Hidrolisis Asam PRODUKSI SIRUP GLUKOSA 1.

43 1 2 3 4 5 6 7 T J S1 S2 S3 S4 S5 Bahan Baku N ila i p H dengan kadar abu bahan baku, karena jumlah bahan kimia dan bahan tambahan yang ditambahkan berada pada jumlah yang sama. Rendemen sirup glukosa yang dihasilkan berkisar antara 59,35 - 80,09. Rendemen yang tinggi dapat diperoleh bila pembentukan oligosakarida berbobot molekul rendah dan glukosa lebih banyak. Nilai rendemen dipengaruhi oleh jumlah produk yang terbentuk, kadar bahan kering sirup dan bobot sirup akhir. Bobot sirup akhir yang diperoleh berbeda-beda, meskipun rangkaian proses produksi sirup glukosa untuk semua sampel sama, hal ini diduga dipengaruhi oleh proses penjernihan yang dilakukan pada tahap akhir. Selama proses penjernihan, suhu tidak stabil pada suhu 80 o C, tetapi berada pada rentang antara 75 - 85 o C, serta kecepatan putar stirrer juga tidak semuanya sama, sehingga banyaknya air yang menguap selama proses penjernihan juga berbeda. Nilai pH sirup glukosa dari pati sagu dan pati pembanding mendekati netral dan dapat dilihat pada Gambar 15. Berdasarkan analisis ragam pada α = 5 menunjukkan daerah asal pati berpengaruh sangat nyata terhadap pH. Hasil analisis ini ditunjukkan pada Lampiran 7. Uji lanjut Duncan terhadap pH disajikan pada Lampiran 8. Gambar 15. pH sirup glukosa hidrolisis enzim

