Perubahan Sosial Budaya TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

luar, tidak akan merubah struktur adat, karena anak yang lahir tetap menjadi suku bangsa Minangkabau. Begitu pentingnya perkawinan dalam masyarakat Minangkabau, maka perkawinan yang dilakukan harus berusaha memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan Amir, 2006. Berikut Sukmasari 1983 mengemukakan syarat-syarat perkawinan Minangkabau antara lain; 1. Kedua calon mempelai harus beragama Islam. 2. Kedua calon mempelai tidak sedarah dan tidak berasal dari suku yang sama, kecuali pesukuan itu berasal dari nagari dan luhak yang lain. 3. Kedua calon mempelai dapat saling menghormati dan menghargai orang tua dan keluarga kedua belah pihak. 4. Calon suami marapulai harus sudah mempunyai sumber penghasilan untuk dapat menjamin kehidupan keluarganya. Perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi syarat itu dapat dianggap perkawinan sumbang atau perkawinan yang tidak memenuhi syarat menurut adat Minang. Atas dasar itu pula perkawinan di Pariaman memperhatikan pekerjaan seorang laki-laki yang akan diterima sebagai menantu. Seorang laki-laki yang tidak mempunyai pekerjaan kurang dipandang atau diminati oleh pihak keluarga perempuan.

2.4. Perubahan Sosial Budaya

Pada dasarnya setiap masyarakat dalam kehidupannya akan mengalami perubahan-perubahan, demikian juga dengan kehidupan bersama manusia. Perubahan itu akan dapat diketahui, apabila dilakukan perbandingan, artinya adalah menelaah keadaan suatu masyarakat pada waktu tertentu dan kemudian membandingkannya dengan keadaan masyarakat itu pada masa yang lalu. Perubahan dalam masyarakat pada prinsipnya merupakan suatu proses yang terus- menerus, artinya bahwa setiap masyarakat pada kenyataan akan mengalami perubahan itu, akan tetapi perubahan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain tidak selalu sama, ada masyarakat yang mengalaminya lebih cepat bila dibandingkan dengan masyarakat yang lainnya. Simanjuntak 1981, perubahan sosial merupakan ciri khas semua masyarakat dan semua kebudayaan, baik masyarakat tradisional maupun masyarakat modern. Tetapi bedanya, dalam masyarakat modern perubahan itu sangat cepat, dan dalam masyarakat tradisional sangat lambat. Perubahan-perubahan dalam masyarakat menyangkut hal yang kompleks. Moore dalam Lauer, 1989 misalnya perubahan sosial adalah perubahan yang berkaitan dengan struktur sosial. Struktur sosial merupakan pola-pola prilaku dan interaksi sosial. Selain itu Moore juga memasukan perubahan sosial sebagai ekspresi mengenai struktur seperti norma, nilai dan fenomena kultural. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Soekanto 1990, perubahan-perubahan yang terdapat di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma-norma sosial, pola-pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan- lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya. Kemudian Sills seperti yang dikutip Sastramiharja 1987, perubahan sosial adalah perubahan yang signifikan dari struktur sosial, yang di dalamnya termasuk pola-pola tindakan sosial dan interaksi sebagai akibat dan manifestasi dari struktur yang berisikan norma-norma, nilai-nilai, hasil-hasil kebudayaan dan berbagai simbol. Berikut tingkat analisis perubahan sosial dalam tabel 1 berikut. Tabel 1. Tingkat Analisis Perubahan Sosial Tingkat Analisis Wakil Kawasan Studi Wakil Unit-Unit Studi Global Organisasi internasional; ketimpangan internal GNP; data perdagangan Peradaban Lingkaran kehidupan, peradapan atau pola-pola perubahan lain misalnya; evolusioner atau dialektika Inovasi Ilmiah, kesenian dan inovasi lain-lain; institusi sosial Kebudayaan Kebudayaan materil dan kebudayaan non materil Teknologi; idiologi; nilai-nilai Masyarakat Sistem stratifikasi; struktur; demografi; kejahatan Pendapatan; kekuasaan dan gengsi, peranan, tingkat