1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar dengan keanekaragaman organisme laut yang tinggi merupakan penopang pengetahuan tradisional akan
berbagai obat-obatan yang dimanfaatkan turun-temurun. Hal ini menunjukkan bahwa potensi alam laut Indonesia mempunyai peluang besar untuk berbagai
penelitian dalam penemuan obat baru. Bhakuni dan Rawat 2005 melaporkan bahwa sampai saat ini ± 16.000 produk alam laut telah di isolasi dari organisme
laut yang dilaporkan dalam ± 6.800 penerbitan. Beberapa senyawa yang di isolasi dari sumberdaya laut memperlihatkan aktivitas biologi yang kuat. Dengan
demikian laut dianggap sebagai sumber bahan obat yang potensial. Maluku Tenggara memiliki luas wilayah 103.474 km
2
, dengan luas laut 93.100 km
2
89,97 yang terdiri 123 pulau, mempunyai potensi sumberdaya laut dan keanaekaragaman hayati yang tinggi sebagaimana ciri dari ekosistem
daerah tropis. Berdasarkan data statistik Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Maluku Tenggara 2004 jumlah produksi perikanan pada tahun 2003 sebesar
94.599,3 ton, terdiri dari komoditas perikanan tuna, pelagis besar, pelagis kecil, demersal dan komoditas perikanan lainnya. Keanekaragaman hayati perairan
pesisir pada tingkat spesies terdiri atas filum moluska : 160 spesies kelas gastropoda, kelas bivalvia 41 spesies, kelas holothuridae 8 spesies, kelas
echinoidea 3 spesies, 9 spesies ekinodermata, 14 spesies alga, 256 spesies ikan karang, 69 spesies terumbu karang.
Keanekaragaman hayati yang kaya tersebut merupakan karunia Tuhan yang harus dikelola secara arif sehingga memberikan nilai manfaat bagi manusia. Salah
satu bentuk pemanfaatan sumberdaya hayati tersebut adalah penggunaan kerang Atactodea striata sebagai obat. Kerang ini sudah sejak dahulu kala digunakan oleh
masyarakat Kei Maluku Tenggara sebagai obat penyakit kuning dan telah terbukti kemanjurannya. Masyarakat Kei Maluku Tenggara biasa menyebut kerang ini
dengan nama mas ngur kerang mas karena warnanya putih dengan garis kekuning-kuningan.
Oleh karena kerang ini digunakan sebagai obat penyakit kuning maka diduga memiliki senyawa bioaktif metabolit primer dan sekunder. Metabolisme
merupakan proses sintesis substansi kimia dan degradasi oleh organisme dengan sistem enzimatik. Jalur-jalur biosintetik biosynthetic pathways digunakan oleh
semua makhluk hidup dalam memproduksi metabolit yang esensial untuk kelangsungan hidup dan pertahanan dirinya. Metabolit primer digunakan untuk
pertumbuhan dan kelangsungan hidup seperti lemak, DNA, protein dan karbohidrat. Sedangkan metabolit sekunder diproduksi oleh organisme sebagai
respon terhadap lingkungannya Murniasih 2005. Kerang mas ngur Atactodea striata diduga memiliki metabolit sekunder karena secara tradisional telah
terbukti kemanjurannya, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai substansi aktif dalam bidang obat-obatan.
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui senyawa bioaktif dari kerang mas ngur Atactodea striata. Makkasau 2001 menemukan lima
jenis asam lemak yang terdapat pada kerang Atactodea striata yaitu asam 9- oktadekenoat asam oleat; asam 9-oktadekenoat-12 asetil oksi, metil ester; asam
heksadekanoat asam palmitat; asam 11-oktadekenoat, metil ester metil-11- oktadekenoat; dan asam oktadekanoat asam stearat. Selaian itu, Feri 2003
melaporkan bahwa ekstrak metanol, kloroform, diklorometana dan etil asetat Atactodea striata mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus. Ekstrak diklorometana dan n-heksana mampu menghambat pertumbuhan bakteri Diplococcus pneumonia, fraksi A, B, C, D, F, G, H ekstrak diklorometana
mampu menghambat bakteri S. aureus, fraksi B, D, F, G ekstrak diklorometana mempunyai kandungan kimia terpenoid. Selanjutnya, Yang et al. 2003
menemukan glutathione S-transferase GST isoenzim baru dari cytosol hepatopankreas Atactodea striata dengan berat molekul 24 kDa - 48 kDa. Enzim
yang dipurifikasi, memperlihatkan aktivitas yang tinggi terhadap 1-chloro-2,4- dinitrobenzene CDNB, 7-chloro-4-nitrobenzo-2-oxa-1,3-diazole NBD-CL.
Berdasarkan pengalaman empiris dan hasil dari beberapa penelitian tersebut diatas maka diduga kerang mas ngur Atactodea striata memiliki aktivitas
sebagai antikanker dan untuk membuktikannya maka dilakukan uji inhibitor topoisomerase. Inhibitor topoisomerase merupakan salah satu target molekul
untuk penemuan obat kanker. Topoisomerase terdiri dari 2 tipe yaitu topoisomerase I yang berperan dalam relaksasi supercoiled DNA dan memutus
single stranded DNA; dan topoisomerase II yang berperan dalam relaksasi pada pemutusan double stranded DNA TopoGen 2006.
Mengingat inhibitor topoisomerase sebagai salah satu target molekul antikanker terutama dalam pencarian obat kanker maka penelitian ini diharapkan
dapat menemukan obat antikanker yang dapat disediakan dalam bentuk “nutraceutical” karena kerang memiliki nilai gizi tinggi. Adapun road map
penelitian kerang mas ngur Atactodea striata dapat dilihat pada Gambar 1. 1.2 Perumusan Masalah
Salah satu obat tradisional yang telah lama dikenal oleh masyarakat di Kei Maluku Tenggara sebagai obat penyakit kuning adalah kerang mas ngur
Atactodea striata. Namun komposisi kimia dan aktivitas biologis bahan yang dikandung kerang ini belum diketahui, sehingga perlu dilakukan penelitian
komposisi kimia dan aktivitas inhibitor topoisomerase I dari kerang mas ngur Atactodea striata.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian