Tipe vegetasi yang menyebar secara horizontal juga terdapat di zona sub pegunungan ketinggian 1500-3000m dpl pada Gunung Jayawijaya, Papua.
Terdapat 3 tipe vegetasi floristik di zona tersebut, yaitu vegetasi yang didominasi oleh Castanopsis acuminatissima dan kadang-kadang Lithocarpus spp, vegetasi
yang didominasi oleh Nothofagus spp, dan menjelang ketinggian 3000 m dpl ditemukan tipe vegetasi yang didominasi oleh spesies-spesies dari famili
Cunoniaceae, Elaocarpaceae, Podocarpaceae, Myrtaceae, Rubiaceae, dan Rutaceae Paijmans dalam Whitmore, 1986.
D. Struktur Vegetasi dan Komposisi Spesies Pohon Zona Sub Pegunungan Gunung Salak
1. Kerapatan dan Komposisi Spesies Pohon pada Tipe Vegetasi Tingkat
Aliansi
Pada aliansi 1 ditemukan 72 spesies pohon dengan jumlah total individu sebanyak 9046 pohon Tabel 20. Jumlah ini menyusun 66,04 jumlah individu
pohon di seluruh aliansi Tabel 24. Spesies yang memiliki individu terbanyak adalah puspa, yaitu sebanyak 1258 pohon. Ditemukan 3 spesies yang hanya
memiliki 1 individu, yaitu jambe rende P. javana, kokosan monyet Dysoxylum excelsum, dan seserehan Antidesma tetendung Tabel 20.
Jumlah spesies pohon pada aliansi 2 adalah 71 dengan total jumlah individu sebanyak 3124 pohon Tabel 21. Jumlah ini menyusun 22,81 total individu
pohon di seluruh aliansi Tabel 24. Spesies yang memiliki jumlah individu terbanyak adalah pinus, yaitu sebanyak 374 pohon. Ditemukan 7 spesies yang
hanya memiliki 1 individu, yaitu cantigi Glochidion rubrum, ki cantung Goniothalamus macrophyllus, panggang Schefflera scandens, renghas Glutta
renghas, seserehan, harendong Medinela axima, dan katukkakatukan Polygala venenosa Tabel 21.
Tabel 20. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 1
No Spesies Jumlah
Indi- vidu No
Spesies Jumlah
Indi- vidu No
Spesies Jumlah
Indi- vidu
1 Pinanga
javana 1 25
Cinchona officinalis
21 49 Tarenna
laxiflora 114
2 Dysoxylum
excelsum 1 26 Caryota mitis
23 50 Lithocarpus
elegans 121
3 Antidesma
tetrandrum 1
27 Macaranga cf.
rhizimoides 25
51 Phoebe
grandis 134
4 Dissochaeta
gracilis 2 28 Ficus ribes
27 52 Ficus
grossulariodes 141
5 Ficus
involucrata 2
29 Archydeudron
clypearia 28
53 Macaranga
rhizimoides 142
6 Knema cinera 2
30 Ficus
deltoidea 31
54 Altingia
excelsa 185
7 Symplocos
spicata 2 31 Ficus padana
35 55 Notaphoebe
umbelliflora 214
8 Ficus
lepicarpa 3
32 Urophyllum
arboreum 37
56 Glochidion
hypoleucum 220
9 Ficus globosa 3 33
Litsea tomentosa
38 57 Polyosma
interifolia 221
10 Antidesma
bunius 4
34 Aporosa
octandra 38
58 Litsea
macrophylla 224
11 Schizostachum
brachycladum 5 35
Litsea cubeba
45 59 Euodia
latifolia 227
12 Medinilla
axima 5 36
Litsea brachystachia
46 60 Prunus
arboreum 248
13 Polygala
venenosa 5
37 Lasiathus sp.
47 61
Mallotus blumeanus
266 14
Maesa latifolia
7 38 Ficus
fistulosa 48 62
Athyrium dilatatum
268 15
Mangifera cf. indica
8 39
Peperomia laevifolia
52 63
Hoersfieldia glabra
310 16
Cleistocalyx opperculata
9 40 Michelia
montana 52 64
Clustocalyx opperculata
316 17
Pinus merkusii
11 41 Castanopsis
argentea 52 65
Castanopsis acuminatissima
332 18
Ficus elastica
12 42
Homalanthus populnes
57 66
Quercus gemelliflora
342 19
Lannea coromandelica
14 43 Schefflera
longifolia 61 67
Schefflera aromatica
379 20
Cinnamomum javanicum
14 44
Manglietia glauca
68 68
Symplocos fasciculata
443 21
Saurauria cauliflora
16 45 Cyathea
contaminants 74 69
Pandanus punctatus
478 22
Sapium virgatuns
16 46 Elaocarpus sp. 75 70
Cyathea contaminans
497 23
Ficus variegata
16 47
Maesopsis eminii
77 71
Dysoxylum arborescens
653 24
Helicia robusta
17 48 Plectocomia
elongata 80 72
Schima wallichii
1258
Keterangan: Jumlah individu pohon36 blok pengamatan 14,4 ha.
Pada Tabel 22 dapat dilihat spesies-spesies yang menyusun strata pohon pada aliansi 3. Jumlah spesies yang ditemukan di aliansi ini sebanyak 56 dengan
jumlah total individu sebanyak 1527 pohon. Jumlah ini menyusun 11,15 total individu pohon di seluruh aliansi Tabel 24. Spesies pinus memiliki individu
terbanyak, yaitu 311 pohon. Terdapat 5 spesies pohon yang hanya memiliki 1 individu, yaitu haruman Pithecellobium montanum, kaliandra Calliandra
tettragoma, katuk kakatukan, palahlar Dipterocarpus haseltii, dan sasah Symplocos spicata.
Tabel 21. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 2
No Spesies Jumlah
Indi- vidu
No Spesies
Jumlah Indi-
vidu No
Spesies Jumlah
Indi- vidu
1 Glochidon
rubrum 1 25
Castanopsis argentea
6 49
Lithocarpus elegans
29 2
Goniothalamus macrophyllus
1 26 Helicia
robusta 7 50
Castanopsis acuminatissima
32 3
Schefflera scanden
1 27 Peperomia
laevifolia 7 51
Plectocomia elongata
39 4
Gluta renghas
1 28 Michelia
montana 7
52 Quercus
gemelliflora 46
5 Antidesma
tetrandrum 1 29
Homalanthus populneus 7
53 Giganthocloa
pseudoarundina- cea 49
6 Dissochaeta
gracilis 1 30
Cinnamomum javanicum
8 54 Glochidion
hypoleucum 52
7 Polygala
venenosa 1 31
Ficus ribes
10 55
Clustocalyx opperculata
65 8
Dipterocarpus haseltii
2 32 Prunus
arboreum 10 56
Cyathea cf. javanica
66 9
Dysoxylum excelsum
2 33 Maesa
latifolia 12
57 Notaphoebe
umbelliflora 66
10 Lannea
coromandelica 2 34
Aporosa octandra 12
58 Cinchona
officinalis 67 11 Ficus padana
2 35 Archydeudron
clypearia 14 59
Athyrium dilatatum
71 12 Lasianthus sp.
