PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF IPS SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA POKOK BAHASAN INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDHA UNTUK SISWA KELAS VII SMP.

(1)

PENGEMBANGA SEJARAH UNTUK BAHASAN INDON

g

PROG JURUSAN K

UN

GAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTE UK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PA

NESIA PADA MASA HINDU-BUDHA UNTU SMP

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Ricky Maulana Abi Antoro NIM. 11105244026

GRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKA KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PEND

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2016

TERAKTIF IPS PADA POKOK TUK KELAS VII

KAN DIDIKAN


(2)

ii MOTTO

Bangsa ku adalah Bangsa pejuang, jika saya harus berhenti untuk berjuang, apa yang bisa saya berikan untuk Bangsa ini


(3)

(4)

(5)

v MOTTO

Bangsaku Adalah Bangsa pejuang, jika saya berhenti untuk berjuang apa yang bisa saya berikan untuk Bangsa ini


(6)

vi

PERSEMBAHAN

Sebuah karya dengan ijin Allah SWT dapat kuselesaikan dan sebagai ucapan rasa syukur serta terimakasih karya ini dengan sepenuh hati dan keikhlasan kupersembahkan kepada:

1. Orang tua tercinta (Budi Antoro dan Sri Harsmani), yang senantiasa memberikan doa, kasih sayang, nasehat, bimbingan, serta semangat.

2. Almamater Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY. 3. Agama, Nusa, dan Bangsa.


(7)

vii

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF IPS SEJARAH UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PADA POKOK BAHASAN INDONESIA PADA MASA HINDU-BUDHA UNTUK SISWA

KELAS VII SMP Oleh

Ricky Maulana Abi Antoro NIM 11105244026

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengembangkan produk multimedia pembelajaran interaktif IPS Sejarah pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha yang layak digunakan siswa kelas VII SMP N 2 Trucuk Klaten, dan 2) Mengetahui peningkatan minat belajar siswa menggunakan multimedia pembelajaran interaktif pada pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pengembangan yang diadaptasi dan dimodifikasi dari sepuluh langkah penelitian dan pengembangan Borg dan Gall dengan beberapa tahap, yaitu: 1) Penelitian awal dan pengumpulan informasi, 2) perencanaan, 3) pengembangan bentuk awal produk, 4) uji coba lapangan awal, 5) revisi hasil ujicoba lapangan awal, 6) uji coba lapangan utama, 7) revisi hasil produk uji lapangan utama, 8) uji pelaksanaan produk, 9) revisi akhir. Kelayakan produk didasarkan pada hasil penilaian ahli materi, ahli media, dan siswa sebagai pengguna. Data peningkatan minat belajar melalui cara pengukuran yang mengadaptasi dan memodifikasi menurut cara mengukur menurut Super dan Crities yaitu melalui pernyata senang dan tidak senang, pengamatan langsung, danpretestdanposttest.

Hasil pengembangan multimedia pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha memperoleh penilaian layak dari ahli materi, ahli media, dan uji lapangan. Sementara itu hasil implementasi pengembangan multimedia pembelajaran interaktif IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha dapat meningkatkan minat belajar siswa kelas VII SMP Negeri 2 Trucuk, Kabupaten Klaten.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan Fakultas IlmuPendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan yang dimiliki tidak dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik tanpa batuan, saran, dorongan, dan perhatian dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini dengan segenap kerendahan hati perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.

2. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNY yang telah menyetujui usulan judul skripsi ini.

3. Dr. Ch. Ismaniati, M. Pd., selaku pembimbing I Tugas Akhir Skripsi yang tidak pernah bosan memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, nasihat, serta ilmu dan pengetahuan kepada penulis sampai penulisan skripsi ini.

4. Deni Hardianto, M. Pd., selaku pembimbing II Tugas Akhir Skripsi yang tidak pernah bosan memberikan bimbingan, pengarahan, dukungan, nasihat, serta ilmu dan pengetahuan kepada penulis sampai penulisan skripsi ini.

5. Wasana S. Pd., selaku Kepalas Sekolah SMP Negeri 2 Trucuk Klaten yang telah memberikan izin dan dukungan dalam penelitian.


(9)

ix

6. Wahyono, S. Pd., selaku guru pengampu mata pelajaran IPS Sejarah kelas VII yang telah memberikan bantuan dan bimbingan yang sangat berguna selama penelitian.

7. Bapak, Ibu, Alm. Kakek, Nenek, dan Adikku, terima kasih atas dukungan dan doa kepada penulis.

8. Teman-teman seperjuangan jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan 2011 yang selalu setia menjadi pendengar dan teman diskusi ketika penulis mengalami kesulitan dan kehilangan semangat.

9. Semua pihak yang telah berjasa membantu terlaksananya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, Desember 2015 Penulis,

Ricky Maulana Abi Antoro NIM 11105244026


(10)

x DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

G. Spesifikasi Produk... 11


(11)

xi BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian IPS Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha.. 14

1. Pengertian, Fungsi, Tujuan, Ruang Lingkup, Mata Pelajaran Sejarah di SMP... 14

2. Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha ... 17

a. Kompetensi Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha ... 17

b. Analisis Instruksional Kompetensi Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha ... 19

c. Materi Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha ... 23

B. Pembelajaran IPS Sejarah di Sekolah Menengah Pertama ... 27

1. Pengertia Pembelajaran ... 27

2. pembelajaran Sebagai Sistem... 28

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran ... 35

4. Proses Pembelajaran IPS Sejarah di Sekolah Menengah Pertama... 38

C. Kajian Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha ... 41

1. Pengertian Multimedia ... 41

2. Model Penyajian Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 43

3. Karakteristik Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah ... 45

4. Komponen Dalam Multiedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah ... 51

5. Teori yang Melandasi Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah ... 53

6. Kelemahan dan Kelebihan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah ... 53


(12)

xii

7. Tahap Pengembangan Multimedia Pembelaajaran Interaktif

IPS Sejarah ... 58

D. Minat Belajar IPS Sejarah ... 61

1. Pengertian Minat Belajar IPS Sejarah... 61

2. Unsur-Unsur Minat Belajar IPS Sejarah ... 63

3. Fungsi Minat Belajar IPS Sejarah ... 66

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar IPS Sejarah 67 5. Cara Mengukur Minat Belajar IPS Sejarah... 69

6. Ciri-Ciri Siswa Mempunyai Minat Belajar IPS Sejarah ... 71

E. Pertanyaan Penelitian ... 71

F. Karakteristik Siswa SMP ... 72

G. Penelitian yang Relevan ... 77

H. Kerangka Pikir... 77

BAB III METODE PENELITIAN A. JenisPenelitian ... 80

B. Prosedur Penelitian... 81

1. Penelitian Awal dan Pengumpulan Informasi Awal ... 84

2. Perencanaan... 86

3. Pengembangan Bentuk Awal Produk... 87

4. Uji Coba Lapangan Awal ... 92

5. Revisi Hasil Uji Coba... 93

6. Uji Coba Lapangan Utama... 93

7. Revisi Produk ... 93

8. Uji Pelaksanaan Lapangan ... 93

9. Revisi Produk Akhir... 94

C. Validasi Ahli ... 96

D. Subjek Uji Coba ... 96

E. Instrumen dan Validasi Instrumen Pengumpulan Data... 97


(13)

xiii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 111

B. Pembahasan ... 169

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 183

B. Saran ... 184

C. Keterbatasan Penelitian ... 184

DAFTAR PUSTAKA ... 186


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. Standar Kompetensi Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa

Hindu-Budha (Dalam Panduan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan) ... 18

Tabel 2. Korelasi Psikologi Antara Warna dan Manusia... 47

Tabel 3. Kesesuaian Penggunaan Warna ... 48

Tabel 4. Kisi-Kisi Instrumen Untuk Ahli Media ... 99

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Untuk Ahli Materi ... 99

Tabel 6. Kisi-Kisi Instrumen Angket Pengumpulan Data Awal Bagi Siswa Kelas VII ... 101

Tabel 7. Kisi-Kisi Instruen Bagi Sisa... 102

Tabel 8. Kisi-Kisi Instrumen Minat Belajar Siswa ... 103

Tabel 9. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Kepala Sekolah... 104

Tabel 10. Kisi-Kisi Instrumen Wawancara Guru IPS Sejarah... 105

Tabel 11. Kriteria Penilaian ... 107

Tabel 12. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 1 Terhadap Aspek Pembelajaran ... 127

Tabel 13. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 1 Terhadap Aspek Materi... 129

Tabel 14. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 2 Terhadap Aspek Pembelajaran ... 137

Tabel 15. Hasil Penilaian Ahli Materi Tahap 2 Terhadap Aspek Materi... 139

Tabel 16. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 1 Terhadap Aspek Tampilan .... 142

Tabel 17. Hasil Validasi Ahli Media Tahap 1 Terhadap Aspek Pemrograman ... 144

Tabel 18. Hasil Penilaian Ahli Media Tahap 2 Terhadap Aspek Tampilan .... 150

Tabel 19. Hasil Validasi Ahli Media Tahap 2 Terhadap Aspek Pemrograman ... 153


(15)

xv

Tabel 20. Hasil Uji Lapangan Awal... 157 Tabel 21. Hasil Uji Coba Lapangan Utama ... 160 Tabel 22. Hasil Uji Pelaksanaan Lapangan... 164 Tabel 23. Data Minat Sebelum Diberikan Multimedia Pembelajaran dan

Data Minat Setelah Diberikan Multimedia Pembelajaran Siswa


(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

hal Bagan 1. Hasil Analisis Standar Kompetensi Pada Pokok Bahasan

Indonesia Pada Masa Hindu-Budha ... 23 Bagan 2. Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Borg & Gall ... 82 Bagan 3. Penelitian dan Pengembangan Multimedia Pembelajaran Sejarah


(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

hal

Gambar 1. Tampilan Tata Tulis Sebelum Direvisi ... 130

Gambar 2. Tampilan Tata Tulis Sesudah Direvisi ... 131

Gambar 3. Tampilan Gambar Materi Sebelum Direvisi ... 132

Gambar 4. Tampilan Gambar Materi Setelah Direvisi ... 132

Gambar 5. Tampilan Tata Letak Sub Materi Sebelum Direvisi... 133

Gambar 6. Tampilan Tata Letak Sub Materi Setelah Direvisi... 134

Gambar 7. TampilanCoverMultimedia Sebelum Direvisi ... 145

Gambar 8. TampilanCoverMultimedia Sesudah Direvisi ... 146

Gambar 9. TampilanFontMultimedia Sebelum Direvisi ... 147

Gambar 10. TampilanFontMultimedia Setelah Direvisi... 147

Gambar 11. Tampilan Tombol Multimedia Sebelum Direvisi ... 148

Gambar 12. Tampilan Kemasan Luar Sebelum Direvisi ... 154

Gambar 13. Tampilan Kemasan Luar Setelah Direvisi ... 155

Gambar 14. Kesalahan Produk Berdasarkan Hasil Uji Coba Lapangan Awal 158 Gambar 15. Revisi Produk Berdasarkan Hasil Uji Coba Lapangan Awal... 159

