawa yang dihasilkannya dapat dibuktikan dengan melihat kecenderungan bahwa sumber terbesar substansi bioaktif berasal dari organisme laut di daerah tropik, khususnya daerah Indo Pasifik Paul 1992. Invertebrata laut merupakan produsen senyawa bioaktif terbesar diantara biota lainnya. Biota yang kaya dengan senyawa bioaktif adalah spons, cnidarians, bryozoa, tunicates dan algae Ireland et al. 1988. Beberapa metabolit sekunder yang diproduksi oleh invertebrata laut dan mikroorganisme simbion, mempunyai prospek sebagai zat aktif untuk obat berbagai penyakit seperti infeksi, neurologi parkinsons, alzheimer’s, penyakit jantung, immunologi, anti-inflammatory, antivirus dan antikanker Murniasih 2005. Moluska laut merupakan sumber potensial dari senyawa-senyawa yang berperan untuk pengembangan agen-agen antimikroba baru Benckendorff 2001 misalnya kahalalide F diisolasi dari moluska jenis Elysia rubefescens yang memiliki aktivitas sebagai antikanker usus dan prostat Hamman et al. 1996. Facompre et al. 2003 melaporkan telah mengidentifikasi dan mengkarakterisasi potensi inhibitor topoisomerase I yang baru yang diberi nama lamellarin D Gambar 5. Lamellarin D LAM-D diisolasi dari moluska laut subklas Prosobranchia yaitu Lamellaria sp dan merupakan senyawa alkaloid. Alkaloid ini diketahui memiliki aktivitas terhadap sel lestari tumor yang resisten terhadap berbagai obat dan sitotoksik yang sangat tinggi terhadap sel kanker prostat. Gambar 5 Struktur lamellarin D Facompre et al. 2003. Yang et al. 2003 telah menemukan glutathione S-transferase GST isoenzim baru dari cytosol hepatopankreas Atactodea striata dengan berat molekul dari enzim yang dideterminasi dengan SDS-PAGE electrophoresis adalah sebesar 24 kDa dan dengan kromatografi gel sebesar 48 kDa. Enzim yang dipurifikasi memperlihatkan aktivitas yang tinggi terhadap 1-chloro-2,4- dinitrobenzene CDNB dan 7-chloro-4-nitrobenzo-2-oxa-1,3-diazole NBD-CL. Fungsi penting GST adalah sebagai pelindung dalam mereduksi racun dari bahan organik hidroperoksida Edwards et al. 2000. Makkasau 2001, beberapa penelitian telah berhasil mengisolasi peptida bioaktif dari kerang Elysia rufescens yaitu kahalalida A, B, C, D, E, F, dan G. Beberapa dari kahalalida tersebut memiliki aktivitas biologi seperti, kahalalida A menunjukkan aktivitas dalam melawan virus herpes simpleks II HSV II, kahalalida E menunjukkan aktivitas melawan HSV II pada konsentrasi 5 µ gml, kahalalida F menunjukkan aktivitas terhadap AIDS. Makkasau 2001 melaporkan bahwa kerang Atactodea striata mengandung senyawa steroid kelompok sterol yaitu β -Sitosterol. Selanjutnya hasil uji identifikasi kimia ekstrak metanol dan kloroform dari Atactodea striata positif mengandung alkaloid, saponin, steroid, dan terpenoid. Sedangka n ekstrak etil asetat positif mengandung alkaloid dan saponin, serta ekstrak n-heksana positif mengandung alkaloid dan steroid Feri 2003.

2.3 Komponen Bioaktif Makanan dan Pengaruhnya Terhadap Kesehatan