2 36 Litsea cubeba
14 60
Maesopsis eminii
76 13
Ficus fistulosa
2 37 Elaeocarpus
sp. 14 61
Euodia latifolia
94 14
Mangifera cf. indica
3 38 Schizostachyum
iraten 18
62 Horsfieldia
glabra 95
15 Macaranga cf.
Rhizimoides 3 39
Polyosma interifolia
18 63 Schefflera
aromatica 96
16 Ficus
deltoidea 3 40
Dendrocalamus asper
19 64 Cyathea
contaminans 107
17 Calliandra
tetragoma 4 41
Schefflera longifolia
19 65
Dysoxylum arborescens
141 18
Clustocalyx opperculata
4 42 Litsea
tomentosa 20 66
Schima wallichii
149 19
Urophyllum arboreum
4 43 Tarenna
laxiflora 20
67 Pandanus
punctatus 159
20 Ficus globosa 5 44
Phoebe grandis 20 68
Symplocos fasciculata
182 21
Schizostachyum brachycladum
5 45 Antidesma
tetrandum 20 69
Gigantochloa apus
322 22
Saurauia cauliflora
6 46 Ficus
grossulariodes 22
70 Mallotus
blumeanus 326
23 Caryota mitis 6 47
Altingia excelsa
22 71 Pinus
merkusii 374
24 Litsea
brachystachya 6 48
Macaranga rhizinoides
27
Keterangan: Jumlah individu pohon17 blok pengamatan 6,8 ha.
Melalui Tabel 20, 21, dan 22 terlihat bahwa spesies-spesies pohon yang hanya ditemukan di aliansi 1 adalah ki ara payung Ficus involucrata, kimokla
Knema cinera, bisoro Ficus lepicarpa, huni hutan Antidesma bunius, harendang Medinela axima, kiara kebo Ficus elastica, dan kondang Ficus
variegata.
Spesies-spesies pohon yang hanya ditemukan di aliansi 2 adalah cantigi, ki cantung Goniothalamus macrophyllus, panggang, renghas, bambu bitung,
bambu andong, bambu tamiyang dan bambu tali. Kedua spesies bambu yang disebutkan terakhir juga merupakan spesies paling dominan di aliansi 2. Seluruh
spesies pohon yang ditemukan di aliansi 3 juga ditemukan di aliansi lain. Tabel 22. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 3
No Spesies Jumlah
Indi- vidu
No Spesies
Jumlah Indi-
vidu No
Spesies Jumlah
Indi- vidu
1 Calliandra
tetragoma 1
20 Ficus
fistulosa 7
39 Plectocomia
elongata 26
2 Dipterocarpus
haseltii 1 21
Saurauia cauliflora
8 40 Nothaphoebe
umbeliflora 26
3 Symplocos
spicata 1
22 Macaranga
rhizinoides 10
41 Schefflera
aromatica 30
4 Polygala
venenosa 1 23
Phoebe grandis 11 42
Ficus grossulariodes 37
5 Pithecellobium
montanum 1 24
Antidesma tetrandrum
12 43 Maesopsis
eminii 40
6 Aporosa
octandra 2
25 Mangifera cf.
indica 12
44 Cyathea cf.
javanica 42
7 Litsea
brachystachya 2 26
Lasianthus sp. 12 45
Altingia excelsa
46 8 Ficus padana
3 27
Maesa latifolia
13 46
Castanopsis acuminatissima
50 9
Manglietia glauca
3 28 Litsea cubeba
13 47 Schefflera
longifolia 52
10 Sapium
virgatuns 4 29
Tarenna laxiflora
14 48 Schima
wallichii 52
11 Peperomia
laevifolia 4
30 Cinchona
officinalis 15
49 Horsfieldia
glabra 53
12 Homalanthus
populneus 4 31
Ficus deltoidea
15 50 Pandanus
punctatus 55
13 Polyosma
interifolia 4
32 Prunus
arboreum 15
51 Cyathea
contaminans 64
14 Pinanga javana 5 33
Glochidion hypoleucum
17 52 Symplocos
fasciculata 68
15 Elaeocarpus
sp. 5 34
Litsea macrophylla 20
53 Quercus
gemelliflora 72
16 Macaranga cf.
rhizimoides 6
35 Euodia
latifolia 22
54 Athyrium
dilatatum 74
17 Ficus ribes 6 36
Dysoxylum arborescens
22 55 Mallotus
blumeanus 76
18 Actinorhytis
calapparia 7
37 Lithocarpus
elegans 24
56 Pinus
merkusii 311
19 Litsea
tomentosa 7 38
Clustocalyx opperculata
24
Keterangan: Jumlah individu pohon7 blok pengamatan 2,8ha.
Pada penelitian ini juga ditemukan spesies-spesies pada strata pohon yang memiliki jumlah individu kurang atau sama dengan 1, yaitu sebanyak 27,77 di
aliansi 1, 35,22 di aliansi 2, dan 12,5 spesies-spesies yang ada di aliansi 3. Spesies-spesies ini bersama dengan spesies yang penyebarannya sangat terbatas
perlu mendapat perhatian karena diduga kelangsungan keberadaannya di zona sub pegunungan, Gunung Salak menjadi sulit.
Hal ini disebabkan pertama, pada strata pohon inilah spesies-spesies tersebut dapat menghasilkan alat perkembangbiakan dan sekaligus bereproduksi. Namun
pada kondisi ini, peluang untuk menghasilkan anakan dalam jumlah yang mencukupi untuk dapat bertahan menjadi kecil.