Gambar 16. Kesalahan Produk Berdasarkan Hasil Uji Coba Lapangan ... 162


(18)

xviii

DAFTAR DIAGRAM

hal

Diagram 1. Validasi Aspek Pembelajaran Tahap 1 ... 125

Diagram 2. Validasi Aspek Materi Tahap 1... 128

Diagram 3. Validasi Aspek Pembelajaran Tahap 2 ... 135

Diagram 4. Validasi Aspek Materi Tahap 2... 138

Diagram 5. Validasi Aspek Tampilan 1 ... 140

Diagram 6. Validasi Aspek Pemrograman Tahap 1... 143

Diagram 7. Validasi Aspek Tampilan Tahap 2... 149

Diagram 8. Validasi Aspek Pemrograman Tahap 2 ... 152


(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Kelengkapan Multimedia Pembelajaran... 193

Lampiran 2. Instrumen Angket Siswa ... 194

Lampiran 3. Rekapitulasi Hasil Pengumpulan Data Awal ... 197

Lampiran 4.Silabus ... 200

Lampiran 5.Peta Kompetensi ... 202

Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 203

Lampiran 7. GBIPMP ... 207

Lampiran 8.Flowchart... 208

Lampiran 9.Storyboard... 209

Lampiran 10. Kemasan Luar... 214

Lampiran 11. Penilaian Multimedia Tahap 1... 215

Lampiran 12. Penilaian Multimedia Tahap 2... 221

Lampiran 13. Surat Keterangan Validasi Materi ... 227

Lampiran 14. Surat Keterangan Validasi Media... 228

Lampiran 15. Lembar Evaluasi Multimedia Pembelajaran Untuk Siswa ... 229

Lampiran 16. Lembar Angket Minat Untuk Siswa Sebelum Diberikan Multimedia Pembelajaran ... 231

Lampiran 17. Lembar Angket Minat Untuk Siswa Sesudah Diberikan Multimedia Pembelajaran ... 232

Lampiran 18. Komentar Pada Multimedia Pembelajaran ... 236

Lampiran 19. Hasil Uji Coba Lapangan Awal... 239

Lampiran 20. Hasil Uji Coba Lapangan ... 240

Lampiran 21. Hasil Uji Pelaksanaan Lapangan ... 241

Lampiran 22. Hasil Minat Sebelum Diberikan Multimedia... 243

Lampiran 24. Dokumentasi... 247


(20)

xx

Lampiran 26. Surat Perijinan Fakultas Ilmu Pendidikan UNY ... 250 Lampiran 27. Surat Perijinan SMP N 2 Trucuk Klaten ... 251 Lampiran 28. Surat Izin Permohonan Penggunaan Instrumen... 252


(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran sejarah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) memiliki peran dalam mengaktualisasikan dua unsur pembelajaran dan pendidikan. Unsur pertama adalah pembelajaran (instruction) dan pendidikan intelektual (intellectual training), dan unsur kedua adalah pembelajaran dan pendidikan moral bangsa dan civil society yang demokratis dan bertanggung jawab kepada masa depan bangsa. Unsur pembelajaran (instruction) dan pendidikan intelektual (intellectual training) pada pembelajaran sejarah tidak hanya memberikan gambaran mengenai masa lampau, tetapi juga memberikan latihan berpikir kritis, menarik kesimpulan, menarik makna dan nilai dari peristiwa sejarah yang dipelajari.

Pembelajaran sejarah dipandang sebagai ilmu yang sulit dipahami, karena pada hakekatnya materi pembelajaran sejarah merupakan hafalan. Akibatnya, mayoritas siswa di Indonesia masih menggangap pembelajaran sebagai hal yang membosankan, sehingga siswa kurang berminat untuk belajar sejarah. Padahal pembelajaran sejarah sangat penting sebagai bekal hidup. Pengalaman dari belajar sejarah menjadikan siswa berkepribadian kuat, mengerti sesuatu agar dapat menentukan sikapnya. Pentingya belajar sejarah untuk kehidupan sehari-hari membuat siswa mempunyai alat untuk menyingkap tabir rahasia gerak masyarakat, dengan sejarah dapat diketahui hasil-hasil perjuangan sejak jaman


(22)

dahulu. Oleh karena itu, sejarah merupakan mata pelajaran yang ada di setiap jenjang lembaga pendidikan baik dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran sejarah lebih diutamakan dibandingkan dengan prosesnya. Upaya ini dapat melemahkan minat peserta didik dalam belajar sejarah.

Sejarah merupakan ilmu yang mendasari perkembangan kehidupan dari berbagai bidang, sejarah mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia melalui pemahaman peristiwa yang dipelajarinya. Perkembangan yang sangat pesat di berbagai bidang kehidupan dilandasi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, dan dipelajari, kemudian dikaitkan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa sekarang.

Mata pelajaran sejarah perlu diberikan kepada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk membekali siswa dengan kemampuan berpikir kronologis, komprehensif, interpretasi, analisis, meneliti, melakukan analisis terhadap isu-isu sejarah. Kemampuan tersebut sangat diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu mengalami perkembangan, tidak pasti dan kompetitif (Depdiknas, 2006: 395).

Tujuan pembelajaran sejarah yang dijabarkan oleh Clark (1973: 179) dirumuskan bahwa mata pelajaran sejarah bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagi berikut:


(23)

(1)To teach pupils to think Historically-that is, to use the historical method, to understand the structure of history, and to utilize the past in studying the present and the fiture. (2) to teach pupils to think creatively. (3) To explain the present (learning how to present got to the way it is, using the knowledge of the past to understand the present in order to help solve contemporary problems), (4) to understand the sweep of history, that is, that the status of anything today is the result of what happened in the past and in time what happens today will, in one way or another, influence the fiture. (5) to enjoy history...(6) to help the pupils to become familiar with that body of knowledge that is history.

Berdasarkan pendapat diatas mengenai tujuan pembelajaran sejarahyang dijabarkan oleh Clark (1973: 179) bahwa dirumuskan tujuan mata pelajaran sejarah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:1. Mengajar siswa untuk berpikir historis dengan menggunakan metode historis, dan untuk memanfaatkan masa lalu dalam mempelajari masa sekarang dan masa depan. 2. Mengajar siswa untuk berpikir kreatif. 3. Untuk menjelaskan masa sekarang (belajar bagaimana masa sekarang, menggunakan pengetahuan masa lampau untuk memahami masa sekarang untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah kontenporer), 4. Untuk menjelaskan sejarah bahawa status apapun hari ini adalah hasil dari apa yang terjadi di masa lalu, dan pada waktunya apa yang terjadi hari ini akan mempengaruhi masa depan. 5. Menikmati sejarah. 6. Membantu siswa akrab dengan unsur-unsur sejarah.

Ketidaan minat menjadi salah satu faktor internal yang mempengaruhi mengapa siswa tidak terlibat aktif dalam setiap proses tahapan kegiatan belajar mengajar (Slameto, 2003: 57). Pernyataan tersebut menegaskan bahwa minat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa.


(24)

Berdasarkan pengamataan dan wawancara pada tanggal 26 Mei 2015 yang dilakukan peneliti di SMP Negeri 2 Trucuk yang dipelajari siswa kelas VII dalam mata pelajaran sejarah meliputi Indonesia pada masa Hindu-Budha, Indonesia pada masa Islam, dan pada tanggal 2 Juni 2015 dilakukan penyebaran angket di kelas VII D, penyebaran angket dilakukan secara random sampling kepada 20 siswa untuk mengetahui pada pokok bahasan apa siswa kurang tertarik untuk mengikutnya. Bahwa diketahui hasil dari 20 angket yang disebarkan 13 siswa menjawab pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha, 4 siswa menjawab Indonesia pada masa Islam, 2 siswa menjawab, dan 1 siswa menjawab Masa Kolonial Eropa di Indonesia. Dapat diketahui siswa kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha yang dapat dilihat dari rata-rata jawaban angket yang telah disebarkan kepada 20 siswa.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurangnya minat siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah pada materi Indonesia pada masa Hindu-Budha, anatara lain: (1) Sulit memahami materi sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha, daya tarik siswa terhadap materi Indonesia pada masa Hindu-Budha masih kurang disebabkan cara mengajar guru masih menggunakan metode konvesional, Sehingga siswa kurang aktif dan cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran (2) Guru masih menggunakan media pembelajaran yang hanya berupa LKS. Dalam proses pembelajaran hanya melihat dari Lembar Kerja Siswa (LKS) yang memiliki kualitas yang kurang baik


(25)

dan kurang menarik. Hal ini akan mengurangi minat belajar siswa dalam proses pembelajaran sejarah. (3) Keterbatasan waktu pembelajaran menjadi kendala bagi guru untuk menyampaikan materi pelajaran, mengingat banyaknya kompetensi yang harus ditempuh siswa dalam mata pelajaran sejarah. (4) Sarana dan prasarana yang terdapat di sekolah seperti laptop, proyektor dan laboratorium komputer belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembelajaran sejarah.

Pengoptimalan dalam meningkatkan minat belajar siswa pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha perlu dilakukan pengembangan dalam media pembelajaran, seperti halnya Lembar Kerja Siswa (LKS) yang masih memiliki kualitas yang kurang baik dan kurang menarik. Hal tersebut dapat digantikan dengan media yang memiliki kualitas gambar yang lebih baik dan lebih menarik.

Berdasarkan kegiatan pengamatan belajar di dalam kelas, metode belajar yang diterapkan guru di kelas masih bersifat konvensional, sehingga siswa kurang aktif dan cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran. Permasalahan tersebut dapat diatasi menggunakan media pembelajaran yang dirancang dalam bentuk multimedia pembelajaran interaktif, dengan menggunakan beberapa unsur media penyampaian materi yang variatif, berupa teks, gambar, audio, video yang belum tersedia untuk mata pelajaran sejarah. Berdasarkan pembagian angket pada tanggal 28 Mei 2015 di kelas VII di SMP N 2 Trucuk kepada 30 siswa secararandom samplingmengenai pembelajaran yang diinginkan oleh siswa untuk mata pelajaran di sekolah, bahwa diketahui hasil


(26)

dari penyebaran angket tersebut antara lain, 26 siswa memilihmenggunakan komputer dengan gambar yang lucu, 2 siswa memilih mendengarkan penjelasan guru, 2 siswa memilih menggunakan buku cetak. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan komputer dengan gambar lucu (multimedia pembelajaran) yang akan dikembangkan berdasarkan kebutuhan minat pembelajaran yang diinginkan oleh siswa kelas VII SMP N 2 Trucuk Kabupaten Klaten.

Penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dalam pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha memiliki keunggulan, media pembelajaran yang memiliki kualitas gambar yang baik dan menarik, media pembelajaran yang menggunakan beberapa unsur media yang variatif, seperti teks, audio,

audiovisual, selain itu multimedia pembelajaran interaktif menjadi media yang mampu mengatasi kurang efektifnya waktu pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

Sarana dan prasarana merupakan fasilitas untuk menunjang proses pembelajaran, namun di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten sarana dan prasarana seperti laboratorium komputer dan proyektor belum dimanfaatkan secara optimal. Seperti yang dijelaskan oleh Steineberg (1991: 2) bahwa komputer dapat membantu pembelajaran dengan berbagai cara, yaitu menyajikan materi atau berinteraksi dengan siswa, yaitu dengan cara menampilkan turorial baik secara individual maupun kelompok. Di sisi lain guru dan siswa di SMP N 2 Trucuk rata-rata melek teknologi. Sehingga hal tersebut


(27)

sangat mendukung apabila dilaksanakan pembelajaran menggunakan komputer dalam hal ini adalah multimedia pembelajaran interaktif.

Pembelajaran dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif harapanya mampu menjadi jembatan bagi guru untuk memfasilitasi siswa agar minat belajar pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha meningkat, sehingga hasil belajar siswa dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang dicapai merupakan salah satu indikator tercapainya kualitas pendidikan yang lebih baik. Untuk itu peneliti bermaksud meneliti dalam penulisan skripsi yang berjudul:

“Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha Untuk Kelas VII SMP.”


(28)

B. Identifikasi Masalah

Atas dasar pemikiran yang sudah dituliskan di atas, maka dapat diidentifkasi permasalahan sebagai berikut:

1. Siswa kelas VII SMP N 2 Trucuk mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha, hal itu disebabkan karena daya tarik siswa terhadap materi Indonesia pada masa Hindu-Budha masih kurang, sehingga siswa terlalu cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran.

2. Lembar Keja Siswa (LKS) yang digunakan guru dalam menyampaikan materi masih memiliki kualitas kurang baik, dan kurang menarik.

3. Cara mengajar guru masih menggunakan metode konvesional. 4. Terbatasnya waktu guru untuk menyampaikan materi pelajaran.

5. Belum optimalnya dalam pemanfaatan sarana dan prasarana di SMP Negeri 2 Trucuk.

6. Belum adanya penggunaan multimedia pembelajaran interaktif pada mata pelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok permasalahan yang dapat diidentifikasi, peneliti membatasi pada pokok permasalahan nomer 1 dan 6, yaitu mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif yang belum digunakan pada mata pelajaran sejarah di SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten dan mengetahui hasil peningkatan minat belajar siswa kelas VII menggunakan multimedia


(29)

pembelajaran interaktif pada mata pelajaran sejarah pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Bagaimana mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif yang layak digunakan untuk pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha.

2. Bagaimana peningkatan minat belajar siswa menggunakan multimedia pembelajaran interaktif pada pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pengembangan penelitian ini adalah

1. Mengembangkan multimedia pembelajaran interaktif yang layak digunakan untuk pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha.

2. Untuk mengetahui peningkatan minat belajar siswa pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha VII SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten.


(30)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat sebagai usaha untuk mengetahui pengaruh peningkatan minat belajar siswapada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif yang dikembangkan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Hasil penelitian ini dapat membantu siswa untuk meningkatkan minat belajar siswapada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswadi kelas VII SMP Negeri 2 Trucuk.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini dapat membantu guru dalam menyampaikan materi dengan lebih mudah dan lebih efisien pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha kelas VII SMP Negeri 2 Trucuk.

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, dalam proses maupun hasil pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha kelas VII SMP Negeri 2 Trucuk sehingga kegiatan pembelajaran lebih bermakna dan menarik. Di samping itu, multimedia pembelajaran


(31)

interaktifyang dipakai dalam penelitian ini juga dapat diterapkan secara berlanjut sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

d. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman wawasan peneliti serta dapat menerapkanya di kehidupan yang akan datang.

G. Spesifikasi Produk

Multimedia pembelajaran interaktif yang diberi nama “Multimedia pembelajaran interaktif Indonesia pada masa Hindu-Budha” merupakan media pembelajaran yang dirancang khusus untuk pembelajaran kelas VII Sekolah Menengah Pertama dengan isi materi proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, daerah-daerah di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha, perkembangan kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia, peninggalan-peninggalan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia. multimedia interaktif ini digunakan dalam pembelajaran dengan modeltutorial, yaitu sebagai alat bantu guru dalam menyampaikan materi.

Produk multimedia interaktif dikembangkan dengan softwareMacromedia

Flash 8 , Adobe Photoshop CS3, Adobe Audition CS6, dan CorelDRAW

X5.Macromedia Flash 8 digunakan untuk mengembangkan program.Adobe

Photoshop CS3 dan CorelDRAW X5 digunakan untuk editing gambar.Adobe

Audition CS6digunakan untukeditingsuara.

Multimedia pembelajaran interaktif yang dikembangkan memiliki beberapa keunggulan. Diantaranya dari segi isi materi, tampilan, suara, dan


(32)

pemrogramanya.Isi materi dari multimedia interaktif ini adalah proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, daerah-daerah di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha, perkembangan kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia. Materi tersebut disesuaikan dengan silabus dan Rancangan Program Pembelajaran (RPP) mata pelajaran sejarah dari kelas VII SMP Negeri 2 Trucuk sehingga multimedia interaktif sangat sesuai digunakan dalam pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha pada kelas VII Sekolah Menengah Pertama.

Tampilan multimedia pembelajaran interaktif ini sangat berkualitas, misalnya menggunakan warna yang cerah, menggunakan gambar yang jelas dan konsep pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik anak usia kelas VII Sekolah Menengah Pertama (12-13 tahun). Hal tersebut menunjukan bahwa multimedia pembelajaran interaktif ini mampu membuat siswa semakin tertarik dan memberikan kemudahan siswauntuk memahami mempelajari pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha.

Kualitas kejelasan suara yang digunakan dalam multimedia pembelajaran interaktif sangat diperhatikan. Multimedia pembelajaran interaktif ini menggunakan jenis musik instrumental daerah Jawa Barat yang sesuai dengan materi dan mampu meningkatkan motivasi belajar dan didukung petunjuk penggunaan yang bertujuan untuk menuntun pengguna ketika menggunakan program sejak awal sampai akhir sehingga membuat anak semakin memahami materi yang ada dalam multimedia interaktif ini.


(33)

Dari segi pemrogramanya, multimedia pembelajaran interaktif ini mudah dipahami dan dijalankan oleh anak, seperti kemudahan fungsi dan efektivitas tombol yang disesuaikan dengan anak usia kelas VII Sekolah Menengah Pertama, selain itu terdapat petunjuk penggunaan tombol untuk memudahkan anak dalam menjalankan multimedia pembelajaran interaktif ini.

Dengan demikian, multimedia interaktif ini memiliki keunggulan dari segi materi, tampilan, suara, dan pemograman sehingga sangat sesuai digunakan untuk media pembelajaran pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha kelas VII Sekolah Menengah Pertama.

H. Definisi Istilah

Multimedia interaktif ini merupakan sebuah alat menyampaikan materi dari guru dengan bantuan software yang dapat membuat siswa melakukan proses pembelajaran yang lebih efektif. Software digunakan sebagai alat untuk membantu guru menyampaikan materi, dengan kata lain media ini bukan merupakan media utama dalam pembelajaran tetapi lebih berfungsi sebagai media pengayaan (enrichment) bagi medium utama, yaitu guru yang mengajar di depan kelas.


(34)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pembelajaran Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha

1. Pengertian, Fungsi , Tujuan, Ruang Lingkup Sejarah Di SMP a. Pengertian Sejarah Di SMP

Mata pelajaran sejarah memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, hal ini disebabkan kehidupan saat ini mampu berkembang karena adanya peristiwa yang telah terjadi di masa lampau. Termasuk materi yang terdapat di dalamnya sampai dengan waktu, tokoh, tempat yang terjadi pada sebuah peristiwa. Pembelajaran sejarah berkaitan dengan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, generalisasi dan temuan-temuan penelitian yang ditentukan atau diobservasi setelah fakta terjadi yang berkaitan dengan isu sosial.

Menurut Gasalba dalam Basuki Dwi (2007: 59) menyatakan bahwa sejarah merupakan ilmu yang berusaha menentukan dan mewariskan pengetahuan masa lalu, sedangkan menurut (Aristoteles, Ensiklopedia sejarah: 2010) sejarah adalah suatu sistem yang meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi, Patrick Gardiner menyatakan sejarah sebagai ilmu yang mempelajari apa yang telah diperbuat oleh manusia (Ensiklopedia Sejarah, 2010). Dari beberapa pengertian yang telah dijelaskan oleh para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian sejarah


(35)

adalah pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat dari masa lampau hingga masa kini.

b. Fungsi Mata Pelajaran IPS Sejarah di SMP

Sejarah merupakan salah satu cabang Ilmu Pendidikan Sosial, maka fungsi mata pelajaran sejarah dirumuskan dalam tujuan mata pelajaran IPS.Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 mata pelajaran IPS di Sekolah Menengah Pertama mempunyai fungsi:

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkunganya.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, inkuiri, rasa ingin tahu, memecahkan masalah dan ketrampilan dalam kehidupan sosial dan kemanusiaan.

3) Memiliki kemampuan berkomunikasi, kerjasama dan kompetisi dalam masyarakat yang majemuk, tingkat lokal, nasional maupun global.

c. Tujuan Mata Pelajaran IPS Sejarah di SMP

Tujuan pembelajaran IPS Sejarah pada siswa Sekolah Menengah Pertama, Taksonomi Bloom membedakan beberapa aspek tujuan pengajaran IPS Sejarah yaitu aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan khusus dalam kaitanya dengan aspek pengertian sebagai tindak lanjut dari aspek pengetahuan biasanya ditekankan aspek pengertian sebagai tindak lanjut dari aspek pengetahuan tersebut.