migrasi; tingkat pembunuhan Komunitas Sistem stratifikasi; struktur; demografi; kejahatan Pendapatan; kekuasaan dan gengsi; peranan; pertumbuhan penduduk; tingkat pembunuhan. Institusi Ekonomi; pemerintahan; agama; perkawinan dan keluarga; pendidikan. Pendapatan keluarga, pola pemilihan umum; jemaah Gereja dan Mesjid; tingkat perceraian; proporsi penduduk di perguruan tinggi. Organisasi Struktur; pola interaksi; struktur kekuasaan; produktivitas. Peranan; klik persahabatan; administrasi tingkat produksi Interaksi Tipe interaksi; komunikasi Jumlah konflik; kompetisi atau kedekatan; identitas keseringan dan kejarangan partisipasi interaksi Individu Sikap Keyakinan mengenai berbagai persoalan; aspirasi Sumber: Lauer, 1989 : 6 Penjelasan mengenai konsepsi perubahan sosial di atas menggambarkan bahwa perubahan sosial itu menyangkut berbagai tingkat kehidupan sosial, mulai dari yang lebih kecil sampai kepada yang lebih besar. Mengacu kepada tingkat analisis perubahan sosial di atas maka terkait dengan research ini tradisi bajapuik termasuk kepada kawasan kebudayaan materi dan non materi dengan unit-unit studinya adalah nilai-nilai. Karena tradisi bajapuik yang terdiri dari uang japuik yang dalam realitanya tetap ada, namun nilai-nilai yang terdapat di dalam tradisi bajapuik telah mengalami perubahan. Ini terlihat dari nilai dasar dan bentuk-bentuk pertukaran, dimana pada awalnya gelar kebangsawanan, kemudian beralih kepada status sosial ekonomi pekerjaan tetap yang secara nyata menghasilkan uang. Begitu juga dengan bentuk pertukaran yang terdapat dalam tradisi bajapuik, pada awalnya sejumlah benda atau uang secukupnya uang jemputan berkembang menjadi bentuk-bentuk uang lainnya seperti; uang hilang, uang selo dan uang tungkatan. Atas dasar itu, maka perubahan yang terjadi dalam tradisi bajapuik, tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai dan norma-norma yang sedang berkembang di dalam masyarakat. Bagaimana terjadinya perubahan itu dan faktor apa yang menyebabkan, disini pentingnya penelitian ini. Oleh sebab itu penjelasan mengenai perubahan yang terjadi dalam tradisi bajapuik lebih tepat kiranya dengan menggunakan pandangan perspektif evelusionisme dari Comte. Perspektif ini melihat perkembangan masyarakat dengan menganalogikan seperti halnya proses evolusi yakni suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat namun menuju suatu bentuk “kesempurnaan” Etzioni, 1973. Kesempurnaan menurut Comte dalam masyarakat dicirikan oleh adanya pembagian kerja, masyarakat akan menjadi semakin kompleks, terdeferensiasi dan terspesialisasi Sztompka, 2004. Dengan demikian perubahan yang terjadi dalam masyarakat dalam bentuk perkembangan yang linear menuju ke arah yang positif dan menuju suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat. Pemikiran Comte tentang perubahan sosial didasari atas konsep dinamika sosial social dynamics, yakni berupaya mencari kaidah-kaidah tentang gejala- gejala sosial di dalam rentang waktu yang berbeda Salim, 2002. Dalam hal ini Comte berasumsi bahwa untuk memahami periode kelahiran modernitas, kita perlu menempatkan dalam konteks historis yang lebih luas, yakni memperlakukannya sebagai salah satu fase saja dari perjalanan panjang sejarah umat manusia. Masyarakat kapitalis, industri tidak muncul secara kebetulan, tetapi merupakan hasil wajar dari proses terdahulu Lauer, 1985; Turner, 1998; Sztompka, 2004. Jadi, mustahil untuk memberikan penjelasan, memprediksi dan menentukan perkembangan fenomena modern secara memadai tanpa merekonstruksi pola dan mekanisme seluruh sejarah terdahulu. Lebih rinci Comte melihat perkembangan masyarakat melalui pola berfikir tertentu yakni melalui tahapan-tahapan dalam alam berfikir manusia atau yang disebutnya dengan evolusi intelektual. Untuk itu Comte bertolak dari “hukum tiga tahap perkembangan manusia, yakni teologis, metafisik dan posistif. Setiap tahap dalam urutan itu adalah akibat penting dari tahap sebelumnya dan selalu menunjukkan perkembangan sesuai dengan tahap yang sedang mereka capai dan mempengaruhi unsur kehidupan masyarakat lainnya secara keseluruhan. Selanjutnya setiap kemunculan tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang bersifat progresif. Adapun tahap perkembangan pemikiran manusia menurut Comte yaitu: 1 Tahap Teologis, pada tahap teologis ini adalah awal mula perkembangan pemikiran manusia. Pada tahap ini, yang selalu digunakan untuk menjelaskan semua fenomena atau kejadian di dunia adalah gagasan, ide atau doktrin-doktrin keagamaan. Pola pemikiran manusia pada tahap ini pada umumnya adalah menganggap bahwa semua benda yang ada di dunia ini memiliki jiwa atau roh yang berasal dari kekuatan yang berada diluar jangkauan manusia kekuatan gaib, misalkan dewa. 2 Tahap metafisik, tahap ini sebenarnya hanya merupakan suatu modifikasi dari tahapan yang pertama tahap teologis--suatu fenomena tidak lagi dilihat sebagai sesuatu yang secara langsung dipengaruhi oleh kekuatan diluar jangkauan manusia seperti kekuatan roh nenek moyang atau dewa-dewa. Manusia mulai mencari pengertian dan penjelasan dari semua fenomena yang terjadi di alam dengan membuat abstraksi dan konsep metafisik spekulatif. 3 Tahap positif, tahap ini yang menjadi dasar pemikiran aliran positivistik-- pemikiran manusia mencoba untuk menerangkan atau memberikan penjelasan terhadap semua fenomena yang terjadi di dunia ini berdasarkan hukum-hukum yang dapat diamati, diuji dan dibuktikan secara empirik. Menurut Comte, pada tahap inilah ilmu pengetahuan mulai berkembang, dan merupakan suatu titik tolak menuju masyarakat yang ideal. Selanjutnya Comte mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi manusia melangkah untuk mencapai tujuan akhir sebagai berikut; 1 rasa bosan; 2 umur manusia dan 3 demografi. Mengikuti pemikiran Comte di atas, perkembangan pola berfikir dari suatu masyarakat memberikan kekuatan pendorong perubahan dalam pikiran atau semangat manusia. Dengan semangat itulah manusia memahami realitas, berasumsi dan membuat metoda yang diterapkan dalam upaya menjelaskan, memprediksikan dan mengendalikan kehidupan masyarakat. Kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai masyarakat terus berkembang. Derajat pengetahuan yang dimiliki masyarakat mempengaruhi atau menentukan semua aspek kehidupan masyarakat lainnya: ekonomi, politik, dan militer Johnson; 1986; Sztompka 2004. Untuk memperoleh gambaran gagasan Comte tentang perubahan sosial masyarakat dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Perubahan Masyarakat dalam Perspektif Evolusi Kategori Bentuk Perubahan Landasan Pemikiran Perkembangan Organisme Sifat Perubahan Kumulatif Arah Perkembangan Linearpositif Konsepsi Optimis Dengan demikian suatu yang digaris bawahi dari pemikiran di atas adalah bahwa Comte tidak hanya mampu menjelaskan basis aktif struktur masyarakat tetapi juga mampu menjelaskan rangkaian perkembangan manusia. Memberikan perspektif baru bahwa perubahan adalah sesuatu yang normal, wajar, bahwa perubahan yang beraneka ragam terbuka bagi semua masyarakat, karena pada dasarnya semua masyarakat memiliki pola perubahan yang sama. Mengikuti pemikiran Comte di atas, maka perubahan yang terjadi dalam tradisi bajapuik terjadi sesuai dengan pekembangan masyarakat evolusi dengan tidak menghilangkan unsur-unsur yang terdapat dalam tradisi bajapuik. Gelar kebangsawanan tetap mempunyai nilai dalam tradisi bajapuik, namun nilainya telah mulai berkurang jika dibandingkan dengan oleh status sosial ekonomi sebagai pertimbangan dalam memilih menantu. Karena keuntungan yang lebih besar terdapat pada status sosial ekonomi pekerjaan yang dimiliki oleh seorang laki-laki. Jadi adanya peralihan pemikiran masyarakat