2.1.3.3 Komik Sebagai Media Pembelajaran
Komik merupakan salah satu media grafis yang memiliki keunggulan dan keunikan tersendiri. Dari beberapa media grafis, gambar diam dalam hal ini komik
merupakan jenis yang mudah dikenali dan mudah dimengerti. Gambar didefinisikan sebagai representasi visual dari orang, tempat, ataupun benda yang diwujudkan diatas
kanvas, kertas, atau bahan lain, baik dengan cara lukisan, gambar ataupun foto. Ukuran foto atau gambar disesuaikan dengan keperluan, pemanfaatan gambar dalam
proses pembelajran sangat membantu pengajar dalam beberapa hal seperti yang dikemukakan oleh Hack Bart dalam Unno, 2008 :119 sebagai berikut.
a Menarik perhatian, pada umumnya semua orang senang melihat foto atau gambar
b Menyediakan gambar nyata suatu objek yang karena dianggap suatu hal tidak mudah untuk diamati
c Unik d Memperjelas hal-hal yang bersifat abstrak
e Mampu mengilustrasikan suatu proses Kurnia 2008 menyebutkan hal yang positif dari komik dan hal yang negatif
dari komik. a. Kelebihan Komik
1 Komik merupakan media pembelajaran yang sangat potensial Aspek visual merupakan salah satu yang ditawarkan oleh komik.
Berbeda dengan televisi yang lebih memaksa mata dan telinga, komik
mendorong kita untuk mengoptimalkan mata untuk mencermati panel-panel dan teks yang disertakan. Kebanyakan orang merupakan pembelajar visual
yang mengasosiasikan kepingan informasi dengan imaji tertentu Ascott 2006. Jadi, komik dapat dipakai untuk menolong -- khususnya anak-anak --
dalam pembelajaran pada hampir seluruh topik, misalnya sebagaimana dikemukakan berikut ini.
a Mengenal konsep b Belajar berhitung
c Mengenal lingkungan dan alam sekitar d Memperkenalkan firman tuhan
e Membantu untuk memahami cerita f Mendorong minat baca
2 Komik mengajarkan nilai-nilai moral Sejumlah komik menghadirkan nilai-nilai moral yang penting dikenal oleh
siapa saja. Sebut saja nilai persahabatan, kerja keras, kebersamaan, kegigihan dan semangat pantang menyerah. Komik olah- raga umumnya mengajarkan
nilai kerja keras, kegigihan, dan semangat pantang menyerah. Pesan umum yang disampaikan biasanya semakin gigih kamu berusaha, semakin dekat
pula dirimu pada keberhasilan. 3 Komik merupakan sarana hiburan yang tidak memakan waktu.
Untuk mengisi kejenuhan, komik bisa menjadi alternatif yang sangat cocok. Waktu yang dibutuhkan untuk membaca komik tidak seperti ketika membaca
novel. Sebab ada banyak yang dapat diringkas oleh komik, misalnya penggambaran ekspresi wajah dan penjelasan latar tempat.
b. Kekurangan Komik Memang tidak semua isi komik memberikan pengajaran yang positif. Di balik
nilai-nilai yang telah disebutkan di atas, komik pun memberikan dampak buruk yang perlu diwaspadai oleh para penggemarnya. Oleh karena itu, hal-hal berikut ini perlu
diwaspadai. 1 Komik membatasi bahkan memungkinkan penumpulan imajinasi.
Terlalu banyak mengonsumsi komik pada bisa menumpulkan imajinasi pembaca. Perhatikanlah prosa, seperti novel atau cerpen yang banyak
menggambarkan wajah tokoh tertentu dengan kata-kata daripada gambar. Pembaca diajak untuk membayangkan seperti apa wajah tokoh tersebut. Atau
ketika penulis menggambarkan latar tempat. Aspek-aspek inilah yang dalam komik diterjemahkan dalam gambar dan membuat pembaca langsung
menikmatinya, tanpa harus membayangkan penggambaran tersebut lewat pikirannya. Mula-mula, imajinasi hanya terbatas pada apa yang digambarkan.
Namun akhirnya, imajinasi bisa tumpul. Misalnya, hanya bisa membayangkan latar tempat sebagaimana digambarkan pada komik atau hanya bisa
menggambar tokoh-tokoh seperti yang digambarkan komikus terkait. 2 Tidak mampu menikmati dan mengapresiasi karya-karya sastra
Ketidakmampuan untuk menggunakan imajinasi akhirnya bisa membuat kita sulit menangkap penggambaran yang diberikan cerpen atau novel. Kalaupun
dapat, pembayangan yang kita miliki mungkin hanya terpaku pada pengalaman kita pada latar lingkungan yang ditampilkan komik. Akhirnya,
kita bisa kesulitan untuk merasakan keindahan kosakata yang dipakai penulis. 3 Komik menimbulkan efek adiktif.
Efek adiktif yang timbul bisa berupa keinginan untuk segera menikmati seri sambungan umumnya karena penasaran atau sekadar membaca lebih banyak
komik lainnya. Efeknya, selain menghabiskan banyak dana untuk menyewa atau membeli edisi demi edisi, rasa penasaran juga bisa mendorong kita untuk
lebih banyak menghabiskan waktu bersama komik. 4 Komik lebih eksplisit menggambarkan adegan.
