Ringkasan Bab PERTUKARAN DAN LINGKUNGAN SOSIAL DALAM

6.4. Ringkasan Bab

Pertukaran yang terjadi dalam tradisi bajapuik didasarkan atas pertimbangan status sosial ekonomi, khususnya pekerjaan yang dimiliki oleh calon pengantin laki-laki. Pertukaran itu berlangsung antara dua keluarga yakni antara pihak keluarga perempuan sebagai pemberi dan pihak keluarga laki-laki sebagai penerima. Aktor-aktor yang terlibat digolongkan atas keluarga inti nuclear family seperti; ayah Ibu dan anak dan keluarga besar extended family seperti mamak, etek, apak, mintuo, kakek dan nenek dan pemuka masyarakat seperti; kepalo mudo dan ninik mamak. Keterlibatan masing aktor terdistribusi ke dalam proses dan pelaksanaan pertukaran dalam tradisi bajapuik. Pertukaran yang terjadi sehubungan dengan tradisi bajapuik yakni antara keluarga kedua belah pihak adalah dengan mempertimbangkan nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat. Antara keluarga kedua belah pihak terdapat nilai-nilai dan norma yang berbeda dalam melaksanakan tradisi bajapuik. Pihak keluarga laki-laki sebagai penerima dan pihak keluarga perempuan sebagai pemberi. Bagi pihak keluarga laki-laki, pertimbangan pemberian uang japuik kepada seorang laki-laki didasar atas status sosial ekonomi status pekerjaan dari seorang calon pengantin laki-laki, sedangkan di pihak keluarga perempuan di dasarkan atas kemampuan keluarga dalam mempersiapkan uang japuik diutamakan, selain calon mempelai perempuan mempunyai status sosial yang sama dengan calon mempelai laki-laki.

BAB VII EKSISTENSI TRADISI

BAJAPUIK DALAM PERUBAHAN MASYARAKAT Pada bab ini diuraikan kontinuitas keberadaan perkawinan bajapuik yang tetap eksis dalam perubahan sosial budaya masyarakat. Eksis atau adanya perkawinan bajapuik tentu tidak terlepas dari bagaimana masing-masing aktor yang terlibat dalam sistem pertukaran yakni pihak keluarga perempuan yang memiliki kewajiban sosial budaya untuk melaksanakan dan memberi uang japuik dengan didasari oleh pilihan yang dipertimbangkan choosing knowledgeably, sehingga mampu memberi ruang kepada pihak keluarga perempuan untuk mendapatkan menantusuami bagi anak perempuannya, berhadapan dengan pihak keluarga laki-laki yang akhir-akhir ini lebih cenderung berperilaku ekonomi dan berorientasi keuntungan dengan didasari status sosial ekonomi dari calon marapulai. Yang akhirnya menciptakan perilaku yang disesuaikan di antara keduanya, sehingga tingginya uang japuik dapat di atasi. Namun dengan perilaku sosial dengan pilihan yang dipertimbangkan yang dimainkan oleh pihak keluarga perempuan dengan ikut berpartisipasi terlibat telah memungkinkan eksisnya tradisi bajapuik. Dalam artinya menciptakan keseimbangan antara perilaku ekonomi dengan perilaku sosial khususnya pada pilihan yang dipertimbangkan sebagai kekuatan yang tidak terelakan. 7.1. Nilai Pertukaran Yang Tetap Terjaga Dalam Tradisi Bajapuik Kehidupan sosial masyarakat Pariaman penuh dengan nilai-nilai budaya yang unik dan berkembang dalam hubungan antar kelompok dalam masyarakat. Sudah menjadi hukum alam bahwa di manapun di dunia ini selalu hidup budaya- budaya khas yang berbeda dengan yang lainnya. Salah satu budaya unik dan menjadi ciri khas dari Pariaman adalah tradisi bajapuik. Nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling abstrak dari adat-istiadat. Koentjaraningrat 1987:25, mengemukakan bahwa “nilai budaya ialah konsep-konsep mengenai apa yang hidup dalam alam fikiran sebagian besar dari warga masyarakat mengenai apa yang dianggap baik dan penting dalam hidup”. Dengan demikian nilai budaya berfungsi sebagai pedoman dan memberikan arah kehidupan warga masyarakat. Lebih jauh Sprenger dalam