2. Hidrolisis Asam

Pada pembuatan sirup glukosa dengan menggunakan katalis asam, pati dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 30 kemudian diatur pH 2 44 dengan menggunakan asam klorida. Asam klorida akan memutus ikatan karbon pada pati menjadi monomer-monomernya. Suhu proses yang digunakan adalah 121 o C. Pada suhu yang tinggi proses hidrolisis akan lebih baik. Menurut Junk dan Pancoast 1980, jika pati dihidrolisa dengan katalis asam akan terjadi pemutusan ikatan –C-O-C yang menghasilkan glukosa dan beberapa polimernya. Bila proses diteruskan akan meningkatkan jumlah gula yang bobot molekulnya lebih rendah, kemudian polimer-polimer itu dihidrolisa sampai menjadi glukosa. Hasil analisis karakteristik sirup glukosa hidrolisis asam pada Tabel 9. Setelah larutan pati diotoklaf selama satu jam selanjutnya diuji dengan iod. Pada saat ditetesi iod, sirup berwarna kuning kecoklatan yang menunjukkan bahwa pati telah terkonversi menjadi molekul gula yang lebih sederhana. Menurut Winarno 1986, pati yang berikatan dengan iod akan menghasilkan warna biru. Pati akan merefleksikan warna biru bila berupa polimer glukosa yang lebih besar dari dua puluh, misalnya molekul- molekul amilosa. Bila polimernya kurang dari dua puluh seperti amilopektin, maka dihasilkan warna merah, sedangkan dekstrin dengan polimer 6, 7, 8 memberikan warna coklat. Polimer yang lebih kecil dari lima tidak memberikan warna dengan Iodin. Tabel 9. Karakteristik sirup glukosa hasil hidrolisis pati oleh HCl Pati Sagu Pati komersial Analisis proksimat Sagu1 Sagu2 Sagu3 Sagu4 Sagu5 Singkong Jagung DE 51,13 51,35 50,28 47,38 49,4 44,87 50,88 DP 1,96 1,95 1,99 2,11 2,03 2,23 1,97 Kadar bahan kering bk 42,44 45,62 40,20 39,97 38,29 37,61 40,67 Bobot sirup g 29,79 37,11 31,30 38,00 32,44 34,67 42,78 Rendemen 48,97 55,04 47,47 55,74 56,87 52,93 58,24 Kadar abu bk 0,42 0,59 0,48 0,35 0,52 0,46 0,44 pH 6,19 6,51 6,88 6,51 6,11 6,57 6,77 Kejernihan T - Sebelum purifikasi 7,80 8,13 17,78 5,38 20,80 28,09 32,98 - Setelah purifikasi 49,67 60,47 64,53 50,80 63,53 87,67 95,50 45 Data hasil pengamatan sirup glukosa disajikan pada Lampiran 9 dan Lampiran 10. Rendemen sirup glukosa dari pati sagu yang dihasilkan berkisar antara 47,47 – 56,87. Nilai ini lebih rendah dari rendemen sirup glukosa dari pati jagung yaitu 58,24, namun rendemen sirup glukosa dari tapioka nilainya tidak jauh berbeda yaitu 52,93. Analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan wilayah pertumbuhan sagu berpengaruh nyata terhadap rendemen sirup. Rendemen yang dihasilkan sirup glukosa dipengaruhi oleh kadar bahan kering dan bobot sirup yang dihasilkan. Semakin tinggi bobot sirup dan kadar bahan kering maka rendemen sirup pun akan semakin tinggi. Pada Gambar 16 disajikan sirup glukosa hidrolisis asam yang dihasilkan dari berbagai pati sagu dengan pembanding adalah sirup komersial yang berasal dari tapioka dan pati jagung. singkong jagung sagu1 sagu2 sagu3 sagu4 sagu5 Gambar 16. Sirup glukosa hidrolisis asam Kejernihan sirup glukosa yang dihasilkan dari pati sagu berwarna kuning jernih hingga kecoklatan. Sebagian besar sirup glukosa yang berasal dari pati sagu berwarna kuning hingga coklat gelap. Urutan kejernihan sirup dari yang paling jernih adalah pati jagung - tapioka - sagu3 - sagu5 - sagu2 - sagu4 - sagu1. Intensitas kejernihan yeng tertinggi secara visual ditunjukkan pada sagu1 dari Sulawesi Utara dan sagu4 dari Irian Jaya. Kejernihan sirup glukosa dipengaruhi oleh kandungan komponen bukan gula yang terdapat pada sirup glukosa, yaitu mineral, dekstrin dan bahan organik lainnya. Semakin banyak komponen bukan gula dalam sirup maka akan semakin rendah nilai transmisi sirup. 46 20 40 60 80 100 T J S1 S2 S3 S4 S5 Bahan Baku T ra n s mi s i sebelum purifikasi setelah purifikasi Proses purifikasi atau pemurnian sirup dengan arang aktif memegang peranan penting dalam menghasilkan sirup glukosa yang berwarna jernih. Arang aktif akan menyerap sebagian zat pengotor organik dalam sirup, pada umumnya sirup glukosa setelah proses penjernihan akan memiliki warna yang lebih jernih. Menurut Norman 1981, pemberian arang aktif dapat menghilangkan sebagian warna prekursor dan menyerap protein yang terlarut. Histogram nilai kejernihan sirup glukosa sebelum purifikasi yang diperoleh dari hasil penelitian ditunjukkan pada Gambar 17. Gambar 17. Kejernihan sirup glukosa hidrolisis asam Pembuatan sirup glukosa melalui hidrolisis asam memerlukan suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan pembuatan sirup glukosa secara enzimatis yaitu 121 o C, sehingga terjadi proses karamelisasi pada sirup. Hal ini didukung oleh Meyer 1975, yaitu pada suhu tinggi pada larutan gula dapat terjadi karamelisasi, yaitu perubahan yang terjadi pada senyawa hidrokarbonil seperti senyawa gula pereduksi dan gula asam yang dipanaskan pada suhu tinggi, reaksi ini dapat terjadi tanpa adanya senyawa amino. Menurut Sastrodipuro 1985, reaksi pencoklatan akan menghasilkan furfural atau hidroksi metil furfural sebagai senyawa antara. Polimerisasi senyawa furfural menyebabkan warna sirup glukosa menjadi gelap. Hasil analisis keragaman terhadap kejernihan menunjukkan bahwa kejernihan sirup glukosa sebelum dan sesudah purifikasi tidak berpengaruh nyata terhadap daerah asal pati. 47 20 40 60 80 100 T J S1 S2 S3 S4 S5 Bahan Baku DE Sirup glukosa dari pati sagu2 memiliki DE tertinggi yaitu 51,35 pada sagu2, sedangkan nilai DE terendah terdapat pada sirup glukosa dari sagu4 yaitu 47,38. Data hasil penghitungan nilai DE dan DP secara lengkap disajikan pada Lampiran 9. Hasil analisis keragaman menunjukkan daerah asal pati berpengaruh terhadap nilai DE dan DP. Asam akan memecah pati secara acak, sehingga komponen gula sederhana yang terbentuk juga tidak seragam antar pati sagu. Nilai DE sirup glukosa dari pati sagu hasil hidrolisis oleh HCl termasuk dalam tipe II. Pati sagu2 memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dibandingkan sagu lainnya, sehingga rantai polimer pati yang dipecah pun semakin banyak. Menurut Palmer 1970, asam memecah pati secara acak, dan dalam prakteknya, konversi asam hanya dapat mencapai DE 55. Di atas nilai DE 55 akan terbentuk warna dan komponen yang rasanya pahit. Hasil analisis ragam terhadap nilai DE dan DP sirup glukosa hidrolisis asam pada α = 5 menunjukkan bahwa daerah asal pati berpengaruh nyata. Hasil analisis ini ditunjukkan pada Lampiran 11. Uji lanjut Duncan ditunjukkan pada Lampiran 12. Histogram nilai DE yang diperoleh dari hasil penelitian ditunjukkan pada Gambar 18. Gambar 18. Nilai DE sirup glukosa hidrolisis asam Nilai DP berkaitan dengan DE, semakin tinggi nilai DE maka nilai DP akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya. DP tertinggi sebesar 2,23 pada S4 yaitu pada sagu Irian Jaya, sedangkan rata-rata DP terendah sebesar 1,95 pada S2 yaitu pada sagu Jawa Barat. Nilai DP yang 48