(36)

Sedangkan menurut Wasino (dalam Basuki Dwi, 2007: 60), tujuan pembelajaran IPS Sejarah tingkat SMP/MI adalah untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan sebagai berikut:

1) Agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan pemahamansejarah.

2) Membangun kesadaran akan pentingnya waktu (time) yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan masa depan.

3) Melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta-fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan (sejarah).

4) Menumbuhkan apresiasi dan penghargaan terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban Bangsa Indonesia di masa lampau.

5) Menumbuhkan pemahaman terhadap peserta didik bahwa proses terbentuknya Bangsa Indonesia melalui proses yang panjang dan masih berposes hingga masa kini dan masa yang akan datang.

6) Menumbuhkan kesadaran dalam peserta didik bahwa mereka menjadi bagian dari Bangsa Indonesia yang harus memiliki rasa kebanggaan dan cinta tanah air yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kegiatan dan lapangan pengabdian.

Atas beberapa anggapan dari beberapa ahli pengajaran sejarah mengenai tujuan pembelajaran IPS Sejarah di Sekolah Menengah Pertama, maka disimpulkan tujuan pembelajaran IPS Sejarah di SMP yaitu


(37)

membentuk sikap dan ketrampilan siswa untuk berfkir kritis, historis, dan menumbuhkan pemahaman tentang terjadinya suatu peristiwa.

d. Ruang Lingkup Pembelajaran IPS Sejarah di SMP

Pembelajaran sejarah termasuk dalam lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial, ruang lingkup bahan kajian IPS di SMP menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 meliputi aspek-aspek berikut:

1) Manusia, tempat dan lingkungan. 2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan. 3) Sistem sosial dan budaya.

4) Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

Dalam penelitian ini, difokuskan pada satu pokok bahasan yang dijadikan topik dalam multimedia pembelajaran interaktif yaitu Indonesia pada masa Hindu-Budha. Indonesia pada masa Hindu-Budha adalah salah satu pokok bahasan dalam pelajaran IPS Sejarah di kelas VII Sekolah Menengah Pertama. Pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha berkaitan dengan pembelajaran mengenai konsep dan penerapanya dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya membantu dalam pemecahan masalah, ketrampilan dalam kehidupan sosial dan kemanusiaan.

2. Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha

a. Kompetensi Pokok Bahasan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Dalam panduan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP dan MI tahun 2006, terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan


(38)

indikator pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha kelas VII SMP dan MI, sebagai berikut:

Tabel 1. Standar KompetensiPokok Bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha (dalam panduan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan: 2006) Kelas/

Semester

Pokok Bahasan Standar Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator VII/2 Indonesia Pada

Masa Hindu-Budha Siswa mampu memahami proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia Siswa mampu menjelaskan proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

1) Siswa mampu mendeskripsika n proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia 2) Menyebutkan daerah-daerah di Indonesiayang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha 3) Menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia 4) Menguraikan peninggalan-peninggalan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia Berdasarkan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan Indikator mata pelajaran sejarah materi Indonesia pada masa Hindu-Budha yang telah


(39)

dipaparkan tabel di atas, siswa maupun guru sebagai penggerak proses pembelajaran di kelas membutuhkan media belajar yang digunakan untuk mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Setiap indikator pelajaran yang akan dicapai, siswa dapat menggunakan media belajar yang berbeda. Siswa dapat belajar dari berbagai media mulai dari bentuk cetak dan non cetak. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran IPS Sejarah materi Indonesia pada masa Hindu-Budha, siswa dimungkinkan untuk menggunakan salah mediabelajar yaitu media belajar yang dirancang dalam bentuk multimedia pembelajaran interaktif. Proses pembelajaran dengan menggunakan media belajar yang berupa multimedia pembelajaran interaktif, setiap indikator dapat dicapai dengan mudah oleh siswa karena sesuai dengan karakteristik atau gaya belajar siswa.

b. Analisis Instruksional Kompetensi Pokok Bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha

Dalam menyusun analisis instruksional kompetensi padapokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budhaperlu adanya pemahaman mengenai berbagai aspek dalam analisis instruksional, diantaranya pengertian analisis instruksional, langkah-langkah dalam melakukan analisis instruksional, struktur perilaku kemampuan pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha


(40)

1) Pengertian Analisis Instruksional

Analisis instruksional memiliki peran penting dalam pembelajaran, karena pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang harus diberikan lebih dahulu dari yang lain dapat ditentukan dari hasil analisis instruksional.

Pengertian analisis instruksional Menurut Atwi Suparman (2001:99) adalah proses menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang tersusun secara logis dan sistematis. Kegiatan tersebut dimaksudkan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku khusus yang dapat mengambarkan perilaku umum secara lebih terperinci.

Dick dan Carey (2005:34) menyatakan bahwa analisis instruksional merupakan tahapan proses keseluruhan dari pemaparan, bagaimana merancang, menentukan komponen utama, dan bagaimana setiap langkah dalam tujuan tersebut dapat dianalisis untuk mengidentifikasi ketrampilan

subordinateatau ketrampilan prasyarat.

Jadi analisis instruksional adalah proses menjabarkan kompetensi umum menjadi sub kompetensi, kompetensi dasar atau kompetensi khusus yang tersusun secara logis dan sistematik. Dalam penelitian ini analisis instruksional difokuskan dalam merancang tujuan pembelajaran yang terdapat di dalam multimedia pembelajaran interaktif, sehingga siswa mampu menggunakan multimedia pembelajaran interaktif yang sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu Budha.


(41)

2) Langkah-Langkah Melakukan Analisis Instruksional

Dalam melakukan analisis instuksional perlu ditempuh langkah-langkah yang perlu dilakukan secara sistematis, hal tersebut dilakukan untuk mengidentifikasi perilaku-perilaku yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Menurut Atwi S (2001:110), tahapan analisis instruksional terdiri dari:

a) Menuliskan perilaku umum di dalam TIU untuk pokok bahasan yang sedang dikembangkan.

b) Menulis setiap perilaku khusus untuk menjadi bagian dari perilaku umum tersebut. Jumlah perilaku khusus untuk setiap perilaku umum. c) Menyusun perilaku khusus tersebut ke dalam suatu daftar dalam urutan

yang logis dimulai dari perilaku umum, perilaku khusus yang paling “dekat” hubunganya dengan perilaku umum diteruskan “mundur” sampai perilaku yang paling jauh dari perilaku umum.

d) Menyusun perilaku khusus tersebut dalam suatu struktur hierarkikal, prosedural atau pengelompokan.

e) Tambahkan dengan perilaku khusus lain yang dianggap perlu atau kurangi bila dianggap lebih.

f) Hubungkan perilaku-perilaku dengan garis vertikal dan horisontal untuk menyatakan hubunganya yang hierarkikal, prosedural, atau pengelompokan.


(42)

g) Meneliti kemungkinan menghubungkan perilaku umum yang satu dan yang lain atau perilaku-perilaku khusus yang berada di bawah perilaku umum yang berbeda.

h) Memberi nomor urut pada setiap perilaku khusus dimulai dari yang terjauh sampai ke yang terdekat dengan perilaku umum.

3) Struktur Perilaku pada Kompetensi Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha

Struktur perilaku merupakan pengelompokan perilaku-perilaku khusus yang dilakukan untuk mencapai tujuan perilaku umum secara optimal. Menurut Atwi S (2001: 99-110), Struktur perilaku terdiri dari: a) Struktur Hierarkikal

Merupakan kedudukan dua perilaku yang menunjukan bahwa salah satu perilaku hanya dapat dilakukan bila telah dikuasai perilaku lain. b) Struktur Prosedural

Kedudukan beberapa perilaku yang menunjukan satu seri urutan penampilan perilaku, tetapi tidak ada yang menjadi prasyarat untuk melakukan perilaku bila telah menguasai perilaku yang lain.

c) Struktur Pengelompokan

Kedudukan perilaku-perilaku khusus yang tidak mempunyai ketergantungan antara satu dan yang lain, walaupun semuanya berhubungan.


(43)

d) Struktur Kombinasi

Suatu perilaku umum yang jika diuraikan menjadi perilaku khusus sebagian tersebar akan terstruktur secara kombinasi antara struktur hierarikal, prosedural, dan pengelompokan.

Berdasarkan analisis instruksional pada standar kompetensi pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha yaitu siswa mampu memahami pokok bahasan Indonesia Pada masa Hindu-Budha yang disesuaikan dengan 4 macam struktur perilaku, yaitu hierakikal, prosedural, pengelompokan, dan kombinasi.Struktur prosedural merupakan struktur yang paling sesuai dengan standar kompetensi pada pokok bahasan Indonesiapada masa Hindu-Budha.

Bagan 1. Hasil Analisis Standar Kompetensi Pada Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha

c. Materi Pokok Bahasan Indonesia Pada Masa Hindu-Budha

Indonesia pada masa Hindu-Budha dimulai pada masa perdagangan dikarenakan letak Indonesia yang dijadikan jalur perdagangan internasional. Keterlibatan orang-orang Indonesia yang ikut dalam perdagangan secara tidak langsung menciptakan kontak hubungan di antara keduanya

Menunjukkan daerah –daerah di

Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha (2) Mendeskripsikan proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

(1)

Menguraikan peninggalan-peninggalan yang

bercorak Hindu-Budha di Indonesia

(4) Menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia (3)


(44)

(Indonesia-India dan Indonesia-Cina). Hubungan itu akhirnya memberikan pengaruh terhadap perkembangan masyarakat Indonesia. Ada beberapa perkembangan masyarakat Indonesia, yaitu perkembangan awal Hindu-Budha di Indonesia, perkembangan pemerintahan Kerajaan Hindu-Hindu-Budha di Indonesia, perkembangan kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.

Pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha Sejarah kelas VII Sekolah Menengah Pertama membahas mengenai:

a) Perkembangan awal Hindu-Budha di Indonesia

Proses masuknya Hindu-Budha di Indonesia melalu proses yang panjang. Kajian oleh para ahli untuk mengetahui proses masuknya Hindu-Budha di Indonesia. Para ahli membagi dalam 2 bagian proses masuknya Hindu-Budha di Indonesia, antara lain sebagai berikut:

1) Bangsa India yang aktif

Pendapat ini menjelaskan mengenai proses masuknya dan berkembangnya Hindu-Budha di Indonesia dengan menekankan pada peran aktif dari dalam menyebarkan Hindu-Budha yang terkenal dalam hipotesis perkembangan Hindu-Budha di Indonesia yang terbagi menjadi 3 golongan, antara lain:

a) Waisya b) Ksatria c) Brahmana


(45)

2) Bangsa Indonesia yang aktif

Pendapat ini menjelaskan peran aktif orang Indonesia yang mengembangkan Hindu-Budha di Indonesia yang terdapat dalam teori arus balik.

b) Perkembangan Pemerintahan Kerajaan Hindu-Budha di Indonesia

Lahirnya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Kerajaan-kerajaan itu antara lain: kerajaan Kutai, Kerajaan Tarumanegara, Kerajaan Siwijaya, Kerajaan Mataram Lama (berpusat di Jawa Tengah), Kerajaan Mataram Lama, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sunda, Kerajaan di Bali.

c) Kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia

Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan kebudayaan di Indonesia. Masyarakat Indonesia sebelumnya tidak memiliki kebudayaan asli, tetapi kebudayaan itu tidak begitu saja menerima budaya-budaya baru tersebut. Kebudayaan yang datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia.

Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan sejarah dalam berbagai bidang, antara lain:


(46)

1) Bidang Agama, dibuktikan dengan berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia. Pada awalnya, masyarakat Indonesia banyak menganutanimismedandinamisme.

2) Bidang Politik, lahirnya berbagai kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia merupakan salah satu bukti adanya pengaruh Hindu-Budha di Indonesia.

3) Bidang Pendidikan, lembaga-lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.

4) Bidang Sastra dan Bahasa. Pengaruh Hindu-Budha pada bahasa adalah dikenal dan digunakanya bahasa sansekerta dan huruf pallawa oleh masyarakat Indonesia.

5) Bidang Seni Tari. Relief-relief yang terdapat pada candi-candi terutama Borobudur dan Prambanan menunjukan adanya bentuk tarian yang berkembangan pada masa Hindu-Budha.

6) Hiasan pada candi atau sering disebut relief yang terdapat pada candi-candi di Indonesia di dasarkan pada cerita-cerita epik yang berkembang dalam kesusatraan yang bercorak Hindu ataupun Budha. 7) Wujud akulturasi pemujaan arwah leluhur dengan ajaran Hindu-Budha

dapat dilihat dari bentuk arca dan patung yang ditempatkan di candi. Seni arca yang berkembang di Indonesia memperlihatkan unsur kepribadian dan budaya lokal dan tidak meniru dari India.


(47)

8) Pengaruh Hindu-Budha terdapat juga pada seni pertunjukan terutama seni wayang.

9) Candi merupakan bagian dari peninggalan Hindu-Budha di Indonesia, banyak candi yang tersebar di Indonesia.

B. Pembelajaran IPS Sejarah di Sekolah Menegah Pertama 1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidikan agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.

Menurut Dimyati dan Mudijono (Syaiful Sagala, 2011: 62) pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 dinyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dapat ditarik kesimpulan mengenai penjelasan pembelajaran diatas bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar, yaitu terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar.


(48)

2. Pembelajaran Sebagai Sistem

Pembelajaran sebagai sistem bukanlah hal baru dan telah disepakati oleh pengajar dan pengelola pendidikan. Menurut Atwi Supartman (2012: 38-54) komponen-komponen pembelajaran saling terkait dan terintegrasi menjadi satu fungsi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sumiati dan Asra (2009: 3) mengelompokkan komponen-komponen pembelajaran dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa. Interaksi antara tiga komponen utama yang terlibat dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga tercipta situasi pembelajaran yang memungkinkan tercapainya tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk mengukur tercapainya tujuan yang telah direncanakan perlu dilakukan evaluasi dari setiap proses pembelajaran yang berlangsung.

a. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran pada dasarnya merupakan harapan, yaitu apa yang diharapkan dari siswa sebagai hasil belajar. Robert F. Meager (sumiati dan Asra, 2009: 10) memberi batasan yang lebih jelas tentang tujuan pembelajaran, yaitu maksud yang dikomunikasikan melalui pernyataan yang menggambarkan tentang perubahan yang diharapkan dari siswa.

Menurut H. Daryanto (2005: 58) menjelaskan tujuan pembelajaran adalah tujuan yang menggambarkan pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa sebagai akibat hasil pembelajaran yang dinyatakan dalam bentuk-bentuk tingkah laku yang dapat diamati dan


(49)

diukur. Tujuan pembelajaran pada hakekatnya mengacu pada hasil pengajaran yang akan diharapkan. Sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan maka tujuan pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu kemudian upaya yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.

Tujuan pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum ini diacukan pada keseluruhan isi, oleh karena itu tujuan umum banyak mempengaruhi strategi pembelajaran yang mencakup keseluruhan. Pada pembelajaran IPS Sejarah pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha memiliki tujuan umum yaitu siswa mampu memahami proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus ini diacukan pada hasil analisis instruksional standar kompetensi dari pokok bahasan. Tujuan khusus pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha adalah:

1) Siswa mampu mendeskripsikan proses masuknya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia.

2) Menyebutkan daerah-daerah di Indonesia yang dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu-Budha.

3) Menjelaskan perkembangan kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia.

4) Menguraikan peninggalan-peninggalan yang bercorak Hindu-Budha di Indonesia.


(50)

b. Komponen Pembelajaran

Komponen pembelajaran menurut Sumiati dan Asra (2009: 3) terbagi dalam tiga kategori utama, yaitu: guru, isi atau materi pembelajaran, dan siswa.

1) Guru

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (Martinis Yamin dan Maisah, 2009: 100) secara keseluruhan guru adalah figur yang menarik perhatian semua orang, entah dalam keluarga, dalam masyarakat maupun di sekolah. Guru dilihat sebagai sosok yang kharismatik, karena jasanya yang banyak mendidik umat manusia dari dulu hingga sekarang. E. Mulyasa (dalam Martinis Yamin dan Maisah, 2009: 101) juga menegaskan jika semua orang yakin bahwa guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Minat, bakat, kemampuan dan potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan seorang guru.

Secara umum tugas guru adalah sebagai fasilitator, yang bertugas menciptakan situasi yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada diri siswa. Menurut Suciati, dkk (2007: 523) dalam menjalankan tugasnya sebagai fasilitator, ada tugas yang harus dikerjakan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran yang efektif. Kedua tugas tersebut sebagai pengelola pembelajaran dan sebagai pengelola kelas.


(51)

2) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran pada dasarnya merupakan isi dari kurikulum berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik/sub topik dan rinciannya. Isi dari proses pembelajaran tercermin dalam materi pembelajaran yang dipelajari oleh siswa. Isi materi pembelajaran merupakan komponen yang terkait dengan isi mata pelajaran dan harus relevan dengan tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, dan strategi pembelajaran.

Materi pembelajaran disusun secara sistematis dengan mengikuti prinsip psikologi. Agar materi pembelajaran itu dapat mencerminkan target yang jelas dari perilaku siswa setelah mengalami proses belajar. Materi pembelajaran harus mempunyai lingkup dan urutan yang jelas. Lingkup dan urutan itu dibuat sesuai dengan tujuan yang dirumuskan.

Materi pembelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan materi pembelajaran harus sejalan dengan ukuran-ukuran yang digunakan untuk memilih isi kurikulum bidang studi yang bersangkutan. Harjanto (2005: 222) menjelaskan beberapa kriteria pemilihan materi pembelajaran yang akan dikembangkan dalam sistem pembelajaran dan yang melandasi penentuan strategi pembelajaran, yaitu: a) Kriteria tujuan pembelajaran

Suatu materi pembelajaran yang terpilih dimasudkan untuk mencapai tujuan pembelajaran khusus atau tujuan-tujuan tingkah laku.


(52)

Karena itu, materi tersebut supaya sejalan dengan tujuan-tujuan yang telah dirumuskan.

b) Materi pembelajaran supaya terjabar

Perincian materi pembelajaran berdasarkan pada tuntutan dimana setiap tujuan pembelajaran khusus yang dijabarkan telah dirumuskan secara spesifik, dapat diamati dan terukur. Hal ini berkaitan dengan spesifikasi tujuan dan spesifikasi materi pembelajaran.

c) Relevan dengan kebutuhan siswa

Kebutuhan siswa yang pokok adalah siswa mampu berkembang sesuai dengan potensi yang dimiliki. Oleh karena itu materi pembelajaran yang disajikan harus sesuai dengan usaha untuk mengembangkan pribadi siswa secara bulat dan utuh.

d) Kesesuaian dengan kondisi masyarakat

Siswa dipersiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna dan mampu hidup mandiri. Dalam hal ini, materi pembelajaran yang dipilih hendaknya turut membantu mereka memberikan pengalaman edukatif yang bermakna bagi perkembangan mereka menjadi manusia yang mudah menyesuaikan diri.

e) Materi pembelajaran mengandung segi-segi etik

Materi pembelajaran yang dipilih hendaknya mempertimbangkan segi perkembangan moral siswa kelak. Pengetahuan dan ketrampilan yang bakal mereka peroleh dari materi pelajaran yang telah mereka


(53)

terima di arahkan untuk mengembangkan dirinya sebagai manusia yang etik sesuai dengan sistem nilai dan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

f) Materi pembelajaran tersusun dalam ruang lingkup dan urutan yang sistematik dan logis.

Setiap materi pembelajaran disusun secara bulat dan menyeluruh, terbatas ruang lingkupnya dan terpusat pada satu topik masalah tertentu. Materi disusun secara berurutan dengan mempertimbangkan faktor perkembangan psikologi siswa. Dengan cara ini diharapkan sisi materi tersebut akan lebih mudah diserap siswa dan dapat segera dilihat keberhasilannya.

3) Siswa

Siswa merupakan salah satu komponen inti dari pembelajaran, karena inti dari proses pembelajaran adalah kegiatan belajar siswa dalam mencapai suatu tujuan dalam membentuk perilaku awal siswa berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap awal. Menurut Degeng (1989: 65) kemampuan awal sangat penting perananya dalam meningkatkan kebermaknaan pengajaran, yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses belajar yang diikuti oleh siswa. Kemampuan awal dari siswa dapat digunakan oleh pendidik untuk menentukan strategi pembelajaran yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam proses pembelajaran.


(54)

c. Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi antara siswa dengan objek yang dipelajari melalui sebuah strategi yang terdiri dari langkah-langkah kegiatan pembelajaran, metode, media, serta waktu yang diorganisasikan untuk menyahikan isi pembelajaran ke arah pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan dalam sebuah materi yang disampaikan.