itu merupakan suatu bentuk perkembangan pola berfikir menuju kesempurnaan masyarakat. Kalau ditelusuri lebih jauh proses perubahan sosial yang melanda berbagai bidang kehidupan sosial masyarakat saat ini, pada dasarnya merupakan proses yang berasal dari dalam dan luar masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial budaya akan mengubah adat, kebiasaan, cara pandang, bahkan ideologi suatu masyarakat. Bahkan perubahan sosial budaya dapat mengarah pada hal-hal positif kemajuan dan hal-hal negatif kemunduran. Hal ini tentu saja mempengaruhi pola dan perilaku masyarakatnya Soekanto, 1990. Selanjutnya, faktor-faktor yang menyebabkan perubahan dalam masyarakat antara lain: 1 ketidak puasan terhadap situasi yang ada; 2 adanya tekanan tentang perbedaan antara yang ada dan yang seharusnya Margono dalam Taneko, 1993. Kemudian Adiwikarta 1988, perubahan juga dapat diakibatkan oleh pendidikan karena pendidikan dalam kehidupan manusia mempunyai dua peranan penting yaitu; sebagai pelestarian kebudayaan dan sistem sosial agent of conservation di samping sebagai pembawa atau pelaku perubahan agent of change. Sebagai pelestarian kebudayaan pendidikan telah mewariskan suatu sistem nilai, kepercayaan, pengetahuan, norma dan adat-istiadat serta berbagai perilaku tradisional yang telah membudaya dari satu generasi ke generasi lainnya, sedangkan sebagai pelaku perubahan pendidikan mengkonstruksi bentuk-bentuk baru akibat bentuk lama yang sudah tidak cocok lagi. Terkait dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat di Minangkabau dan Pariaman khususnya, menurut Abdullah 1992, disebabkan oleh jumlah dan komposisi penduduk, perluasan dan spesialisasi dan diferensiasi kerja. Selain itu juga disebabkan oleh pendidikan—pendidikan mengakibatkan terbukanya kominikasi dan berkembangnya pengetahuan Navis, 1983. Dengan demikian faktor-faktor yang menyebabkan terjadi perubahan adalah faktor intern dan ekstern. Kedua faktor ini merubah pilihan masyarakat dalam tradisi bajapuik. 2.5. Pertukaran Sosial Dalam Perkawinan Pada dasarnya perkawinan berlangsung seperti sistem pasar dalam ekonomi Goode, 2007. Ini berarti di dalam proses perkawinan terdapat sumber- sumber yang ditawarkan baik dari pihak laki-laki maupun dari pihak perempuan. Proses ini tentunya melibatkan pihak-pihak yang syarat dengan perilaku dan interaksi sosial. Dalam sosiologi keluarga, proses pertukaran yang terjadi antara pihak laki-laki kepada pihak perempuan atau sebaliknya disebut dengan pasar perkawinan marriage market. Untuk memahami perkawinan sebagai sebuah proses pertukaran yang terjadi dalam pasar perkawinan marriage market dapat didekati dengan perspektif teori pertukaran exchange theory dari Homans, meskipun dalam ilmu sosiologi Blau juga termasuk dalam pengembangan teori ini . Secara umum teori pertukaran mempunyai asumsi bahwa interaksi sosial mirip dengan transaksi ekonomi. Akan tetapi para ahli teori pertukaran mengakui bahwa pertukaran sosial tidak selalu dapat diukur dengan nilai uang, sebab dalam berbagai transaksi sosial dipertukarkan juga hal-hal yang nyata dan tidak nyata Poloma, 2000. Ini sejalan dengan pandangan Skidmore 1979, bahwa pertukaran exchange tidak selalu dimaksudkan untuk menukarkan sesuatu yang nyata, tetapi pertukaran juga meliputi sesuatu yang tidak nyata seperti harga diri atau penghargaan, saling keterkaitan, bantuan dan dalam bentuk persetujuan. Pertukaran juga dimaksudkan untuk menghindari sesuatu seperti penderitaan, biaya keadaan yang memalukan lainnya dan pertukaran juga meliputi kesempatan, keuntungan dan aspek-aspek komparatif dari hubungan kemanusiaan human relation. 