Adegan-adegan kekerasan dan bernuansa pornografi juga tergambar dengan lebih jelas dalam komik. Hal ini sudah pasti tidak akan baik bila dikonsumsi
oleh anak-anak di bawah umur. Beberapa komik juga mengikuti praktik atau kebiasaan yang berkenaan erat dengan okultisme misalnya, pada komik seri-
seri misteri, sedangkan yang lain dikaitkan dengan masalah-masalah sosial seperti homoseksualitas dan penyalahgunaan obat-obatan Lorelli 2006.
Kondisi ini diperparah dengan anggapan bahwa komik merupakan konsumsi anak-anak. Memang kini ada pelabelan, meski hal ini tidak banyak
berpengaruh. http:pelitaku.sabda.orgkomik_di_antara_pro_dan_kontra_menggali_nilai_d
ari_jalinan_gambar
Menurut Rahayuningsih 2005:38 media komik yang digunakan dan dibaca
siswa dalam pembelajaran memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut. Keunggulan media komik
a. Komik sangat menarik karena ilustrasinya, cerita yang ringkas, perwatakan orangnya realistic, dan dapat digunakan sebagai hiburan
b. Dapat menambah perbendaharaan kata pembacanya c. Menciptakan minat baca siswa
d. Memperluas pengetahuan dan minat apresiasi siswa. Isna 2009 memaparkan bahwa komik sangat digemari oleh siswa, selain
memiliki banyak kelebihan komik juga terdapat sisi negatifnya, banyak komik di pasaran membuat guru maupun orang tua perlu mengarahkan mereka untuk tidak
sembarangan memilih atau membaca komik. Komik-komik yang komersial dan tidak baik mutunya tidak sesuai dengan usia anak dapat mempengaruhi perilaku siswa.
Komik memiliki ilustrasi yang menarik, kata-kata yang ringkas dihafalkan membuat siswa cenderung meniru, baik karakter tokoh-tokohnya, gerak-geriknya, maupun gaya
dan kata-kata yang diucapkan para tokoh. Bila ada kata-kata buruk pada komik tersebut, maka siswa juga akan merekam dalam ingatan mereka dan suatu saat
mereka bisa menirukannya. Sehingga ada baiknya jika konsep positif komik dipadukan dengan materi pelajaran, sehingga sisi negatif dari komik dapat
diminimalisasi. Beberapa penelitian pembelajaran dengan komik sebagai medianya telah di
lakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Skripsi Penelitian Tindakan Kelas oleh
Yustika 2009 yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam
Pelajaran Sejarah Kelas XI Is 3 SMA Negeri 1 Tahunan melalui Media Komik Tahun Ajaran 20082009
” bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah pada pokok bahasan Upaya mempersiapkan
kemerdekaan Indonesia dengan penggunaan media komik. Dan hasilnya penggunaan media komik sebagai variasi dalam pembelajaran dapat membangkitkan minat serta
hasil belajar siswa. Dalam skripsi Setyowati 2007 yang berjudul Peningkatan Keterampilan
Membaca Nyaring Melalui Media Komik Berbahasa Jawa Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Magersari Kabupaten Rembang Tahun ajaran 20062007 memperoleh hasil
penelitian yang positif. Dengan ditandai para siswa menjadi lebih terampil dalam membaca nyaring melalui komik berbahasa jawa serta keterampilan membaca
nyaring berbahasa Jawa meningkat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan media komik berbahasa Jawa dalam pembelajaran membaca nyaring siswa kelas IV
SD Magersari Rembang ini terbukti dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca nyaring bahasa jawa.
Isna 2009 melakukan penelitian Research and Development R and D mengenai penggunaan bahan ajar berbentuk komik dengan judul Pengembangan
Bahan Ajar Berbentuk Komik Tentang Kepadatan Populasi Manusia Hubungannya dengan lingkungan untuk SMPMTs di Pringapus. Hasilnya secara umum terdapat
peningkatan hasil belajar dari para siswa. Hal ini karena komik membantu peserta didik dalam menguasai konsep-konsep materi pembelajaran yang diajarkan dengan
tercapainya indikator yang diharapkan. Komik dirasa menarik minat siswa karena baru pertama kali diberikan kepada siswa sehingga menciptakan suasana belajar yang
kondusif. Ketiga penelitian di atas memiliki persamaan yakni mengulas tentang manfaat
penggunaan media komik dalam pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, penelitian tersebut menunjukkan peningkatan dalam pembelajaran baik minat
maupun hasil belajar pada masing-masing mata pelajaran setelah menggunakan media komik sebagai alat media pembelajaran. Perbedaan penelitian yang telah
dilaksanakan oleh ketiga peneliti diatas dengan penelitian yang akan dilaksanakan peneliti terletak pada materi, jenis penelitian dan jenjang sekolah. Berdasarkan hasil
penelitian-penelitian tersebut menunjukkan peningkatan dalam pembelajaran baik minat maupun hasil belajar pada masing-masing mata pelajaran setelah menggunakan
media komik sebagai alat media pembelajaran. Komik dan pelajaran IPS khususnya materi sejarah merupakan dua hal yang
berbeda bahkan saling bertolak belakang. Komik terdiri dari serangkaian cerita yang diceritakan secara singkat dan menarik, namun isi cerita dari komik kadang tidak
mendidik Isna 2009. Sedangkan sejarah adalah mata pelajaran yang berisi tentang teori-teori dan hal-hal mengenai masa yang telah lampau dengan materi yang cukup
panjang dan terkesan monoton. Jika pelajaran sejarah dikemas dalam bentuk komik maka hal tersebut adalah inovasi bagi pembelajaran sejarah.
2.1.4 Historical Comic