Strategi penyampaian pada proses pembelajaran lebih menekankan pada penggunaan media apa yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran, kegiatan apa yang dilakukan siswa, dan dalam struktur belajar mengajar. Menurut Degeng (1989: 142) ada komponen yang perlu diperhatikan dalam proses pembelajaran, antara lain:

a) Media pengajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati pesan yang akan disampaiakan kepada siswa, baik berupa alat atau bahan pelajaran.

b) Interaksi siswa dengan media adalah strategi penyampaian pengajaran yang mengacu pada kegiatan apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media dalam merangsang kegiatan belajar yang berlangsung.

c) Bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pengajaran yang mengacu kepada siswa belajar dalam kelompok besar, kelompok kecil, atau mandiri.


(55)

Pentingnya dari strategi pembelajaran dalam proses pembelajaran mempengaruhi hasil dari tujuan pembelajaran yang akan dicapai, sehingga diperlukan strategi belajar yang cocok digunakan dalam kegiatan belajar. C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran

Implementasi prinsip-prinsip desain pesan pembelajaran dalam pembelajaran bertujuan untuk memudahkan siswa dalam memahami isi materi yang akan disampaikan kepada siswa.

Prinsip desain pembelajaran menurut Asri Budiningsih (2003, 118-126) dibagi menjadi lima yang digunakan dalam mengembangkan multimedia pembelajaran, antara lain:

1. Prinsip Kesiapan dan Motivasi

Prinsip ini menjelaskan tentang kegiatan kesiapan dan motivasi mempunyai dampak terhadap hasil belajar siswa. Sehingga kesiapan belajar seperti kesiapan mental yang berupa kemampuan awal atau prasyarat belajar, motivasi, serta kesiapan fisik. Sedangkan kesiapan fisik diartikan sebagai kemampuan awal berupa pengetahuan awal yang dimiliki oleh siswa untuk mempelajari materi yang baru. Faktor berikutnya adalah kesiapan motivasi atau dorongan yang menyebabkan seseorang untuk melakukan tindakan sesuatu.

Dalam pengembangan multimedia pembelajaran pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha, kesiapan dan motivasi ditunjukan dengan adanya tujuan belajar yang harus dicapai siswa dalam rumusan instruksional tujuan pembelajaran menggunakan multimedia pembelajaran interaktif pada


(56)

tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan indikator. Sehingga siswa mengetahui manfaat mengikuti kegiatan belajar menggunakan multimedia pembelajaran interaktif.

2. Prinsip Pemusat perhatian

Prinsip ini menjelaskan tentang perhatian siswa yang terpusat dalam proses pembelajaran mempengaruhi hasil belajar. Semakin baik perhatian siswa, proses dan hasil belajar akan semakin baik pula, sebaliknya jika perhatian siswa kurang dalam proses pembelajaran, maka hasil belajar siswa akan mengalami penurunan.

Unsur yang terdapat di dalam multimedia pembelajaran interaktif berupa warna yang menarik, gambar yang memiliki kualitas baik, dan video yang sesuai dengan materi, dan musik yang mampu meningkatkan minat belajar anak mampu menjadi pemusat perhatian siswa dalam proses pembelajaran, sehingga perhatian siswa lebih terpusat pada multimedia pembelajaran interaktif yang disajikan.

3. Prinsip partsipasi aktif siswa.

Prinsip ini mempunyai pengukuran dalam partisipasi aktif siswa dalam proses pembelajaran melalui aktifitas, atau proses mental, emosional maupun fisik. Partisipasi aktif dapat diwujudkan dengan cara melibatkan siswa dalam sebuah kegiatan pembelajaran melalui sebuah pertanyaan yang diajukan setelah guru menyampaikan materi yang diberikan. Hal tersebut berpengaruh pada lebih termotivasi siswa untuk berfikir aktif.


(57)

4. Prinsip umpan balik

Umpan balik bertujuan untuk mengetahui keberhasilan, kemajuan, dan kekurangan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Prinsip umpan balik dicontohkan dalam keberhasilan siswa dalam memecahkan masalah terkait materi yang diberikan oleh guru, kemudian guru memberikan sebuah pujian, sehingga siswa akan lebih bersemangat dan percaya diri. Rasa bersemangat siswa dan meningkatnya kepercayaan diri siswa merupakan umpan balik yang diberikan.

Prinsip umpan balik yang diterapkan dalam pengembangan multimedia pembelajaran interaktif berupa pemberian latihan dan evaluasi setelah selesai mempelajari materi yang disajikan. Pengguna multimedia pembelajaran interaktif diminta untuk menjawab pertanyaan, setelah menjawab pertanyaan siswa akan mendapatkan umpan balik berupa animasi emoticon senyum dan suara tepuk tangan jika pengguna menjawab pertanyaan dengan benar dan mendapatkan umpan balik berupa animasi emoticon sedih dan suarat tangisan ketika pengguna menjawab pertanyaan dengan jawaban salah.

5. Prinsip perulangan

Prinsip ini merupakan tahapan dimana siswa diminta untuk mengulang – ulang pesan pembelajaran yang diberikan sehingga proses dan hasil belajar akan lebih baik. Proses pembelajaran yang hanya sekali diberikan akan mengakibatkan pesan pembelajaran tidak bertahan lama dalam ingatan dan mudah dilupakan. Prinsip perulangan ini diaplikasikan dalam pengembangan


(58)

multimedia pembelajaran berupa pemberian ringkasan atau kesimpulan pada akhir materi.

Dari kelima prinsip pembelajaran diatas sangat dibutuhkan dalam proses pembelajaran. Dengan mengimplementasikan lima prinsip tersebut guru mampu menerapkan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran dalam kelas maupun luar kelas.

D. Proses Pembelajaran IPS Sejarah di Sekolah Menengah Pertama

Menurut Piaget (dalam Asri Budinigsih: 2003: 21-23) menjelaskan bahwa siswa kelas VII SMP berada pada periode operasional formal. Dimana siswa bergerak melebih dunia pengalaman yang aktual dan kongkrit, siswa lebih mampu berpikir abstrak serta logis dalam berbagai situasi termasuk hipotesis, dengan dasar tersebut, siswa SMP diarahkan pada perangsangan cara berpikir logis hipotesis atau berfikir abstrak terkait obyek yang dipelajari dalam hal ini adalah pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha.

Pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha keterampilan guru diperlukan dalam kelas untuk memberikan penjelasan peristiwa sejarah secara jelas kepada siswa, sehingga siswa mempunyai gambaran dari suatu peristiwa sejarah. Gambaran peristiwa sejarah yang diharapkan dapat berpengaruh pada sikap dan perilaku siswa sesuai dengan tujuan dari pendidikan dan pembelajaran sejarah.

Siswa kelas VII dalam pembelajaran IPS Sejarah mendapat informasi kesejarahan yang berhubungan dengan ciri peristiwa sejarah, yaitu: what, when,


(59)

who, where,why, danhow. Imaginasi diperlukan siswa, karena siswa diajak untuk memahami suatu peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Peristiwa masa lampau sebagai peristiwa sejarah tersebut dari segi waktu adalah peristiwa yang sudah lama terjadi dan wujudnya hanya berupa rekonstruksi sumber-sumber masa lalu, tempatnya dan pelaku dalam peristiwa tersebut tidak dikenal serta sudah tidak dapat dihubungi. Gambaran peristiwa sejarah yang diterima siswa selanjutnya dihafalkan, dihayati, dan diamalkan. Sehubungan dengan ketrampilan pembelajaran yang diperlukan, agar materi IPS Sejarah tersebut dapat dipahami dan dapat digambarkan oleh siswa menggunakan sumber pembelajaran yang dirancang (by design), maupun yang dimanfaatkan (by utilization). Siswa dapat belajar dimanapun, kapanpun, dan melalui apapun. Meskipun begitu tingkat Sekolah Menengah Pertama guru tetap menjadi penggerak proses pembelajaran di kelas yang memiliki peranan penting agar tujuan pembelajaran tetap terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran IPS sejarah.

Pencapaian tujuan pada proses pembelajaran tidak lepas dari sumber belajar yang digunakan. Sumber belajar tersebut ditemukan dimanapun, hanya saja proses pembelajaran membutuhkan peranan guru yang mampu mengorganisasikan kegiatan pembelajaran sehingga siswa dapat berinteraksi dengan objek yang dipelajarinya. Guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang disediakan sekolah dan mengembangkan keterampilan membuat sumber belajar yang dirancang, salah satunya adalah menggunakan media pembelajaran (Azhar Arsyad,


(60)

2009: 2). Media pembelajaran tersebut digunakan sebagai salah satu sumber belajar.

Beberapa kategori media menurut Sharon E. Smaldino (2008: 7) diantaranya: teks, audio, visual, video, manipulatif objek, dan orang. Guru dapat membuat media teks sepertipower point, mediaaudioseperti musik pembelajaran, media visual seperti gambar bergerak diagram, dan bahkan menggabungkan semua unsur media, berupa penggunaan multimedia pembelajaran.

Pembelajaran menggunakan multimedia yang dikembangkan pada proses pembelajaran di dalam kelas ini menggunakan pola pengajaran guru dan media sebagai sumber belajar. Guru menjadi penggerak proses pembelajaran di kelas yang memiliki peranan penting agar pembelajaran tetap sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, sedangkan media pembelajaran berupa multimedia interaktif digunakan sebagai media belajar yang dapat digunakan siswa dalam proses pembelajaran di dalam kelas.

C. Kajian Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah 1. Pengertian Multimedia Pembelajaran Interaktif

Multimedia merupakan media yang melibatkan berbagai indera dalam sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini, media yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui komputer dan internet, bisa juga melalui pengalaman berbuat dan pengalaman terlibat.

M. Suyanto (2005: 21) menjelaskan mengenai pengertian multimedia adalah pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks,


(61)

grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berekreasi, dan berkomunikasi.

Dari definisi di atas terkandung beberapa komponen penting multimedia. Pertama, harus ada komputer yang mengkordinasikan apa yang dilihat dari di dengar. Kedua, harus ada link yang menghubungkan pengguna dengan informasi, menjelajah jaringan informasi. Ketiga, harus ada navigasi yang memandu pengguna. Keempat, multimedia menyediakan tempat kepada pengguna untuk mengumpulkan, memproses, dan mengomunikasikan informasi dari ide pengguna sendiri.

Sedangkan pengertian multimedia pembelajaran interaktif menurut RobPhilips (1997: 8) yaitu:

“The presence of text, picture, sound, animation, a video, some or all of which

are organized into come coherent program. The “interactive” component

refers to the process of empowering the user to control the environment usually

by computer”.