3 Secara spesifik teori pertukaran yang dikembangkan oleh Homans, melihat semua perilaku sosial—tidak hanya perilaku ekonomis, tetapi menyediakan ganjaran ekstrinsik dan intrinsik. Lebih jauh Homans menjelaskan, di mana aktor dalam berperilaku mempertimbangkan keuntungan dan memperkecil biaya yang Dari pernyataan Skidmore tersebut, maka jelaslah bahwa gagasan pertukaran exchange mempunyai pengertian yang sangat luas dan tidak terbatas pada pemberi dan penerima yang bersifat konkrit. Pandangan yang sama, juga dikemukakan Malinowski bahwa pertukaran tidak hanya dalam bentuk materil tetapi juga dalam bentuk non materil Turner, 1998; Anderson, 1995. 3 Lebih jauh lihat William Skidmore. 1979. “Theoritical Thinking in Sociology”. Cambrige University Press. London. J.H. Anderson. 1995: 80-98. “Retorical Objectivity in Malinowsky’s Argonnaouts”, University of Illinois Press. Urbana and Chicago. dikeluarkan cost benefit dan individu-individu yang terlibat dalam proses pertukaran barang berwujud materi dan non materi Turner 1998; Poloma, 2000. Teori pertukaran Homans terletak pada sekumpulan proposisi yang erat kaitannya dengan ganjaran reward dan hukuman punishman. Semua proposisi itu saling berhubungan. Adapun proposisi Homans itu menurut Turner, 1998; Ritzer Goodman, 2004 sebagai berikut: 1. Proposisi sukses Success Proposition, di mana dalam setiap tindakan tertentu memperoleh ganjaran, maka semakin sering ia akan melakukan tindakan itu. 2. Proposisi stimulus Stimulus Proposition, jika dimasa lalu terjadi stimulus yang khusus atau seperangkat stimuli, merupakan peristiwa di mana tindakan seseorang memperoleh ganjaran, maka semakin memungkinkan seseorang melakukan tindak serupa. 3. Proposisi nilai Value Proposition, di mana semakin tinggi nilai suatu tindakan, maka semakin sering seseorang melakukan tindakan itu. 4. Proposisi kejenuhan Saturation Proposition, di mana semakin sering dimasa lalu seseorang menerima suatu ganjaran, maka semakin kurang bernilai bagi orang tersebut peningkatan setiap unit ganjaran itu. 5. Proposisi persetujuan Approval Proposition, bila tindakan seseorang tidak memperoleh ganjaran yang diharapkan atau menerima hukuman yang tidak diinginkan, maka dia akan marah; dia menjadi cenderung menunjukan prilaku agresif dan hasil prilaku demikian menjadi lebih bernilai baginya. 6. Proposisi rasionalitas Rationality Proposition, dalam memilih antara tindakan alternatif, seseorang akan memilih sesuatu itu seperti dirasakannya ketika nilai dari hasil dikalikan dengan kemungkinan hasil tersebut adalah lebih besar. Dari keenam proposisi yang diajukankan, Homans menekankan pada proposisi ketiga dari exchange theory-nya. Lebih jauh dikatakan bahwa makin bernilai bagi seseorang tingkahlaku orang lain yang ditujukan kepadanya, makin besar kemungkinan atau makin sering ia akan mengulangi tingkahlakunya dan akhirnya pertukaran kembali akan terjadi. Namun reward yang diberikan kepada orang lain adalah yang mempunyai nilai yang lebih rendah menurut penilaian aktor, tetapi mempunyai nilai lebih bagi orang yang diberi. Pertukaran exchange tidak akan terjadi kalau nilai sesuatu yang ditukarkan itu sama, karena itu exchange hanya terjadi bila cost yang diberikan akan menghasilkan benefit yang lebih besar dan kedua belah pihak sama-sama mendapat untung, dan keuntungan itu mengandung unsur psikilogis Turner, 1998; Ritzer, 1985. Artinya pertukaran di sini termasuk pada pertukaran yang melebihi pertimbangan ekonomi. Mengacu pada persoalan perkawinan maka yang dipertukarkan menurut Lamanna dan Riedmann 1991, meliputi latar belakang dan keahlian individu yang dimiliki, seperti; posisi ekonomi status sosial, pendidikan, umur, kecantikan dan sebagainya. Lebih jauh Lamanna dan Riedmann menjelaskan, pertukaran itu akan berbeda antara masyarakat tradisional dengan masyarakat modern. Pada masyarakat tradisional pertukaran berkaitan dengan peranan seks. Artinya wanita menukar dengan kemampuannya untuk melahirkan dan membesarkan anak sebagai bentuk tugas domestik. Pada masyarakat modern, lebih di dasarkan pada