Kedua, dengan kondisi ini akan membuat spesies-spesies tersebut sangat rentan terhadap fluktuasi kondisi lingkungan baik yang terjadi secara alami
maupun secara antropogenik. Cody 1986, mengatakan bahwa fluktuasi yang demikian dapat mempengaruhi ketersediaan sumberdaya, baik makanan maupun
ruang hidup dari spesies-spesies jarang ini, sehingga mengancam kehadirannya di zona sub pegunungan, Gunung Salak. Hal ini pada gilirannya akan mempengaruhi
keanekaragaman hayati Gunung Salak, dan juga mengakibatkan keseimbangan ekologi kawasan ini menjadi terganggu. Alasan berikutnya untuk perlunya
spesies-spesies ini mendapat perhatian karena data dari penelitian ini yang menunjukkan jumlah spesiesnya yang relatif banyak di aliansi 1 dan 2 yang
merupakan hutan alam. Pada Tabel 23 dapat diketahui bahwa di seluruh aliansi, jumlah spesies
pohon yang memiliki individu yang sedikit, jauh lebih banyak dibanding jumlah spesies pohon yang memiliki individu yang banyak. Melalui penelitian ini
ditemukan bahwa untuk aliansi 1, ditemukan 73,61 spesies pohon dengan jumlah individu antara 1 – 10 individu pohonha, 19,44 memiliki jumlah
individu antara 11 – 30 individu pohonha, 6,94 memiliki jumlah individu pohon antara 31-100 individu pohonha, dan tidak ada sama sekali spesies yang
memiliki individu pohon lebih dari 100 individu pohonha. Untuk aliansi 2, terdapat sebanyak 83,10 spesies pohon dengan jumlah individu antara 1 – 10
individu pohonha, 12,68 memiliki jumlah individu antara 11 – 30 individu pohonha, 4,23 memiliki jumlah individu pohon antara 31-100 individu
pohonha, dan tidak ada sama sekali spesies yang memiliki individu pohon lebih dari 100ha. Untuk aliansi 3 terdapat 73,43 spesies pohon dengan jumlah
individu antara 1 – 10 individu pohonha, 26,79 memiliki jumlah individu antara 11 – 30 individu pohonha, tidak ada sama sekali spesies yang memiliki
individu pohon antara 31-100 individu pohonha, dan 1,79 spesies yang memiliki individu pohon lebih dari 100 individu pohon ha.
Menurut Whitthen et al., 1996 vegetasi pepohonan yang disusun oleh spesies dengan jumlah individu yang sangat sedikit adalah karakter dari hutan
hujan tropis basah. Dilaporkan oleh penulis yang sama, bahwa Meijer 1959 yang melakukan penelitian di zone hutan hujan tropis basah sub pegunungan Gunung
Gede Panggrango dengan area sampel seluas 1 ha, menemukan bahwa dari 73 spesies pohon yang diperoleh di kawasan tersebut, hanya 1 spesies 1,37 yang
memiliki jumlah individu pohon lebih dari 30. Sebanyak 53 spesies pohon 72,6 memiliki jumlah individu pada kisaran 1-10, dan selebihnya, sebanyak 19
pohon 26,03 memiliki jumlah individu pohon pada kisaran 11-30. Tabel 23. Kisaran jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Kisaran jumlah individu
spesies ha Jumlah
1-10 11-30 31-100 100 1 53
14 5 0 72
2 59 9 3 0
71 3 40
15 0 1 56
Pada penelitian ini tidak ditemukan sama sekali spesies pada strata pohon yang memiliki INP tertinggi pada satu atau lebih blok di seluruh aliansi Tabel 20,
21, dan 22. Selanjutnya hanya pinus, bambu buluh dan panggang puyuh yang ditemukan memiliki INP tertinggi pada satu atau lebih blok pengamatan di 2
aliansi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu pun spesies pada strata pohon yang mendominasi seluruh zona sub pegunungan, Gunung Salak.
Kecuali bambu buluh, semua spesies pohon yang memiliki INP tertinggi di satu atau lebih blok pengamatan di aliansi 1 memiliki jumlah individu lebih dari
300 pohon14,4 ha ± 21 pohonha. Spesies-spesies dengan INP tertinggi ini
berjumlah 5 6,94 dari jumlah spesies pohon di alinsi ini, yaitu puspa, panggang puyuh, cangkuang, ki sirem, dan bambu buluh. Jumlah total individu
spesies ini adalah 2750 batang pohon14,4 ha 29,96 Tabel 20. Pada aliansi 2, jumlah spesies pohon yang memiliki INP tertinggi adalah 6
8,45 dari total jumlah spesies yang ada di aliansi ini dengan jumlah individu sebanyak 1204 pohon6,8 ha 38,70. Ke enam spesies ini adalah pinus, bambu
tali, calik angin, bambu tamiyang, cangkuang dan bambu buluh Tabel 21.
Pada aliansi 3 ditemukan 5 spesies pohon 8,93 dari total jumlah spesies yang ada di aliansi ini yang memiliki INP tertinggi di satu atau lebih blok
pengamatan. Spesies-spesies tersebut adalah pinus, panggang puyuh, manii, pakis benyir, dan rasamala. Jumlah individu seluruh spesies ini adalah 493 pohon2,8
ha 32,28 Tabel 22. Keterangan di atas menunjukkan bahwa jumlah spesies dominan pada suatu
aliansi hanya sedikit dengan persentase di bawah 10 dari jumlah total spesies pada suatu aliansi. Salah satu faktor yang diduga penyebab tingginya nilai INP
yang menunjukkan dominansi dari spesies-spesies ini karena memiliki jumlah individu yang lebih melimpah dibanding spesies-spesies lainnya.
Keseluruhan jumlah spesies pohon yang ditemukan pada seluruh aliansi zona sub pegunungan, Gunung Salak adalah sebanyak 83, dengan jumlah individu
dari seluruh spesies yang telah disampling adalah 13697 batang pohon. Perincian yang lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Total jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi 1 2 3
Jumlah individu pohon luas aliansi
a
9046 66,04
3124 22,81
1527 11,15
Keterangan: Aliansi 1: a: 14,4 ha, 36 blok pengamatan; Aliansi 2: a: 6,8 ha, 17 blok pengamatan; Aliansi 3: a: 2,8 ha, 7 blok pengamatan.