0,0 0,1

0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 T J S1 S2 S3 S4 S5 Bahan Baku K a da r A bu 1 2 3 T J S1 S2 S3 S4 S5 Bahan Baku DP ditunjukkan dihasilkan berkisar antara 1,95 hingga 2,23. Hal ini berarti sakarida yang terbentuk yaitu campuran antara glukosa DP=1, maltosa DP=2 dan maltotriosa DP=3. Namun sebagian besar sakarida yang terbentuk adalah maltosa. Hal ini disebabkan karena ketidakteraturan asam dalam memecah pati. Nilai DP sirup glukosa yang dihasilkan dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Nilai DP sirup glukosa hidrolisis asam Kadar abu sirup glukosa hidrolisis asam dipengaruhi oleh kandungan mineral pada bahan baku dan banyaknya garam NaCl yang ditambahkan selama proses produksi. Kadar abu sirup berkisar antara 0,35 - 0,59, nilai kadar abu tertinggi yaitu pasa sagu2 dari Jawa Barat. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa daerah asal pati tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu sirup glukosa yang dihasilkan. Kandungan kadar abu sirup glukosa dipengaruhi oleh jumlah NaOH yang ditambahkan untuk menetralkan asam. Nilai pH larutan setelah dihidrolisis tidak seragam sehingga jumlah NaOH yang ditambahkan juga berbeda-beda. Histogram kadar abu sirup glukosa hidrolisis asam terdapat pada Gambar 20. 49 10 20 30 40 50 T J S1 S2 S3 S4 S5 Bahan Baku K a da r B a ha n K e ri ng Gambar 20. Kadar abu sirup glukosa hidrolisis asam Bahan kering sirup glukosa meliputi semua komponen dalam sirup kecuali air dan senyawa yang menguap. Komponen-komponen tersebut antara lain glukosa, maltosa dan oligosakarida lainnya, dekstrin serta mineral dan bahan organik bukan gula. Histogram kadar bahan kering sirup disajikan pada Gambar 21. Sagu2 memiliki kadar bahan kering tertinggi, hal ini berkaitan dengan banyaknya komponen gula sederhana dan oligosakarida yang terbentuk. Semakin tinggi tingkat konversi pati menjadi glukosa maka kadar bahan kering sirup akan semakin meningkat. Setiap pemutusan ikatan glikosidik akan menarik molekul air dalam substrat. Air bebas dalam substrat bukan komponen bahan kering sirup, namun setelah masuk dalam molekul sakarida pada waktu proses pemutusan ikatan, air ini akan menjadi komponen bahan kering sirup. Oleh karena itu semakin banyak molekul sederhana gula pereduksi yang dihasilkan, maka kadar bahan kering sirup juga akan semakin meningkat. Gambar 21. Kadar bahan kering sirup glukosa hidrolisis asam Setelah proses purifikasi tidak dilakukan pemekatan terhadap sirup glukosa sehingga nilai kadar bahan kering yang dihasilkan masih rendah. Dari hasil analisis keragaman, daerah asal pati tidak berpengaruh nyata terhadap kadar bahan kering sirup glukosa hidrolisis asam. Nilai pH yang diperoleh sirup glukosa hidrolisis asam berkisar antara 6,11 - 6,88. Nilai pH tidak ada yang mencapai pH 7 untuk semua daerah asal pati sagu, bahkan untuk pati jagung dan tapioka juga tidak mencapai 50 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 Bahan Baku pH pH 7. Hal ini berkaitan dengan proses netralisasi yang dilakukan pada saat pati selesai dihidrolisis oleh asam. Kemungkinan, ada sebagian kecil HCl yang tidak bereaksi dengan NaOH membentuk garam. Histogram pH sirup glukosa disajikan pada Gambar 22. Dari analisis keragaman, daerah asal pati sagu berpengaruh nyata terhadap nilai pH yang diperoleh. Gambar 22. pH sirup glukosa hidrolisis asam 51 V . K E S I M P U L A N D A N S A R A N

A. KESIMPULAN