Rotan Industri Kerajinan Rotan

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Rotan

Rotan adalah palem memanjat berduri yang terdapat di daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan ini berbentuk batang dengan keragaman diameter berkisar dari beberapa milimeter sampai lebih dari 10 cm dengan panjang mencapai 100 m. Batang rotan tidak bertambah besar diameternya meskipun bertambah tua. Rotan semai mula-mula akan membesar diameter batangnya, kemudian panjang batangnya, dengan pertumbuhan awal itu akan menentukan akan menentukan diameter atas tanah. Variasi diameter pada rotan dipengaruhi oleh adanya buku- buku yang menghasilkan pembungaan atau tidak. Dengan adanya variasi diameter tersebut maka akan mempengaruhi kualitas rotan. Dransfield, 1996 Rotan merupakan salah satu hasil ikutan yang penting dan potensial serta merupakan salah satu penghasil devisa negara. Jenis tanaman ini dapat tumbuh di daerah tropis. Terdapat kurang lebih 600 jenis rotan di dunia dan diperkirakan sebanyak 516 jenis rotan terdapat di Asia Tenggara yang berasal dari 9 genus. Dari sekitar 300 jenis rotan yang tumbuh di Indonesia, baru 53 jenis rotan yang sudah dimanfaatkan dan diperdagangkan di Indonesia Yanuar, 1994. Jenis-jenis rotan yang banyak dibudidayakan adalah yang menunjukan potensi silvikultur yang besar, atau secara meluas dan selektif dipanen untuk tujuan komersial. Beberapa spesies tersebut diantaranya Calamus andamanicus Kurz, C. egregius Burr., C. ovoideus Thw. ex Tr., C. simplicifolius Wei, C. tetradactylus Hence, C. wailong Pei Chen, dan Daemonorops margaritae Hance Becc. yang tumbuh alami di luar kawasan yang diliput oleh prosea dan yang dibudidayakan serta menunjukan potensi, atau dapat digunakan sebagai model silvikultur Heyne, 1950

B. Industri Kerajinan Rotan

Berdasarkan hasil produksinya, industri rotan pada saat ini dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok, yaitu industri yang menghasilkan rotan bahan baku rotan bulat Washed SulphurizedWS, rotan belahan split dan rotan poles kasar, industri yang menghasilkan bahan baku siap pakaibarang rotan setengah jadi rotan poles halus, peelbark dan core serta industri yang menghasilkan barang jadi dan barang kerajinan keranjang dan sebagainya Yanuar, 1994. Industri pengolahan barang jadi rotan masih terbatas pada industri rakyat home industry seperti furniture, kerajinan dan lain-lain. Industri yang bersifat mekanis masih sangat terbatas dan umumnya penghasil barang setengah jadi, seperti terdapat di Padang, Jambi, Banjarmasin, Ujung Pandang dan Surabaya. Sedangkan di Medan, Palembang, Jakarta, Semarang dan Bandung terbatas pada industri non mekanis seperti peralatan rumah tangga Januminro, 2000. Produk tanaman rotan yang paling penting adalah batangnya, terutama batang yang sudah tua. Rotan memiliki karakteristik yang unik dibandingkan barang lainnya yang sejenis, yaitu relatif lebih tahan lama, ringan dan sangat elastis, stabil dalam segala cuaca dan memiliki warna yang khas. Karena mempunyai keunikan tersebut maka banyak konsumen yang menyukai barang- barang dari rotan. Masyarakat Indonesia sudah sejak lama mengenal dan memanfaatkan rotan dalam berbagai keperluan sehari-hari. Moh Yanuar, 1994. Batang Rotan yang bersifat elastis, kenyal dan ulet jika dipadukan dengan daya kreasi seni yang tinggi, maka menjadi barang kerajinanperabot rumah tangga yang artistik. Rotan juga memiliki kekuatan dan keuletan yang cukup tinggi, sehingga dapat dijadikan bahan untuk konstruksi tulang beton. Hal ini dibuktikan dalam percobaan pembuatan konstruksi jembatan beton tulangan rotan di Kendari Sulawesi Tenggara tahun 1985 yang memakai jenis rotan Tohiti. Selain itu rotan jenis Daemonorops juga menghasilkan getah Jernang yang fungsinya untuk bahan baku pewarna industri keramik, marmer, alat-alat batu, kayu, kertas, cat, ekstrak tanin dan sebagainya. Selain manfaat langsung, rotan juga dapat memberikan manfaat tidak langsung dalam kehidupan, yaitu membentuk budaya masyarakat, yang tercermin pada perkembangan daya kreasi dalam bentuk berbagai produk rotan; sebagai sumber mata pencaharian dan penyerapan tenaga kerja serta sebagai sumber devisa negara Januminro, 2001 Tahapan distribusi rotan sejak dipungut dari sentra produksi hingga menjadi barang jadi dan diterimaoleh konsumen akhir merupakan mata rantai perdagangan yang cukup panjang dan harus melewati berbagaitahapan dan tingkatan pengolahan, mulai dari sumber bahan baku, petani pemungut, pedagang pengumpul I II, industri pengawetan, industri barang jadisetengah jadi, pedagang besar, pedagang Kecil sampai Rotan untuk konsumsi dalam negeri atau untuk ekspor Januminro, CFM, 2000 Industri rotan Indonesia sangat prospektif untuk dikembangkan, karena terbukti telah menghasilkan devisa yang tidak sedikit. Ekspor Hasil Hutan Rotan selama tahun 1990-2000 menurut Departemen Kehutanan adalah sebagai berikut: TAHUN PRODUKSI TON 19901991 52.171 19911992 64.020 19921993 69.384 19931994 88.149 19941995 78.340 19951996 36.256 19961997 51.564 19971998 32.389 19981999 62.644 19992000 32.165 2000 94.752 Sumber: Statistik Kehutanan Indonesia 2000 Dalam menjalankan kegiatan industri rotan sebagai salah satu penghasil devisa negara, terdapat beberapa kendala yang dihadapi antara lain data potensi rotan belum lengkap, sehingga banyak jenis rotan potensial yang belum banyak dikenal pemanfaatannya oleh masyarakat. Untuk itu seharusnya dilakukan inventarisasi jenis-jenis rotan yang komersil. Sebanyak 80-90 bahan baku industri rotan berasal dari hutan alam, sehingga kadang-kadang terancam kesulitan bahan baku rotan yang antara lain diakibatkan oleh penyelundupan atau diperbolehkannya bahan baku rotan setengah jadi di ekspor ke luar negeri. Oleh karena itu perlu dilakukan program penanaman rotan jenis komersil serta dilakukan pengawasan yang lebih intensif. Hambatan yang lainnya adalah design untuk kerajinan rotan masih lemah, selama ini sangat tergantung permintaan. Diharapkan dilakukan penelitian tentang selera pembeli dengan budaya yang beragam, serta mengadakan pelatihan bidang product design pada perusahaan industri rotan Fraser, 1995.

C. Proses Produksi