Pada Tabel 25 terlihat bahwa secara statistik jumlah individu pohon pada aliansi 1 berbeda dengan aliansi 2, namun tidak berbeda dengan aliansi 3, dan
juga jumlah individu pohon antara aliansi 2 dan 3 secara statistik tidak berbeda. Namun pada Tabel 26 terlihat bahwa ada kecendrungan jumlah individu pohonha
terbanyak ditemukan pada aliansi yang didominasi vegetasi hutan campuran aliansi 1, diikuti pada aliansi yang didominasi oleh hutan tanaman aliansi 3,
dan terakhir aliansi yang didominasi oleh hutan bambu aliansi 2. Data ini menunjukkan bahwa individu tumbuhan yang ada di hutan bambu lebih sedikit
dibanding hutan alam campuran dan hutan tanaman. Tabel 25. Perbedaan jumlah individu pohon antara tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Vegetasi
Uji Statistik 1-2
1-3 2-3
Mann-Whitney U 90
68,5 30
Z -4,116 -1,892
-1,874
Keterangan: : sangat signifikan pada P 0,01
Tabel 26. Kerapatan pohon pada berbagai hutan hujan tropis basah zona sub pegunungan
No Lokasi Zone
Kehidupan Ketinggian
m dpl Jumlah
individu Pohonha
dbh ≥ 10
cm Sumber
1 Volcan Barva, Hutan sub
HeaneyProctor, Costa
Rica pegunungan
1000 546
1990 2 Volcan
Barva, Hutan sub
HeaneyProctor, Costa
Rica pegunungan
1500 553
1990 3 Neotropis,
Hutan sub Nadkarni et
al., Montevirde, pegunungan
1480 555
1995 Costa
Rica 4 Gunung Salak,
Hutan sub 1050-1350
628 Penelitian ini
Bogor, Jabar pegunungan
aliansi 1
5 Gunung Salak, Hutan sub
1050-1350 459
Penelitian ini Bogor,
Jabar pegunungan aliansi
2 6 Gunung Salak,
Hutan sub 1050-1350
545 Penelitian ini
Bogor, Jabar pegunungan
aliansi 3
Jumlah individu pohon yang ditemukan pada penelitian ini jika dibandingkan dengan yang ada di beberapa hutan hujan tropis basah sub
pegunungan lainnya dapat dilihat pada Tabel 26. Terlihat bahwa aliansi 1 memiliki jumlah individu pohon yang paling banyak, dan aliansi 2 yang terdapat
pada lokasi yang sama memiliki jumlah individu pohon paling sedikit. Dua hutan hujan tropis basah sub pegunungan di Volcan Barva memperlihatkan perbedaan
jumlah individu pohon yang tidak terlalu besar. Secara keseluruhan terlihat bahwa jumlah individu pohon pada hutan-hutan ini relatif sama, hanya pada hutan di
aliansi 2, yang relatif lebih sedikit dibanding hutan-hutan lainnya dengan jumlah individu pohonha di bawah 500 pohon.
Melalui tabel yang sama, terlihat bahwa masing-masing hutan menempati ketinggian yang berbeda, namun rentang kisaran ketinggian setiap hutan tersebut
berada kisaran 1000 – 1500 m dpl. Sebagaimana yang telah diketahui sebelumnya, untuk daerah tropis, zone kehidupan yang ada pada kisaran
ketinggian ini, menurut van Steenis 1972 adalah zone hutan hujan tropis basah sub pegunungan. Selanjutnya karaketeristik yang sama dari hutan-hutan tersebut
adalah lokasi terdapat pada daerah dengan iklim tropika basah. Data ini menunjukkan bahwa pada kondisi iklim yang sama, walaupun terdapat pada
lokasi geografi yang berbeda akan menghasilkan struktur vegetasi yang dalam hal ini adalah jumlah individu pohon yang relatif sama.
2. Distribusi Kelas Diameter Pohon pada Seluruh Aliansi Zona Sub
Pegunungan, Gunung Salak
Distribusi kelas diameter KD pohon pada seluruh blok pengamatan di aliansi 1 dapat dilihat pada Tabel 27. Pola distribusi kelas diameter pohon pada
seluruh blok pengamatan hampir sama, yakni ditemukan jumlah individu pohon terbanyak pada kelas diameter kecil, dan semakin berkurang dengan
bertambahnya ukuran kelas diameter. Hal yang menyolok dari distribusi kelas diameter pohon pada aliansi ini
adalah sedikitnya jumlah individu pada kelas diameter yang besar, yaitu kelas diameter E 50cm
≤KD60cm; F 60cmcm≤KD70; G 70cm≤KD80; dan H KD80. Ditemukan 23 blok pengamatan 63,89 memiliki total jumlah pohon
pada kelas diameter E sampai H sebanyak 10 pohon atau kurang kurang dari 25 pohonha.
Distribusi kelas diameter individu pohon pada blok-blok pengamatan di aliansi 2 dapat dilihat pada Tabel 28. Nampak jelas dari distribusi kelas diameter
spesies-spesies di aliansi ini adalah banyaknya individu pohon yang ditemukan pada kelas diameter tertinggi, yaitu kelas diameter H. Seluruh blok pengamatan
100 di aliansi 2 memiliki individu pohon dengan kelas diamater H. Kecuali pada blok pengamatan 7, jumlah individu pohon pada kelas diameter E sampai H
lebih dari 10, bahkan pada kisaran kelas diameter ini E – H, jumlah individu paling banyak ditemukan pada kelas diameter H. Dari 17 blok pengamatan yang
ada di aliansi ini terdapat 14 blok pengamatan semuanya didominasi oleh spesies bambu.
Tabel 27. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 1
No DISTRIBUSI KELAS DIAMETER
JUM- LAH
Blok A B
C D
E F
G H
1 3 145
39 27 7
4 3 2 1
228 2 4 86 77
22 14
5 4
10 4 222
3 5 175
39 20 5
4 0 0 0
243 4 8 97 37
9 2
1 0 1
147
5 10
113 39
11 9 2 3
0 0 177
6 13 89 41 16
3 7
1 1 2
160 7 14 96 27
14 5 3 1
5 2 153
8 15 111 42 20
5 2
1 2 1
184 9
20 151
57 7 4
0 0 0 1
220 10 24 166 59
11 20
4 0 1
261 11
25 181
54 28 8
2 1 1 0
275 12 30 172 58
13 6
2 1
1 0 253
13 31
156 51
20 6 0 1
1 0 235
14 33 140 62 30
14 6
3 1 3
259 15
35 192
44 23 4
1 0 0 0
264 16 37
137 45 18 17
3 8 0 18
246 17 38 147 43
11 18
8 3
3 1 234
18 39
161 41
32 6 3 6
2 1 252
19 40 155 57 21
14 4
7 0 2
260 20 42
166 63 25 14
5 7 0 0
280 21 43 187 60
25 17
4 6
10 1 310
22 44
176 65
10 5 3 3
1 3 266
23 45 207 78 32
6 2
3 0 0
328 24 46
130 46 13 23
4 3 1 1
221 25 49 169 80
30 21
5 3
2 6 316
26 50 153 68
41 10 1 1
1 6 281
27 51 173 61 23
5 7
11 4 0
284 28 52
166 64 32 19
3 1 0 3
288 29 53 155 92
43 17
4 2
0 2 315
30 54 156 69
43 25 0 4
0 1 298
31 55 122 96
25 11 0 0
0 1 255
32 56 161 69 15
7 4
10 3 0
269 33 57
151 64 33 11
4 1 0 2
266 34 58 141
90 41
8 1
2 0 283
35 59 136 54
44 20 0 2
1 0 257
36 60 151 61 29
10 4
1 0 256
Totall 5370 2092 857
396 107
107 53 64
9046 Rata-Rata 149 58,1
23,8 11
2,97 2,97 1,47 1,78 251,
28 Maksimum
207 96 44 25
8 11 10 18
328
Minimum 86 27 7
2 0 0
147 Keterangan: KD Kelas Diameter: A: 10cm
≤KD20cm; B: 20cm≤KD30cm; C:30cm≤KD40 cm; D: 40cm
≤KD50cm; E: 50cm≤KD60cm; F: 60cmcm≤KD70cm; G:70cm≤KD80cm; H: KD80cm. Jumlah individu = Jumlah individu pohonBlok = Jumlah individu pohon0,4 ha.
