Pergaulan Haji Agus Salim dengan dunia internasional

digagas tidak akan melahirkan imperialisme. Soekarno dengan nada menantang mengatakan kalau nasionalisme tersebut dianggap menyembah berhala, maka yang sebenarnya nasionalisme Indoensia bukan serendah itu melainkan lebih luhur lagi Fadjar Asia, 18 dan 20 Agustus 1928. Gambaran di atas, memperlihatkan bahwa Haji Agus Salim menjalin suatu pergaulan lintas “ideologi” dalam kalangan kaum pergerakan nasional. Kalau disimak perdebatan dalam tulisan mereka, terlihat kedua tokoh itu saling memperhatikan kode etik dan kelugasan yang santun, walau secara sudut pandang masing-masing berbeda. Bahkan ketika Soekarno membalas menyerang tulisan Haji Agus Salim, tulisan itu dimuat dalam harian Fadjar Asia yang notabene koran ini “milik” Haji Agus Salim, walaupun isi tulisan tersebut sangat memojokan. Demikianlah kentara sekali bahwa mereka sangat mengutamakan etika jurnalisme.

6. Pergaulan Haji Agus Salim dengan dunia internasional

Pergaulan Haji Agus Salim di dunia pergerakan, bukan hanya dalam skala nasional saja namun kiprah Haji Agus Salim sudah merambah jauh ikut serta dalam upaya pemecahan masalah internasional. Pada tahun 1924 terjadi peralihan kekuasaan di Turki, Musthafa Kamal Attaturk pimpinan kaum nasionalis Turki kemudian memegang penuh pemerintahan. Pemerintah baru itu melakukan penghapusan sistem pemerintahan berdasarkan Islam yakni menghapus sistem ke- khalifah-an. Kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra umat Islam sedunia serta menimbulkan kegoncangan di Turki sendiri Tanzil, 1984:423. Raja Sa’ud dari Saudi Arabia berkeinginan menegaskan kembali sistem ke- khalifah-an, maka untuk membicarakan masalah ini, Raja Sa’ud mengambil inisiatif untuk menyelenggarakan suatu konggres Islam sedunia di Mekah tahun 1926. Wakil yang hadir dari Indonesia adalah HOS Tjokroaminoto pemimpin PSI dan K.H. Mas Mansoer pemimpin Muhammadiyah Mukayat,1985:38. Haji Agus Salim sendiri tahun ini memimpin Muktamar Alam al Islamy Far’ul Hindis Syarqiyah, disingkat MAHIS Konggres Islam Sedunia, Cabang Hindia Timur sebagai cabang dari Muktamar al-Islamy Konggres Islam di Mekah. Pada tahun 1927 Muktamar al-Islamy diadakan kembali, sayang Haji Agus Salim datang terlambat sebagai utusan Indonesia, namun Haji Agus Salim tetap mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh Islam yang masih berada di Mekah Mukayat,1985:39. Menurut Suradi 1997:56 bahwa hasil dari pertemuan mereka itu berdirilah suatu organisasi bernama Al Autsar al Haramain, perkumpulan untuk melindungi dua kota suci yaitu Makkah dan Madinah. Dua tahun setelah pulang dari Makkah itu, atas permintaan Nederlands Verbond van Vakvereniingen Perhimpunan Perkumpulan Sarekat Sekerja BelandaNVV, Haji Agus Salim menjadi penasehat delegasi Belanda dalam konferensi buruh di Geneva tahun 1929 dan 1930. Setelah berpidato di depan forum internasional itu, Haji Agus Salim mendapat sambutan yang hangat karena kecemerlangan dalam membuka wawasan dunia tentang perjuangan Indonesia Kompas, 21 Agustus 2004:54. Nama Haji Agus Salim di forum internasional baik forum negara Timur dan Barat atau forum Islam maupun non Islam telah mencuat sejak dasawarsa 30-an. Berdasarkan berbagai pengalaman bergaul di dunia internasional itu mungkin yang menyebabkab Haji Agus Salim tercatat lima kali menjabat menteri luar negeri. Diawali sebagai menteri luar negeri dalam kabinet Syahrir II pada tahun 1946, dan dalam kabinet Syahrir III pada tahun 1947, kemudian sebagai menteri luar negeri dalam kabinet Amir Syarifudin tahun 1947 dan sebagai menteri luar negeri pada kabinet Hatta I dan II di tahun 1948 dan 1949 Tanzil, 1984:21. Perjuangan Haji Agus Salim yang sangat menonjol untuk mengusahakan kepercayaan dari mata internasional bagi Indonesia adalah dalam tahun 1947. Di dalam tahun itu Haji Agus Salim ditunjuk sebagai Wakil Ketua Delegasi Republik Indonesia di Inter-Asian Relations Confrence Konfrensi persahabatan antar Negara Asia yang diselenggarakan di India Mochtar, 1984:90. Sepulang dari India tersebut Haji Agus Salim memimpin misi persahabatan ke negara-negara Islam sampai tahun 1948. Hasil dari misi ini negara-negara seperti Mesir, Syiria, Lebanon, Saudi Arabia, Yaman, Afghanistan mengakui secara de jure Republik Indonesia, sedang India dan Pakistan hanya mengakui de facto saja. Perlu juga disampaikan bahwa Haji Agus Salim tercatat beberapa kali menjadi penasehat delegasi berbagai perundingan dengan Belanda Mukayat,1985:66. Itulah hasil pergaulan Haji Agus Salim dengan dunia internasional yang diakui atau tidak bahwa Haji Agus Salim merupakan diplomat ulung.

BAB III PANDANGAN-PANDANGAN ISLAMIS HAJI AGUS SALIM

Pandangan objektif seseorang mengenai religiusitas keagamaan relatif beragam, tergantung siapa yang memandang dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Ibnu Djarir 2005:6 mengutip pandangan dari R. Stark dan C.Y. Clock mengenai dunia keagamaan bahwa religiusitas meliputi lima dimensi yaitu keyakinan agama, ibadat, pengetahuan agama, pengalaman agama dan konsekuensinya. Adapun menurut Mahmud Syaltut dalam Djarir, 2005:6 ajaran Islam dalam religiusitas terdiri atas tiga bagian yaitu : akidah kepercayaan atau keimanan, syariah hukum-hukum agama yang meliputi ibadah, ritual dan ibadah sosial dan Ihsanakhlak budi pekerti. Gagasan atau pemikiran mengenai Islam dari seseorang harus meliputi semua dimensi ajaran Islam itu sendiri. Gagasan-gagasan Haji Agus Salim yang berkaitan dengan Islam berdasar sumber yang ada, bisa dikategorikan menjadi tiga bagian besar sesuai dengan klasifikasi Mahmud Syaltut di atas, yakni gagasan tentang konsep tauhid ketuhanan, takdir ketentuan Tuhan dan tawakkal berserah diri dapat dimasukkan dalam dimensi aqidah keyakinan. Kedua, pemikiran yang mengandung pemikiran dalam bidang ritual dan sosial bisa dikategorikan pada dimensi syariah hukum-hukum termaktub. Ketiga, tindakan atau gagasan tentang keutamaan-keutamaan dalam Islam yang berupa nilai yang teraplikasi bisa golongkan dalam dimensi Ihsan budi pekerti Hasim, 1987:1- 164. 81