Dalam penjelasan multimedia interaktif menurut Phillips tersebut menekankan bahwa multimedia pembelajaran interaktif sebagai tampilan teks, gambar, suara, animasi, dan video yang sebagian atau keseluruhannya tersusun saling berhubungan dalam sebuah program. Interaktif mengacu pada proses yang melibatkan pengguna untuk mengendalikan lingkungan, biasanya melalui komputer.


(62)

Dari beberapa penjelasan di atas mengenai multimedia pembelajaran interaktif disimpulkan bahwa multimedia pembelajaran interaktif merupakan multimedia yang membelajarkan dengan dilengkapi alat pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehinga pengguna dapat memilih apa yang dikehendaki untuk proses selanjutnya.

Multimedia sangat potensial untuk meningkatkan mutu proses belajar-mengajar, yang akhirnya diharapkan meningkatkan hasil belajar siswa. Tidak saja bisa memperjelas sajian, tetapi juga lebih menghemat waktu belajar, lebih luwes, membuat apa yang dipelajari lebih tahan lama dalam ingatan, dan mampu memberikan “pengalaman lapangan” yang sulit dilakukan tanpa media tersebut. Pemanfaatan multimedia dalam proses pembelajaran telah membawa akibat munculnya alternatif pola pembelajaran baru yaitu: Kurikulum-bahan belajar-siswa. Proses pembelajaran bisa berlangsung baik secara klasikal dalam kelompok besar, sedang, kecil maupun secara individual dan mandiri. Multimedia biasanya digunakan dalam belajar individual, mandiri, namun kadang-kadang digunakan pula dalam kelas di bawah bimbingan guru. Oleh karena itu tidak mengherankan apabila konsep multimedia sangat erat kaitannya dengan sistem pendidikan jarak jauh atau pendidikan terbuka yang mengharuskan siswa belajar secara mandiri konsep multimedia lebih dekat ke pembelajaran yang berorientasi pada siswa (students centered oriented) bukan pendekatan yang berpusat pada guru (teachers oriented). Apapun juga konteks penggunaan multimedia pasti memiliki interaksi yang tinggi antara siswa


(63)

dengan bahan belajar. Multimedia pembelajaran interaktif merupakan media pembelajaran yang dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber belajar. Namun multimedia bukanlah satu-satunya penentu utama keberhasilan dalam belajar. De Voogd dan Kritt (1997: 13) mengatakan multimedia tidak mengajar sebab yang mengajar tetap saja guru. Dalam penggunaan multimedia, apabila siswa faham dan terampil maka kegiatan akan berjalan dengan baik dan siswa berhasil menguasai bahan pelajaran. Tetapi jika sebaliknya, maka media tersebut dapat menghambat keberhasilan.

2. Model-Model Penyajian Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah Dalam menyajikan informasi atau materi, multimedia pembelajaran interaktif dapat berbentuk tutorial, drill and practice, simulasi, eksperimen,

games.

a. Tutorial

Model penyajianTutorial pada dasarnya dijadikan sebagai sistem tutor yang biasanya dilakukan oleh seorang guru. Bentuktutorialmemuat tentang definisi, penjelasan, ilustrasi kejadian, pengambaran tentang tempat kejadian, latihan, dan branching yang sudah disesuaikan dengan situasi pembelajaran. Situasi berupa kesesuaian informasi dengan tujuan pembelajaran.

b. Drill and practice

Model praktek dijadikan sebagai alat latihan untuk memperkuat penguasaan konsep. Pada penggunaan bentuk ini, siswa dianggap sudah


(64)

menguasai informasi atau materi, sehingga siswa dianggap sudah siap untuk menerapkanya.

c. Simulasi

Dengan model simulasi siswa diberikan informasi atau materi apa yang akan disampaikan dengan dunia nyata. Misalnya simulasi peperangan, simulasi gunung meletus. Simulasi tersebut dimaksudkan agar siswa mendapatkan pengalaman nyata tanpa harus berhadapan secara langsung dengan resiko.

d. Eksperimen

Model eksperimen bertujuan mengarahkan siswa kepada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksplorasi. Misalnya kegiatan praktikum di lingkungan sekolah. Multimedia interaktif menyediakan materi berupa petunjuk kegiatan apa saja yang harus dilakukan. Kemudian siswa melaksanakan percobaan sesuai dengan petunjuk, kemudian dikembangkan percobaan sesuai petunjuk, dan pada akhir diberikan latihan berupa soal sesuai dengan eksperimen yang dilakukan.

e. Permainan

Model Permainan dirancang dalam multimedia interaktif untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan siswa. Perancangan permainan harus dapat memberikan suasana permainan dan tidak mengesampingkan tujuan pembelajaran.


(65)

Materi Indonesia pada masa Hindu-Budha mempunyai karakterstik berupa pengambaran tentang suatu peristiwa yang terjadi di masa lampau, rekonstruksi sumber-sumber masa lalu dan pelaku dalam peristiwa tidak dikenal serta sudah tidak dapat dihubungi.

Kesesuaian karakteristik materi Indonesia pada masa Hindu-Budha dengan model-model penyajian multimedia pembelajaran interaktif IPS Sejarah, maka dapat ditentukan model penyajian yang diterapkan dalam multimedia pembelajaran interaktif adalah menggunakan model tutorial. Karena model tutorial bertujuan untuk menyampaiakn pesan atau informasi dari sumber informasi kepada penerima pesan melalui sebuah penjelasan, ilustrasi kejadian, dan pengambaran tentang tempat kejadian yang sudah disesuaikan dengan situasi pembelajaran. Situasi berupa kesesuaian informasi dengan tujuan pembelajaran.

3. Karakteristik Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah

Dalam pembelajaran IPS Sejarah menggunakan multimedia pembelajaran interaktif harus mempunyai karakteristik yang baik dan berkualitas, sesuai dengan penjelasan karakteristik tentang multimedia pembelajaran menurut Christina Ismaniati (2001: 28), karakteristik media atau program yang baik secara rinci harus memuat komponen-komponen yang memudahkan dalam belajar. Komponen-komponen karakteristik sebagai berikut:


(66)

a. Bahan penarik perhatian

Hal-hal yang menarik siswa untuk mempelajari multimedia diberikan pada awal atau pembuka dari program multimedia tersebut. Hal ini bertujuan agar peristiwa-peristiwa pembelajaran berikutnya berjalan dengan baik. Untuk mendukung pembelajaran yang baik, perlu beberapa hal yang harus diperhatikan untuk menarik perhatian siswa ketika mempelajari materi, seperti yang diungkapkan Gagne dan Briggs (Ismaniati 2001: 39), pertanyaan lisan, gambar gerak pada monitor, warna yang menarik, musik, ilustrasi yang mendukung atau hal-hal lain yang digunakan untuk menarik perhatian siswa mempelajari materi tersebut.

Penggunaan warna yang menarik merupakan salah satu komponen yang mendukung untuk menarik perhatian siswa. Penggunaan warna yang menarik memiliki fungsi dan arti yang berpengaruh secara psikologis terhadap daya tarik perhatian seseorang melalui indera pengelihatanya. Setiap warna dapat menimbulkan respons psikologis yang berbeda-beda, namun secara umum hubungan psikologis antar warna dengan manusia sebagai berikut (Pujirianto, 2005: 47):


(67)

Tabel 2. Korelasi Psikologi Antara Warna dan Manusia

Warna Respons psikologi

Merah Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu, agresif, bahaya Biru Kepercayaan, konservatif, konservatif, keamanan, teknologi,

kebersihan, keteraturan

Kuning Alami, sehat, keberuntungan, pembaharuan Ungu Jingga Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran.

Ungu/Jingga Spiritual, misteri, kebangsawanan, trasnformasi, kekasaran, keangkuhan

Oranye Energi, keseimbangan, kehangatan Coklat Tanah/ bumi, kenyamanan, daya tahan

Abu-Abu Intelek, masa depan (millenium), kesederhanaan, kesedihan Putih Kesucian, kebersihan, ketepatan, ketidakbersalahan, steril,

kematian

Hitam Kekuatan, seksualitas, kecanggihan, kematian, misteri, ketakutan, kesedihan, keanggunan

Menurut Philips (Sudatha & Tegeh, 2009: 79-80) penggunaan warna dalam multimedia pembelajaran perlu untuk memperhatikan aspek kesesuaian dan aspek emosi. Aspek kesesuaian serta aspek emosi merupakan kajian penting dalam penggunaan warna dalam multimedia pembelajaran interaktif. Kesesuaian pemilihan warna dalam multimedia pembelajaran interaktif mampu memberikan kemudahan bagi siswa dalam mempelajaran pokok bahasan.


(68)

Tabel 3. Kesesuaian Penggunaan Warna (Sudhata, 2009: 79) Latar Belakang Warna Yang

Disarankan

Warna Yang Dihindari Biru tua Kuning, orange pucat,

dan biru lembut

Orange terang, merah, dan hitam

Hijau Merah muda dan putih Orange terang, merah, dan hitam

Kuning Pucat Warna sedang hingga biru tua, sedang hingga ungu tua, dan hitam

Putih warna-warna terang, warna-warna yang relatif memiliki bayangan terang Hijau Pucat Hitam dan hijau tua Merah, kuning, putih,

warna-warna yang relatif memiliki bayangan terang Putih Hitam, hingga

warna-warna yang tidak terlalu gelap

Warna-warna terang khususnya kuning

b. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian

Kompetensi dasar merupakan arahan dan landasan untuk mengembangkan sebuah materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang sebuah program pembelajaran perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian. Standar tersebut harus dirumuskan dengan tegas, spesifik, dan operasional agar mudah dalam mengukur ketercapaiannya. Sedangkan indikator pencapaian adalah tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu (Arief Sadiman, 1984: 104) perumusan tujuan ini harus spesifik, menunjukan tingkah laku nyata, dan dapat dilihat. Kompetensi Dasar dan indikator


(69)

pencapaian pada multimedia pembelajaran interaktif pada pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha disesuaikan dari hasil analisis instruksional yang telah dilakukan.

c. Uraian Isi atau Materi

Pengembang media harus mengorganisasikan uraian isi atau materi dalam program multimedia sehingga sesuai dengan urutan tujuan instruksional pembelajaran. Ada tidaknya prasyarat ujian belajar itu, merupakan pertimbangan penting untuk membuat urutan pembelajaran. Selain itu, sebelum melakukan pengorganisasian isi bahasan yang terdapat di dalam multimedia pembelajaran interaktif, perlu adanya gambaran hubungan antara berbagai macam isi bahasan dalam multimedia pembelajaran. Berbagai macam isi bahasan dalam multimedia terdapat dalam beberapa skema desain navigasi di bawah ini:

1) Skema navigasi linier

Skema navigasi linier merupakan skema navigasi yang dapat menyajikan materi pelajaran bagian demi bagian. Kelemahan skema navigasi linier adalah siswa kesulitan untuk kembali ke materi sebelumnya.