Blok pengamatan 6, 27, dan 34 di aliansi 2, tidak didominasi oleh bambu. Namun demikian pada blok-blok ini, spesies-spesies yang memiliki kelas
diameter tertinggi adalah spesies bambu, yakni untuk blok 6, dari 19 individu yang memiliki kelas diameter tertinggi seluruhnya disusun oleh rumpun bambu,
yaitu bambu andong, bambu bitung dan bambu tali. Untuk blok 27, dari 9 individu yang memiliki kelas diameter H seluruhnya adalah merupakan spesies
bambu, yaitu bambu bitung dan bambu tali. Tabel 28. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 2
No BLOK KELAS DIAMETER
JUM- LAH
A B C D E F G H 1 2 84
22 7 3 1 0 1
12 130 2 6 34
63 43 5 3 4
19 171 3 7 95
16 2 1 0 1 9 124
4 16 10 6 8 29
27 2 1
44 127 5 17 72
21 2
2 2
36 135
6 18 79 13 7 3 0 0
97 199 7 19
112 31 9 5 2 2
1 46 208
8 21 30 20
24 9 2 4 2
36 127 9 22
133 28 4 5 1 1
33 205 10 23
114 30
7 1
7 1
16 176 11 26 57
20 21
13 3
1 19 134
12 27 128
24 6
1 1
2 9 171
13 28 156
37 6
4 2
5 11 221
14 29 106
46 9 3 2 1 4
19 190 15 32
130 45
17 6 2 3 1
7 211 16 34
250 52
16 4 4 6 2
9 343 17 36
192 29
13 3 1 2 2
10 252 TOTAL:
1782 503
201 95 58 36 17
432 3124 RATA-RATA: 104,8
29,6 11,8
5,59 3,41
2,12 1
25,41 183,76 MAKSIMUM:
250 63 43 29 27 6 4 97 343
MINIMUM: 10 6
2 7 124
Keterangan: KD Kelas Diameter: A: 10cm ≤KD20cm; B: 20cm≤KD30cm; C:30cm≤KD40
cm; D: 40cm ≤KD50cm; E: 50cm≤KD60cm; F: 60cmcm≤KD70cm; G:70cm≤KD80cm; H:
KD80cm. Jumlah individu = Jumlah individu pohonBlok = Jumlah individu pohon0,4 ha.
Distribusi kelas diameter individu pohon pada blok-blok pengamatan di aliansi 3 dapat dilihat pada Tabel 29. Nampak pada seluruh blok pengamatan
terjadi penurunan jumlah individu pohon dari kelas diameter kecil ke kelas diameter besar. Juga nampak pada seluruh blok pengamatan, jumlah individu
pohon pada kelas diameter E sampai H kurang atau sama dengan 10. Pada aliansi ini, terdapat 2 blok pengamatan tanpa individu pohon pada
kelas diameter G dan H, yaitu blok pengamatan 11 dan 47. Diduga blok pengamatan 11 merupakan blok yang banyak mendapat gangguan. Hal ini dapat
dilihat dari persentase penutupan tajuk pohon di blok ini yang hanya sebesar 50,50. Nilai ini merupakan yang terendah di aliansi 3 dan juga di seluruh blok
pengamatan. Indikasi lainnya adalah tingginya persentase penutupan tajuk herba di blok ini, yaitu 60,75 dan terbesar di aliansi 3, serta menduduki urutan kedua
terbesar di seluruh blok pengamatan Tabel 18. Pada blok pengamatan 47, pakis benyir merupakan spesies yang memiliki INP tertinggi namun hanya memiliki
individu pohon pada kelas diameter A 10cm ≤KD20cm.
ALIANSI 1
2092
53 64 107
107 396
857 5370
550 1100
1650 2200
2750 3300
3850 4400
4950 5500
A B
C D
E F
G H
KELAS DIAMETER cm JUM
LAH I NDIVID
U 36 BLOK
ALIANSI 3
984
324 6
2 10
18 85
98 100
200 300
400 500
600 700
800 900
1000
A B
C D
E F
G H
KELAS DIAMETER cm JU
MLAH IN
DIV IDU
7 B LOK
a b
Keterangan: a Aliansi 1 b Aliansi. 3. Keterangan: KD Kelas Diameter: A: 10cm ≤ KD
20cm; B: 20cm ≤KD 30cm; C: 30cm ≤ KD 40 cm; D: 40cm ≤ KD 50cm; E: 50cm ≤ KD
60cm; F: 60cm ≤ KD 70; G: 70cm ≤KD 80cm; H: KD 80cm.
Gambar 38. Distribusi kelas diamater seluruh individu pohon
a b
Keterangan: a aliansi 1 dan b aliansi 3
. Gambar 39. Hubungan eksponensial antara kelas diameter dengan
jumlah individu pohon Pada Gambar 38 dapat dilihat grafik distribusi kelas diameter pada aliansi
1 dan 3. Nampak pada aliansi 1 yang merupakan hutan campuran dan aliansi 3, yang merupakan hutan yang didominasi oleh hutan tanaman membentuk kurva
struktur tegakan J terbalik, dan terjadi penurunan jumlah individu pohon secara eksponensial dari kelas diameter kecil ke kelas diameter besar.
Hal ini sesuai dengan persamaan regresi antara kelas diameter dan jumlah individu pohon di kedua aliansi ini Gambar 39a dan b. Persamaan regresi yang
terbentuk di aliansi 1 adalah Y = 6,87. exp-0,006X; R
2
= 84,74; P 0,01, dan di aliansi 3 adalah Y = 6,84 exp.-0,006X; R
2
= 85,37; P 0,01. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar kelas diameter pada suatu aliansi maka
jumlah individu pohon akan semakin berkurang. Sebaliknya, pada aliansi 2 hal ini tidak ditemukan. Menurut Barbour et al., 1987, struktur tegakan yang
membentuk kurva J terbalik menunjukkan bahwa komunitas tumbuhan tersebut mampu tumbuh secara berkelanjutan.
