Dimensi Kebudayaan Islam dalam Pandangan Haji Agus Salim

Salim lebih lanjut menyatakan bahwa penegasan Al-Quran supaya manusia mengambil pelajaran dari setiap keadaan, tertuang dengan sering muncul kalimat in kuntum ta’lamun jika saja kalian tahu dan kalimat lain yang sejenis Salim, 1923:5–7. Ada suatu hal menarik bahwa berdasarkan pernyataan Mohammad Roem dalam Tanzil, 1984:178 bahwa Haji Agus Salim adalah seorang pionir dalam penulisan khutbah Jum’at di media cetak dengan menggunakan bahasa IndonesiaMelayu, yang ketika itu khutbah di masjid-masjid cenderung masih dalam bahasa Arab saja. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa Haji Agus Salim menginginkan pemahaman Islam oleh masyarakat Indonesia secara luas dengan segera. Melalui khutbah Jum’at inilah salah satu sarana efektif untuk mendidik dan memberi pengertian Islam bagi masyarakat.

5. Dimensi Kebudayaan Islam dalam Pandangan Haji Agus Salim

Konsep kebudayaan dan agama Islam antara lain dipaparkan Haji Agus Salim dalam suatu artikel di majalah Kebudayaan tahun 1953. Walaupun tidak terlalu teoritis, namun banyak mengandung makna yang tersirat serta pesan-pesan yang ingin disampaikan. Nilai plus dari isi tulisan Haji Agus Salim ini adalah cukup banyak ditampilkan referensi historis, pemikiran filsafat, penafsiran konsep-konsep Islam dan lain lain. Haji Agus Salim dalam Mardanas, 1972:16 lebih sepakat mengartikan kebudayan sebagai budi dan daya manusia. Jadi kebudayaan mengandung makna himpunan segala usaha dan daya upaya yang dikerjakan dengan hasil pendapat akalbudi, untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan. Kandungan makna budi yang menurut Haji Agus Salim termasuk dalam dimensi rohaniah manusia, sangat banyak di bahas dan disentuh oleh ajaran Islam. Terutama ketika pertama kali orang memasuki Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat berarti pada saat itu pula manusia telah mendayagunakan akalbudi dengan bersungguh-sungguh yakin dan tunduk kepada ajaran Islam. Akal manusia yang telah tunduk tersebut dituntun oleh Islam pada posisi batin yang tinggi, untuk melahirkan aplikasi ajaran Islam dalam kehidupan nyata. Cerminan dari aplikasi tersebut antara lain tertuang dalam akhlak sikaptingkah laku. Tipologi akhlak dalam Islam terbagi menjadi dua bagian besar yakni akhlak kepada Allah SWT, dan akhlak pada makhluk-Nya manusia, hewan, tumbuhan dan alam sekitar Salim dalam Bardanas, 1972:17. Haji Agus Salim dalam Mardanas, 1972:18 lebih lanjut menuturkan bahwa apapun daya yang dilakukan jangan sampai bertentangan dengan aturan Allah SWT, maka di sinlah nilai kepatuhan terhadap ketentuan Allah SWT diposisikan sebagai parameter budi daya manusia, karana makna Islam sendiri adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT, serta tunduk dan patuh terhadap keputusan-Nya. Haji Agus Salim dalam Mardanas, 1972:23 lebih lanjut menyatakan bahwa ajaran Islam selalu menyuruh jiwa manusia yang mengandung akal dan pikiran untuk menyikapi keadaan alam melalui pengamatan dan pemanfaatan untuk mencari keridhaan-Nya. Supaya manusia dapat benar-benar memposisikan diri sebagai pemimpin kholifah di muka bumi. Ini mengandung makna bahwa manusia terutama umat Islam sebagai pemelihara alam mempunyai posisi tertinggi dari makhluk-mahluk lain di dunia. Terbukti pada jaman para sahabat Nabi Muhammad SAW agama telah sukses dijalankan secara sempurna sehingga mencapai kejayaan Islam di atas peradaban lain di sekitar abad pertengahan Masehi. Beberapa pokok ajaran Islam lain yang sangat bernilai tinggi bagi kebudayaan manusia kapanpun dan dimanapun adalah nilai kesucian jasmani yang menjadi hal mendasar bagi dunia kesehatan. Haji Agus Salim menegaskan bahwa dalam Islam terdapat ajaran untuk mensucikan badan yang menjadi syarat utama bila hendak sholat. Badan, pakaian dan tempat beribadah senantiasa harus terbebas dari otoran najis. Nabi Muhammad SAW telah mengajarkan umat Islam untuk selalu membersihkan wajah, tangan, rambut, telinga, kaki, gigi dan bagian tubuh lain dengan air, kemudian penganjuran untuk memotong gigi dan rambut pada saat bangsa lain masih asing dengan semua tindakan tersebut Salim dalam Bardanas, 1972:27 Ada kenyataan sejarah yang unik ketika kebudayaan Islam Timur berkembang disamping bangsa Barat Eropa, yaitu bahwa sampai abad ke-18 kaum bangsawan hingga rakyat jelata di dunia Barat belum mengenal pembersihan badan dengan menggunakan air. Pakaian yang bagus dan rambut palsu menutup rupa dan rambut yang kotor. Parfum dari dunia Timur digunakan untuk menutup bau badan. Menggosok gigipun baru disadari penting setelah ahli kesehatan Barat mempelajari ilmu kesehatan gigi dari peradaban Islam. Kenyataan ini yang ditegaskan Haji Agus Salim bahwa ajaran Islam terbukti bernilai lebih tinggi dari kebudayaan Barat pada masa itu, bahkan pada aturan lain yang sejalan dengan aspek kesehatan seperti khitan dan puasa Salim dalam Bardanas, 1972:28.

BAB IV SEKILAS JEJAK TRANSFORMASI PEMIKIRAN ISLAMIS HAJI AGUS

SALIM A. Bentuk Karya Haji Agus Salim Haji Agus Salim merupakan tokoh yang cukup produktif membuat berbagai tulisan berupa artikel, risalah, salinan ceramah yang dimuat dalam surat kabar atau majalah, serta yang berupa buku. Dilihat dari jaman itu, karya-karya tersebut merupakan jasa dan sumbangan yang cukup berharga terutama bagi umat Islam Indonesia. Sebagian kalangan menilai bahwa Haji Agus Salim mempunyai karakteristik tersendiri dalam hal karang-mengarang ini. Antara lain sebagaimana yang diutarakan Bung Hatta dalam sebuah kesempatan di tahun 1959 Suhatno, 1995:80 bahwa walaupun isi karangan-karangan Haji Agus Salim tidak sistematis, namun bahasa yang digunakan mempunyai daya yang hidup. Penulis pun punya pandangan bahwa karya-karya Haji Agus Salim terasa masih segar walaupun ditulis dalam waktu yang terlewat cukup lama. Haji Agus Salim menulis dengan bahasa yang mudah dipahami, memandang jauh ke depan walaupun terkesan meloncat-loncat, hal ini dilakukan mungkin karena ingin selalu menyibak aspek yang jarang tersentuh oleh kebanyakan orang. Haji Agus Salim seolah ingin memberikan tulisan-tulisan tersebut pada masyarakat yang berada di masa itu dan masa mendatang, oleh sebab itu dipergunakan bahasa yang tahan lama, bahasa yang tahan terhadap ujian zaman. Hal ini dapat dilihat dalam karya- karya tulis sebagai berikut : 134