sumber-sumber ekonomi, expresiv, efektif, seksual dan pengenalan kedua pasangan. Seorang wanita mempunyai ekonomi dan pekerjaan yang sama dengan laki-laki, maka pertukarannya menjadi simetris seruangsepadan dan perkawinan yang didasarkan pada kedua pasangan mempunyai status sosial yang sama dan menjadikan lebih sederajat dan ditambah dengan perubahan peranan gender menjadi pertukaran saling melengkapi. Meskipun demikian, walaupun wanita sudah maju dan sama dengan pria, tetapi wanita masih tidak diuntung dalam pasar perkawinan Lamanna dan Riedmann 1991. Sementara itu proses pertukaran itu berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya dan tergantung pada siapa yang mengatur transaksinya. Dalam masyarakat tradisional, pengaturan transaksi sepenuhnya dilakukan oleh keluarga dan juga keluarga besar. Berbeda halnya dengan masyarakat modern, pengaturan transaksi masih didominasi oleh keluarga inti nuclear family, walaupun secara berangsur-angsur induvidu yang bersangkutan sudah mulai ikut campur dalam kegiatan itu 4 Kemudian, untuk nilai tukar yang dipertukarkan menurut Goode 2007, tergantung kepada; 1 kearah mana nilai yang lebih tinggi itu dicurahkan menunjukan evaluatif yang diberikan masyarakat terhadap kedua mempelai baru itu; 2 tidak menjadi soal kearah mana kekayaan yang terbesar itu dicurahkan, semua macam nilai tukar itu tetap akan merata di antara keluarga-keluarga atau garis-garis keluarga. Karena kebanyakan perkawinan terjadi antar strata ekonomi yang sama, sehingga strata itu sebagai suatu kesatuan tidak untung maupun rugi. Artinya adanya keseimbangan kedua belah pihak Lihat Goode, 2007; Lamanna dan Riedmann, 1991. 5 1. Kedekatan propinquity ; 3 keluarga yang menerima lebih banyak kekayaan selalu membalasnya dengan pemberian-pemberian lain, dan biasanya menjadi suatu kebanggaan untuk membuat pemberian kembali hampir senilai dengan apa yang diterimanya. Pertukaran semacam itu biasanya diketahui umum dan menggambarkan baik kedudukan sosial keluarga dan kegembiraan mereka dalam peristiwa itu; 4 meskipun ada sistem mas kawin, namun tetap ada kesempatan kompromi dalam peraturan perkawinan. Kesemua bentuk kriteria pilihan sebagaimana yang disebut di atas merupakan refleksi dari pertukaran dalam perkawinan yang pada hakikatnya menekankan pada perkawinan yang homogami. Menurut Lamanna dan Riedmann, 1991, ada sejumlah alasan orang melakukan perkawinan yang homogami antara lain: Orang-orang yang berasal dari tingkat ekonomi yang sama mempunyai kedekatan hubungan dalam dalam berbagai hal. 2. Tekanan sosial social pressure Nilai-nilai budaya yang menganjurkan warga masyarakatnya untuk kawin dengan adanya persamaan sosial di antara mereka dan sebaliknya, tidak menganjurkan untuk kawin dengan orang yang mempunyai perbedaan di antara mereka. 3. Kebetahan di rumah feeling at home 4 Lihat juga Lamanna, 1981. Marriage and Families, hal 10. 5 Karena perkawinan yang terjadi cendrung homogami yakni mencari pasangan berdasarkan adanya kesamaan dan karakteristik kelompok, Lihat Goode, 2007; Lamanna, 1991. Orang-orang akan merasa lebih betah dengan adanya persamaan latar belakang di antara keduanya, sehingga komunikasi menjadi lancar dan nyaman. 4. Pertukaran yang seimbang fair exchange Dalam teori pertukaran theory exchange, mendorong orang untuk kawin dengan orang yang memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri seperti: kelas sosial, pendidikan, kecantikan fisik. Dengan adanya kesamaan tersebut maka dapat diassumsikan kehidupan perkawinan akan menjadi lebih kokoh dan stabil. 