Richard 1964 mengatakan bahwa kepadatan pohon di dalam hutan hujan tropis basah umumnya tidak teratur, biasanya kepadatan pohon akan tinggi pada
kelas diameter yang kecil untuk kemudian menurun pada kelas diameter yang semakin besar. Struktur tegakan J terbalik menunjukkan bahwa individu pohon
yang tumbuh pada masa awal pertumbuhan cukup. Seiring dengan perubahan waktu, individu-individu tersebut mengalami pertumbuhan dan untuk itu
diperlukan sumber daya yang lebih banyak. Hal ini pada gilirannya meningkatkan kompetisi di antara individu-individu pohon tersebut, baik di antara spesies yang
sama maupun di antara spesies yang berbeda untuk memperoleh sumber daya. Persaingan melalui proses ini akan terus berlanjut, sehingga pohon yang kalah
akan mati atau tetap dalam keadaan kecil, sebaliknya yang menang akan tumbuh menjadi lebih besar.
Tabel 29. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 3
NO BLOK KELAS DIAMETER POHON cm
JUM- LAH
A B C D E F G H
1 1 166 48 4
1 2
1 1
2 225 2 9 111 65 14 10 2 2 0 2 206
3 11 50 35 21 37 7 3 0 0 153 4 12 138 27 11 5 3 1 0 1 186
5 41 153 50 10 9 4 0 1 0 227 6 47 204 44 16 10 0 2 0 0 276
7 48 162 55
22 13
1 1 254
JUMLAH: 984 324 98 85 18 10 2 6 1527
RATA-RATA: 140,57 46,29 14,00
12,14 2,57
1,43 0,29
0,86 218,14 MAKSIMUM: 204 65
22 37 7 3 1 2 276 MINIMUM: 50 27
4 1 0 0 0 0 153
Keterangan: KD Kelas Diameter: A: 10cm ≤KD20cm; B: 20cm≤KD30cm; C:30cm≤KD40
cm; D:40cm ≤KD50cm; E: 50cm≤KD60cm; F: 60cmcm≤KD70cm; G:70cm≤KD80cm; H:
KD80cm. Jumlah individu = Jumlah individu pohonBlok = Jumlah individu pohon0,4 ha
Melalui Tabel 28, terlihat bahwa pada aliansi 2, jumlah individu meningkat pada kelas diameter terbesar, yaitu kelas diameter H. Hal ini disebabkan blok-
blok pengamatan di aliansi ini dikuasai oleh bambu. Tumbuhan bambu dihitung
berdasarkan rumpun dan kelas diameter bambu diukur berdasarkan ukuran keliling dari rumpun bambu tersebut, yang umumnya menghasilkan ukuran kelas
diameter yang sangat besar. Ukuran yang besar dari rumpun bambu yang ditemukan dalam penelitian ini, disebabkan dalam satu rumpun bambu dapat
ditemukan puluhan individu dengan diameter rata-rata 10 cm. Pada Tabel 30 terlihat bahwa hutan-hutan alam di aliansi 1 berbeda nyata
dengan hutan bambu di aliansi 2 dalam hal jumlah individu yang terdapat pada kelas diameter kecil, yaitu pada kelas diameter A, B 20cm
≤KD30cm, C 30cm
≤KD40cm, dan D 40cm≤ KD50cm. Perbedaan juga nampak di antara kedua aliansi ini pada kelas diameter paling besar, yaitu kelas diameter H. Antara
aliansi 2 dan 3 juga terdapat perbedaan pada kelas diameter kecil, yaitu pada kelas diameter B dan D, dan di antara kedua aliansi ini juga terdapat perbedaan pada
kelas diameter yang paling besar, yaitu pada kelas diameter H. Untuk aliansi 1 dan 3 perbedaan hanya ditemukan pada kelas diameter kecil, yaitu kelas diameter
C. Kondisi yang dikemukakan di atas menunjukkan bahwa jumlah individu
pohon pada kelas diameter kecil di hutan-hutan yang didominasi oleh spesies bambu lebih sedikit dibanding dengan yang ada di hutan-hutan tanaman di aliansi
3 dan hutan alam di aliansi 1. Namun demikian jumlah individu pohon pada kelas diameter terbesar di aliansi 2 selalu lebih banyak dibanding dengan yang ada di
aliansi 1 dan 3. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap berkurangnya jumlah
individu pohon pada kelas diameter besar di aliansi 1 dan 3 selain kompetisi, adalah ketinggian tempat dari permukaan laut. Pendry Proctor 1996 dalam
penelitian mereka di Bukit Belalong 913 m dpl yang merupakan sebuah gunung kecil di Brunei menemukan bahwa struktur tegakan hutan hujan tropis basah
dataran rendah dengan ukuran pohon yang besar ditemukan sampai pada ketinggian 750 m dpl, dan di atas ketinggian tersebut terjadi perubahan yakni
ukuran pohon semakin mengecil. Menurut mereka, hal tersebut menunjukkan kehadiran hutan hujan tropis basah sub pegunungan.
Tabel 30. Perbedaan jumlah individu pohon pada berbagai kelas diameter di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Uji Statistik ALIANSI 1 DAN 2
KELAS DIAMETER A B C D
Mann-Whitney U 131
64 102,5
118 Z -3,336
-4,613 -3,881
-3,594 Uji Statistik
ALIANSI 1 DAN 2 KELAS DIAMETER
E F G H Mann-Whitney U
236,5 266
305,5 8
Z -1,341 -0,774
-0,01 -5,751
Uji Statistik ALIANSI 1 DAN 3
KELAS DIAMETER A B C D
Mann-Whitney U 116,5
76,5 58
120 Z -0,313
-1,629 -2,24
-0,198 Uji Statistik
ALIANSI 1 DAN 3 KELAS DIAMETER
E F G H Mann-Whitney U
108 87,5
82 109,5
Z -0,601 -1,293
-1,56 -0,567
Uji Statistik ALIANSI 2 DAN 3
KELAS DIAMETER A B C D
Mann-Whitney U 33
23 40,5
28 Z -1,683
-2,319 -1,209
-2,016 Uji Statistik
KELAS DIAMETER ALIANSI 2 DAN 3
E F
G H
Mann-Whitney U 54
48 36,5
0,000 Z -0,357
-0,751 -1,587
-3,791 Keterangan: : Sangat signifikan pada P 0,01; : signifikan pada P 0,05. KD Kelas
Diameter: A: 10cm ≤ KD 20cm; B: 20cm ≤ KD 30cm; C: 30cm ≤ KD 40 cm; D: 40cm ≤ KD
50cm; E: 50cm ≤ KD 60cm; F: 60cm ≤KD 70cm; G:70cm ≤ KD 80cm;
H: KD 80cm. : berbeda nyata; P0,05.
