Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa sub sektor pertanian yang memiliki nilai multiplier terhadap output, pendapatan dan tenaga kerja tertinggi baik tipe I
maupun tipe II adalah pada sub sektor peternakan, yaitu sebesar 1,984; 2,319; 1,723; 1,969; 1,435 dan 1,483. Diikuti oleh sub sektor perkebunan, perikanan,
kehutanan dan tanaman bahan makanan.
4.5 Dampak Investasi Sektor Pertanian terhadap Perekonomian
Indonesia Guna memberikan gambaran mengenai dampak investasi sektor pertanian
terhadap perekonomian, terutama terhadap pembentukan nilai output, pendapatan, dan penyerapan tenaga kerja, maka dalam penelitian ini diasumsikan terdapat
penanaman investasi sebesar Rp 18 trilyun di setiap sub sektor pertanian dalam kondisi perekonomian berlangsung normal. Sub-sub sektor pertanian tersebut
yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan dan sub sektor perikanan. Nilai tersebut sesuai dengan nilai dana yang dialokasikan
oleh Departemen Pertanian Indonesia dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN 2006. Nilai tersebut digunakan untuk shock sektor pertanian
sebagai perkiraan dana yang mungkin untuk di investasikan pada sektor pertanian di Indonesia.
4.5.1 Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa investasi pada sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun dapat menghasilkan output di
seluruh sektor perekonomian sebesar Rp 31.897 trilyun. Dari jumlah tersebut, Rp
18.963 trilyun 59,45 persen merupakan dampak langsung dan Rp 12.933 trilyun 40,55 persen adalah dampak tidak langsung. Dampak langsung ini menunjukkan
bahwa dengan investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun maka akan menciptakan output di sub sektor ini sendiri sebesar Rp 18.963
trilyun. Sedangkan dampak tidak langsung investasi menunjukkan bahwa jika terdapat investasi sebesar Rp 18 trilyun pada sub sektor tanaman bahan makanan
maka akan meningkatkan output di sektor-sektor perekonomian lainnya sebesar Rp 12.933 trilyun.
Dari sisi pendapatan, investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun mampu meningkatkan pendapatan di seluruh sektor
perekonomian sebesar Rp 4.735 trilyun. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar Rp 2.815 trilyun 59,45 persen
merupakan pendapatan yang dapat diterima oleh tenaga kerja di sub sektor tanaman bahan makanan sendiri. Sedangkan dampak tidak langsung yang
ditimbulkan adalah sebesar Rp 1.920 trilyun 40,55 persen, merupakan pendapatan yang diterima oleh sektor perekonomian lainnya.
Jika dilihat dari sisi tenaga kerja, investasi di sub sektor tanaman bahan makanan sebesar Rp 18 trilyun mampu menyerap tenaga kerja di seluruh sektor
perekonomian sebesar 2.403.430 orang. Dampak langsung yang ditimbulkan karena adanya investasi di sub sektor ini sebesar 1.428.870 orang 59,45 persen,
nilai tersebut menunjukkan jumlah tenaga kerja yang mampu diserap oleh sub sektor tanaman bahan makanan sendiri guna meningkatkan outputnya. Sedangkan
dampak tidak langsung yang ditimbulkan adalah sebesar 974.560 orang 40,55
persen, merupakan tenaga kerja yang mampu diserap oleh sektor-sektor perekonomian lainnya.
Tabel 17. Dampak Investasi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Sebesar Rp 18 trilyun Terhadap Pembentukan Output Juta Rupiah, Pendapatan Juta
Rupiah, dan Tenaga Kerja Orang
Output Pendapatan Tenaga
Kerja Sektor
Nilai Persen Nilai Persen Nilai
Persen Tanaman bahan makanan
18.963.313,56 59,45
2.815.087,02 59,45
1.428.870 59,45
Perkebunan 368.339,93 1,15 54.679,74 1,15 27.754 1,15
Peternakan 2.008.127,02 6,30
298.104,67 6,30
151.311 6,30
Kehutanan 75.746,65 0,24 11.244,52 0,24 5.707 0,24
Perikanan 275.900,28 0,86 40.957,15 0,86 20.789 0,86
Pertambangan 13.284,00 0,04
1.972,00 0,04
1.001 0,04
Penggalian 59.182,59 0,19
8.785,60 0,19
4.459 0,19
Industri Makanan
4.879.694,15 15,30 724.386,25 15,30 367.681 15,30 Industri
Tekstil 202.067,01 0,63 29.996,67 0,63 15.226 0,63
Industri Kayu dan Furnitur 126.934,41
0,40 18.843,30
0,40 9.564
0,40 Industri
Kertas 423.406,83 1,33 62.854,37 1,33 31.903 1,33
Industri Kimia dan Pengilangan Minyak
106.566,98 0,33 15.819,77 0,33 8.030 0,33 Industri
Semen 97.265,65 0,30 14.439,00 0,30 7.329 0,30
Industri Logam Dasar 95.463,03
0,30 14.171,40
0,30 7.193
0,30 Industri
Lainnya 131.433,36 0,41 19.511,17 0,41 9.903 0,41
Listrik, Gas dan Air Bersih 31.151,60
0,10 4.624,43
0,10 2.347
0,10 Bangunan
82.553,33 0,26 12.254,97 0,26 6.220 0,26 Perdagangan
98.392,78 0,31 14.606,32 0,31 7.414 0,31 Restoran dan Hotel
1.895.490,99 5,94
281.383,95 5,94
142.824 5,94
Angkutan Kereta Api 169.817,58
0,53 25.209,27
0,53 12.796
0,53 Angkutan
Darat 137.630,31 0,43 20.431,10 0,43 10.370 0,43
Angkutan Lainnya 700.264,51
2,20 103.953,64
2,20 52.764
2,20 Komunikasi
69.170,98 0,22 10.268,37 0,22 5.212 0,22 Lembaga Keuangan
42.209,89 0,13
6.266,02 0,13
3.180 0,13
Usaha Bangunan dan Jasa Perusahaan 111.967,25
0,35 16.621,44
0,35 8.437
0,35 Pemerintahan Umum dan Pertahanan
217.490,34 0,68
32.286,25 0,68
16.388 0,68
Jasa-jasa 514.359,55 1,61 76.356,22 1,61 38.757 1,61
Total 31.897.224,58 100,00 4.735.114,60 100,00 2.403.430 100,00
Sumber : Tabel Input-Output Indonesia 2003, Klasifikasi 27 sektor diolah.
4.5.2 Dampak Investasi Sub Sektor Perkebunan