2.6. Pilihan yang Dipertimbangkan dan Lingkungan Sosial dalam Perkawinan Pilihan yang dipertimbangkan choosing knowlegeably dimaknai sebagai pilihan yang dibuat melalui pertimbangan-pertimbangan tertentu. Orang-orang secara pribadi menyadari tindakan yang dilakukan sebelum mengambil suatu pilihan. Bila pilihan itu diteruskan, akan berdampak positif baginya dan dapat bertahanan lebih lama Lamanna dan Riedmann 1991. Lebih jauh Lamanna dan Riedmann menambahkan di mana dalam pilihan yang dipertimbangkan ada komponen-komponen penting antaralain: 1 mempunyai banyak option-option atau alternatif-alternatif sebagai suatu kemungkinan; 2 mengenal tekanan sosial mempengaruhi pilihan personal, yang disebutnya dengan faktor-faktor sosial. Apa faktor-faktor sosial yang dimaksud, Lamanna dan Riedmann menjelaskan sebagai berikut: 1. Eventkejadian yang berkaitan dengan sejarah seperti: perang, depresi, inflansi, dan perubahan sosial, mempengaruhi option-optionpilihan- pilihan induvidu sehari-hari dalam kehidupan berkeluarga. 2. Klas sosial atau status—merupakan faktor sosial yang penting sebagai arenasarana dalam mempengaruhi pilihan individu. 3. Agama--dalam hal ini agama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di pedesaan dan agama bagi masyarakat yang bertempat tinggal di perkotaan mempunyai perbedaan, terutama dalam pengamalannya dan agama mempunyai pengaruh yang sangat signifikan. Bagi masyarakat pedesaan, pada umumnya pengamalan agamannya relatif kuat dan itu cenderung terlihat pada kelompok-kelompok agama dan cenderung diwarisi melalui keturunannya. Kemudian, aktivitas keagamaan secara signifikan di denominasi dalam kehidupan keluarga. 4. Pengharapan pada Umur--individu menyadari bahwa kehidupan mereka sendiri mempunyai ”timing” yang berkaitan dengan pengharapan- pengharapan sosial. Lingkungan keluarga mempengaruhi pilihan-pilihan individu, misalnya kapan waktu untuk pendidikan dan mendapatkan pekerjaan, menikah dan punya anak. Dengan demikian ada empat poin pokok yang mempengaruhi individu dalam menentukan pilihannya. Faktor-faktor sosial tersebut berada diluar individu dan selalu mengelilinginya. Mengikuti terminologi Homans dalam Poloma 2000, inilah yang disebut dengan sistem internal. Selanjutnya bagaimana faktor sosial mempengaruhi pilihan individu, menurut Lamanna dan Riedmann 1991 yakni melalui: pertama, melalui norma- norma sosial yang dapat diterima masyarakat. Menurut Soekanto 1990, norma sosial adalah patokan perilaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga disebut dengan peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku- perilaku yang pantas dilakukan dalam menjalani interaksi sosialnya. Keberadaan norma dalam masyarakat bersifat memaksa individu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang diharapkan. Norma tidak boleh dilanggar. Siapa pun yang melanggar norma atau tidak bertingkah laku sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam norma itu, akan memperoleh hukuman. Kepatuhan terhadap norma-norma kelompok akan memperoleh ganjaran sedang pengingkaran akan memperoleh hukuman Poloma, 2000. Kedua, membatasi pilihan-pilihan individu. Dengan demikian tindakan yang berlangsung dalam kehidupan dapat secara sadar dan tidak sadar. Tindakan secara tidak sadar dilakukan ketika sesuatu itu bagi individu telah menjadi kebiasaan dan mengikuti garis edar yang telah ditentukan, sehingga tidak ada kekuatan untuk menentangnya. Agar suatu pilihan yang diambil berdasarkan suatu pertimbangan pilihan rasional, menurut Lamanna dan Riedmann 1991 dilakukan dengan mencek atau mengkoreksi kembali pilihan yang diambil sebelum membuat suatu keputusan decision maker. Dengan demikian dapat memperhatikan atau mempertimbangkan pilihan sabjektif individu, dan mempertimbangkan lingkungan disekitarnya nilai-nilai atau norma-norma yang berlaku. Gambar 2 menunjukan bagaimana lingkungan sosial berpengaruh terhadap pilihan individu personal. Considering consequences of Gambar 2. Pengaruh lingkungan sosial terhadap pilihan individu personal. Sumber: O’Neill and O’Neill 1974 dalam Lamanna dan Riedmann 1991

2.7. Beberapa Kajian dan Studi tentang Perkawinan