Whitmore 1986 mengatakan bahwa, sedikitnya individu pohon yang memiliki kelas diameter besar merupakan ciri hutan hujan tropis basah sub
pegunungan. Whitten et al., 1988 mengatakan bahwa pada hutan tropis basah dataran rendah, walaupun struktur tegakan memperlihatkan kurva J terbalik,
namun tetap ditemukan individu pohon yang relatif lebih banyak pada kelas diameter yang besar dibanding yang terdapat pada hutan hujan tropis basah sub
pegunungan. Pendry Proctor 1996 menjelaskan bahwa perubahan struktur hutan ini
disebabkan oleh perubahan ketinggian tempat yang pada gilirannya menyebabkan menurunnya suhu udara. Soedomo 1984 mengatakan bahwa, pengaruh
ketinggian tempat terhadap pertumbuhan pohon bersifat tidak langsung. Artinya perbedaan ketinggian tempat akan mempengaruhi keadaan lingkungan tumbuh
pohon, terutama suhu, kelembapan, O
2
di udara dan keadaan tanah. Keadaan lingkungan tumbuh ini akhirnya mempengaruhi pertumbuhan pohon.
Jumlah individu pohon pada kelas diameter kecil di aliansi 1 dan 3 yang berbeda dengan jumlah individu pohon pada kelas diameter yang sama di aliansi 2
menunjukkan bahwa pada aliansi hutan bambu, banyak individu tumbuhan selain bambu yang dapat tumbuh di tempat tersebut, tidak dapat berkembang maksimal
oleh karena adanya tekanan dari tumbuhan bambu. Pratiwi 2006 yang melakukan penelitian di Gunung Gede Pangrango
menemukan bahwa jumlah maupun macam spesies selain bambu pada tegakan yang didominasi oleh bambu terbilang rendah sehingga dapat dikatakan
keberadaan rumpun bambu memiliki tingkat asosiasi yang rendah dengan spesies tumbuhan lain.
Kehadiran tumbuhan bambu membentuk rumpun-rumpun yang besar di aliansi 2 menunjukkan bahwa tumbuhan ini tahan terhadap kondisi lingkungan di
daerah ketinggian. Widjaja 1994 mengatakan bahwa, bambu adalah tumbuhan dengan tingkat adaptasi yang tinggi pada berbagai kondisi lingkungan. Hal ini
terlihat dari penyebaran bambu baik secara alami maupun yang sengaja ditanam yang dapat ditemui di daerah datar, lembah, perbukitan, dan pegunungan berbukit.
Sutiyono et al., 1992 mengatakan bahwa, bambu dapat tumbuh dengan baik pada berbagai kondisi tanah, mulai dari tanah berat sampai ringan, tanah kering,
tanah becek, tanah subur, dan tanah tidak subur. 3. Pola Distribusi Spesies Pohon pada Seluruh Aliansi Zona Sub
Pegunungan Gunung Salak
Pola distribusi spesies pohon dominan nilai INP urutan 1 sampai 3 di seluruh aliansi dapat dilihat pada Tabel 31. Nampak bahwa seluruh spesies
tersebut memiliki nilai ip lebih besar dari 0 yang menunjukkan bahwa spesies- spesies tersebut memiliki pola distribusi mengelompok. Di aliansi 1 terlihat
bahwa bambu buluh memiliki nilai ip tertinggi diikuti cangkuang. Seluruh spesies pohon dominan di aliansi 2 memiliki pola distribusi
mengelompok. Pada aliansi 2 nilai ip spesies-spesies bambu, yaitu bambu bitung dan bambu buluh lebih tinggi dibanding spesies dengan bentuk tumbuh pohon,
dan hanya cangkuang yang memiliki nilai ip yang relatif sama dengan spesies bambu. Di aliansi 3, beunying cai Ficus fistulosa memiliki nilai ip tertinggi.
Walaupun spesies pohon dominan memiliki pola distribusi mengelompok, namun jika nilai ip dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu sangat rendah 0,0 – 0,3,
rendah 0,3 – 0,5, sedang 0,5 – 0,7, tinggi 0,7 – 0,9, dan sangat tinggi 0,9 dan spesies-spesies pohon dominan dikelompokkan berdasarkan kategori tersebut,
akan terlihat bahwa sebagian besar spesies tersebut memiliki kategori pola pengelompok sedang.
Ki pare Glochidion hypoleucum, anggrip Tarenna laxiflora, dan pasang batarua Quercus gemelliflora memiliki kategori pola pengelompokan rendah,
namun pasang batarua juga memiliki pola pengelompokan sedang. Ramogiling memiliki pola pengelompokan sangat rendah bahkan nilai ip spesies ini mendekati
pola pengelompokan acak. Beunying cai dan bambu buluh memiliki pola pengelompok tinggi, namun bambu buluh juga memiliki pola pengelompokan
sangat tinggi Tabel 31. Keterangan ini menunjukkan bahwa peluang untuk menemukan individu spesies yang sama yang memiliki kategori pengelompokan
sangat tinggi pada suatu lokasi di Gunung Salak adalah paling besar, dan semakin menurun dengan semakin rendahnya kategori nilai ip suatu spesies.
Tingginya nilai ip spesies-spesies bambu menunjukkan bahwa tingkat pengelompokan spesies ini sangat tinggi. Tumbuhan ini merupakan tumbuhan
rumpun dengan anakan yang tumbuh rapat satu sama lain dekat induknya.
Selanjutnya bambu selalu ditemukan dalam jumlah yang banyak pada plot pengamatan sehingga meningkatkan peluang untuk memperoleh nilai ip yang
tinggi. Hasil penelitian Djufri 1993 di padang rumput Taman Nasional Baluran,
Jawa Timur memperlihatkan bahwa tumbuhan rumpun memiliki kecendrungan yang sangat tinggi untuk mengelompok. Hal ini disebabkan oleh
perkembangbiakan dari bentuk tumbuh herba ini dengan rimpang atau stolon yang menghasilkan anakan vegetatif yang tumbuh dekat dengan induk. Pada
penelitian tersebut, tumbuhan rumpun yang ditemukan memiliki bentuk tumbuh yang murni herba. Cangkuang merupakan tumbuhan dengan individu yang
tumbuh rapat satu sama lainnya, yang menyebabkan jika individu spesies ini
ditemukan pada suatu plot pengamatan maka akan ditemukan individu spesies ini dalam jumlah yang banyak.
Penelitian Kusmana 1989 di Gunung Gede Pangrango juga menemukan bahwa pola distribusi pohon adalah pola mengelompok. Dijelaskan bahwa pola
pengelompokan terjadi terutama karena topografi tapak yang cukup berat dan keadaan lapang yang berbatu dengan lapisan tanah atas yang tipis. Kondisi
topografi pada lokasi penelitian tersebut sangat mirip dengan yang ditemukan pada penelitian ini, sehingga diduga bahwa salah satu faktor yang berpengaruh
pada pola distribusi mengelompok spesies pohon di zona sub pegunungan, Gunung Salak adalah topografi.