2) Skema navigasi hirarki

Skema navigasi hirarki menampilkan materi pelajaran menurut suatu hirarki. Penggunaan skema hirarki dapat memudahkan siswa untuk kembali ke materi pelajaran sebelumnya.


(70)

3) Skema navigasi hirarki campuran

Skema ini memadukan antara skema navigasi linier dengan skema navigasi linier. Tujuan skema ini adalah memudahkan siswa dalam mengakses materi pelajaran penggunaan hirark yang terlalu banyak dapat menyulitkan siswa untuk mengetahui pada tingkatan mana ia berada. 4) Skema navigasi hipermedia

Pada skema ini lebih memfasilitasi pendekatakan konstrukitvistik pengguna, sehingga mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan sesuai dengan cara belajar mereka sendiri.

Dari berbeagai skema navigasi yang telah dijelaskan di atas, maka ditentukan skema navigasi yang sesuai dengan tujuan instruksional pada pembelajaran IPS Sejarah pada pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha adalah skema navigasi hipermedia.

d. Latihan

Setelah siswa selesai mempelajari materi pelajaran maka siswa perlu melakukan latihan, sebagai sarana untuk mengetahui pengetahuan atau mempraktekkan ketrampilan, yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mempelajari materi. Proses pembelajaran akan lebih berhasil setelah selesai mempelajari materi. Proses pembelajaran akan lebih berhasil bila siswa diberi latihan-latihan yang relevan dengan tujuan khusus pembelajaran menurut Dick dan Carey (Ismaniati, 2001: 42).


(71)

e. Balikan

Balikan menjadi unsur penting pada program multimedia pembelajaran interaktif, karena melihat dari sifat multimedia pembelajaran interaktif yang membutuhkan feedback yang dilakukan oleh siswa untuk mengetahui informasi atau pesan sudah tersampaikan dengan tepat dan baik sesuatu dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dick dan Carey (Ismaniati, 2001: 48), menyebutkan bahwa siswa perlu atau harus diberi informasi mengenai unjuk kerjannya.

Beberapa hal diatas mengenai karakteristik multimedia pembelajaran interaktif IPS Sejarah dilakukan agar dapat mengembangkan suatu produk multimedia pembelajaran yang layak dalam proses pembelajaran IPS Sejarah pada siswa kelas VII di SMP Negeri 2 Trucuk Kabupaten Klaten.

4. Komponen Dalam Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah

Komponen pembelajaran menurut (Green & Brown, 2002; 2-6) multimedia pembelajaran interaktif menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari:

a. Teks

Teks dalam multimedia pembelajaran interaktif berupa visual yang digunakan untuk menjelaskan lisan. Aspek yang mempengaruhi penyampaian pesan atau informasi yang perlu diperhatikan dalam penulisan teks yaitu, jenis huruf, ukuran huruf, dan warna huruf, serta kejelasan dalam penyusunan kalimat. Dalam desain pesan pembelajaran teks dibagi menjadi


(72)

dua jenis, yaitu title textdan body text. Title text merupakan tulisan yang berisi judul materi yang dimuat dalam multimedia pembelajaran. Sedangkan

body text berisi informasi mengenai materi atau topik yang sedang dibahas, penggunaanbody textharuslah lebih kecil dan mudah dibaca.

b. Grafik

Grafik memberikan kemampuan kepada siswa dalam menerima dan menyampaikan pesan secara visual secara tepat dan mampu memahami makna dari pesan. Grafik terdiri dari dua tampilan, yaitu tampilan diam (gambar) dan tampilan bergerak (animasi).

c. Audio

Audio atau suara merupakan penyampaian pesan melalui indra pendengaran, dijelaskan menurut Aaentzen dalam Lee & Boling (1992:22) “

Audio can Drag and hold learners attention to the most important parts of

the displays, complement the visual informative on the screen, support the

learners reading the text on the screen”. Suara merupakan bagian dalam menjelaskan informasi yang berada pada tampilan.

d. Interaktivitas

Kegiatan interaktif yang dilakukan oleh siswa dalam menggunakan multimedia pembelajaran interaktif, membuat siswa masuk dan terlibat langsung di dalam mengakses berbagai macam bentuk media yang berada didalam suatu program multimedia pembelajaran interaktif, sehingga program tersebut dapat lebih memberikan kepuasan bagi pengguna.


(73)

Berdasarkan penjelasan mengenai komponen-komponen multimedia pembelajaran diatas, berupa teks, grafik, audio, interaktivitas akan digunakan dalam mengembangkan multimedia pembelajaran. Dari beberapa komponen multimedia tersebut akan dilakukan penataletakan (layout) dan pengorganisasian, sehingga penyampaian isi materi pada mata pelajara IPS Sejarah pokok bahasan Indonesia pada masa Hindu-Budha mampu tersampaikan dengan maksimal.

5. Teori Belajar yang Melandasi Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif IPS Sejarah

Teori belajar dalam multimedia pembelajaran interaktif dijadikan sebagai penguatan dalam mengontruksikan pengetahuan baru yang dipelajari oleh siswa. Pada multimedia ini menggunakan dasar teori belajar yang digunakan adalah:

a. Teori Belajar Behavioristik

Dalam teori belajar behavioristik ada tiga teori yang terkenal yakni teorikoneksionismedari Thorndike, teori kondisoningdari Pavlov, dan teori

kondisoning operan dari Skinner. Dalam teori belajar koneksionisme

menyatakan bahwa sifat belajar adalah seleksi, koneksi dan trial and error. Dalam teroi ini Thorndike mengemukakan ada tiga hukum belajar, yakni hukum kesiapan, hukum pengulangan dan hukum penguatan. Sedangkan teoriclasical conditioningmenyatakan bahwa tingkah laku dibentuk melalui pengaturan dan manipulasi stimulus dalam lingkungan.


(74)

Demikian pula operan conditioning yang membedakan antara

respondent respondanoperan respon yakni operan responyang timbul dan berkembangnya diikuti oleh stimulus tertentu yang memperkuat terjadinya respon. Dalam multimedia pembelajaran interaktif disajikan dengan memberikan sub-sub materi sehingga siswa bisa memilih sesuai minat dan perkembangannya, disamping itu multimedia pembelajaran interaktif memberikan stimulus melalui pemberian sub-sub materi yang akan direspon oleh siswa dengan cara siswa membaca materi tersebut. Multimedia pembelajaran interaktif pun bisa dipelajari dan diputar secara berulang-ulang, disana juga terdapat penguatan dengan diberikan sub latihan dan evaluasi yang disediakan pada multimedia pembelajaran interaktif. Bagi siswa yang memiliki kemampuan di bawah rata-rata bisa memahaminya dengan cara mengulang-ulang sampai hafal dan memahami.

b. Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif mementingkan proses belajar dari pada hasil belajarnya. Aliran teori kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus dan respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar. Oleh karena itu, menurut aliran kognitif belajar adalah sebuah proses mental yang aktif untuk mencapai, mengingat, dan menggunakan pengetahuan (Baharudin & Esa Nur Wahyuni, 2010: 87).


(75)

Diantara para pakar teori kognitif terdapat tiga pakar yang paling terkenal memiliki peran besar dalam teori ini yaitu Piaget, Bruner, dan Ausubel. Menurut Piaget, kegiatan belajar terjadi sesuai dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan umur seseorang, serta melalui proses asimilasi, akomodasi dan equlibrasi. Sedangkan Bruner mengatakan bahwa belajar terjadi lebih ditentukan oleh cara seseorang mengatur pesan atau informasi, dan ditentukan oleh umur. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap enaktif, ikonik, dan simbolik. Sementara Ausubel mengatakan bahwa proses belajar terjadi jika seseorang mampu mengasimilasikan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan pengetahuan baru. Proses belajar akan terjadi melalui tahap-tahap memperhatikan stimulus, memahami makna stimulus, menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah dipahami (Asri Budiningsih, 2005: 51).

Ada lima tahapan teori kognitif pada multimedia pembelajaran interaktif seperti yang dikatakan oleh Mayer (2009: 80-84) yaitu:

1) Selecting Relevant Word

Tahap ini melibatkan perhatian berdasarkan kata-kata yang ditampilkan secara lisan di multimedia. Jika kata-kata disampaikan secara lisan, proses ini dimulai di channel auditory, sedangkan apabila kata-kata disampaikan dalam bentuk teks, proses ini dimulai dichannel visual.


(76)

2) Selecting Relevan Image

Pada proses ini yang terllibat adalah perhatian dan gambar. Inputdalam tahap ini adalah gambar-gambar multimedia yang secara jelas masuk dalamsensor virtual. Outputpada tahap ini adalah sebuah gambar yang merupakan hasil kerja pemilihan dari beberapa gambar yang tersedia. Proses ini dimulai tidak hanyachannel visual, tetapi juga memungkinkan untuk menggantikan bagian ini denganchannel auditory.

3) Organizing Selected Word

Pada tahap ini adalah mengorganisasikan kata-kata ke dalam tampilan yang berkesinambungan misalnya frase atau kalimat yang bermakna. Input dalam tahap ini adalah kata-kata lisan atau frase yang berasal dari pesan verbal.Outputadalah kata-kata atau frase yang berkesinambungan atau bermakna.

4) Organizing Selected Image

Pada tahap ini, peserta didik mengorganisasikan gambar yang dimaksud di multimedia menjadi satu rangkaian gambar yang berkesinambungan atau serangkaian gambar yang bermakna. Inputnya adalah gambar-gambar yang masuk kedalam memori siswa dan outputnya adalah gambar-gambar yang tersusun rapi serta bermakna.

5) Integrating word-based and image-based representations

Tahap terakhir adalah tahap yang melibatkan hubungan antara word based dan image based presentations. Tahap ini melibatkan perubahan


(1)

247 Lampiran 24. Dokumentasi

Uji Lapangan Awal Uji Lapangan Awal

Uji Coba Lapangan


(2)

248

Uji Coba Sebelum Diberikan Multimedia Pembelajaran


(3)

249 Lampiran 25. Surat Perijinan BAPPEDA


(4)

250


(5)

251


(6)

252