Pada sisi lain Parthasaranthy 1999, melaporkan bahwa pola distribusi mengelompok tumbuhan dominan di hutan hujan tropis basah bagian barat daya
Ghat, India sangat erat terkait dengan buah yang dihasilkan oleh pohon-pohon tersebut. Sebagian besar pepohonan dominan di hutan tersebut menghasilkan buah
kecil dengan daging tebal dan kebanyakan mengelompok, serta terutama disebarkan oleh hewan burung maupun mamalia.
Lebih jauh Barbour et al., 1987 mengatakan bahwa sebagian besar spesies tumbuhan memiliki pola distribusi mengelompok. Hal ini terkait dengan
kehadiran biji dan permudaan vegetatif yang cenderung untuk berkonsentrasi dekat tumbuhan induk, juga lingkungan mikro dekat tumbuhan induk lebih sesuai
dengan kebutuhan dari anakan spesies yang bersangkutan. Selanjutnya Barbour et al., 1987; Ewusie 1990; dan Kershaw 1973 mengatakan bahwa penyebaran
individu suatu spesies secara mengelompok merupakan pola yang paling umum terjadi di alam.
131 Tabel 31. Pola pengelompokan spesies pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
No Spesies Nama
Daerah Aliansi 1
Aliansi 2 Aliansi 3
ip Kategori
Pengelom- pokan ip
Kategori Pengelom-
pokan ip Kategori
Pengelom- pokan
1 Tarenna laxiflora Anggrip 0,40692
Rendah 2
Gigantoclhoa pseudoarundinacea
Bambu Andong 0,54907
Sedang 3 Dendrocalamus asper
Bambu Bitung 0,58422
Sedang 4
Schizostachyum brachycladum
Bambu buluh 1
Sangat Tinggi 0,88451
Tinggi 5 Schizostachyum iraten
Bambu Tamiyang 0,51709
Sedang 6 Gigantoclhoa apus
Bambu Tali 0,5202
Sedang 7 Ficus deltoidea
Beunying cai
0,73711 Tinggi
8 Mallotus blumeanus Calik angin
0,5018 Sedang
0,50659 Sedang
0,51534 Sedang
9 Pandanus punctatus Cangkuang 0,50418
Sedang 0,56151
Sedang 10 Schefflera aromatica
Gompong 0,50044 Sedang
0,50117 Sedang
11 Nocaphoebe umbelhflora Huru
leer 0,50067
Sedang 12 Symplocos fasciculata
Jirak 0,50041 Sedang
0,50184 Sedang
0,50477 Sedang
13 Prunus arboreum Kawoyang
0,50204 Sedang
14 Glochidion hypoleucum Ki
pare 0,32565 Rendah
15 Euodea latifolia Ki
sampang 0,50019
Sedang 16 Eugenia oclusa
Ki sirem
0,50055 Sedang
17 Maesopsis eminii Manii 0,50232
Sedang 0,50852
Sedang 0,64923
Sedang 18 Athyrium dilatatum
Pakis benyir
0,52366 Sedang
19 Cyathea contaminans Pakis sier
0,50146 Sedang
0,50322 Sedang
0,50175 Sedang
20 Dysoxylum arborescens Panggang puyuh 0,50008
Sedang 0,50259
Sedang 0,51032
Sedang 21 Pinus merkusii
Pinus 0,5104
Sedang 0,51877
Sedang 22 Quercus gemelliflora
Pasang batarua 0,49994 Rendah
0,51917 Sedang
23 Castanopsis
acuminatissima Pasang
putih 0,50028
Sedang 24 Hoersfieldia glabra
Piskulit 0,5002 Sedang
0,50252 Sedang
0,50503 Sedang
25 Schima wallichii Puspa 0,50031
Sedang 0,50841
Sedang 0,50818
Sedang 26 Schefflera longifolia
Ramogiling 0,2093
Sangat Rendah
27 Altingia exelsa Rasamala
0,50016 Sedang
28 Ficus grossularioides Sehang
0,52341 29 Cinchona officinalis
Sulibra 0,51479
Sedang
Keterangan: : ip: Stardardized Morishita index of dispersion
4. Indeks Keanekaragaman, Indeks Kemerataan, dan Indeks Kekayaan Spesies pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak.
Perhitungan H’ indeks keanekaragaman spesies Shanon Wienner di aliansi 1, menghasilkan nilai yang berkisar antara 2,666 – 3,391. Nilai H’ terkecil
ditemukan pada blok pengamatan 4, dan terbesar pada blok pengamatan 24. Nilai H’ di aliansi 2 berkisar antara 1,163 – 3,233 dengan nilai H’ terkecil ditemukan
pada blok pengamatan 16, dan terbesar pada blok pengamatan 34. Nilai H’ di aliansi 3 berkisar antara 1,683 – 3,498. Nilai H’ terkecil di temukan pada blok
pengamatan 11 dan terbesar ditemukan pada blok pengamatan 47 Gambar 40. Melalui Tabel 33 dapat dilihat hasil uji statistik perbedaan nilai H’ di antara
ketiga aliansi. Secara statistik hanya nilai H’ antara aliansi 1 dan 2 yang berbeda nyata, sedangkan antara aliansi lainnya tidak. Namun jika dilihat pada Tabel 32,
nampak bahwa rata-rata nilai H’ pada aliansi 1 merupakan yang tertinggi disusul oleh aliansi 3, dan terakhir oleh aliansi 2. Hal ini menunjukkan bahwa hutan alam
campuran yang ditemukan di aliansi 1 memiliki nilai H’ yang paling tinggi, dan yang terendah ditemukan pada hutan bambu di aliansi 2.
Tingginya keanekaragaman spesies di aliansi 1 dibanding aliansi lainnya juga nampak pada banyaknya blok pengamatan dengan nilai H’ di atas 3. Pada
aliansi ini terdapat 72,22 blok pengamatan dengan nilai H’ di atas 3, dan tidak ditemukan sama sekali blok pengamatan dengan nilai H’ di bawah 2. Pada aliansi
2, terdapat 17,65 blok pengamatan dengan nilai H’ di bawah 2, 70,59 dengan nilai H’ di antara dan 2 dan 3, dan 11,76 dengan nilai H’ di atas 3. Pada aliansi
3 ditemukan 14,29 blok pengamatan dengan nilai H’ di bawah 2, 42,86 dengan nilai H’ antara 2 dan 3, dan 42,86 dengan nilai H’ lebih besar 3 Tabel
32. Nilai e indeks kemerataan spesies pada aliansi 1 berkisar antara 1,136-
1,403. Blok pengamatan 24 memiliki nilai e tertinggi, sedangkan terendah pada blok pengamatan 4. Blok pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi pada aliansi 2,
sedangkan blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah. Kisaran nilai e di aliansi ini adalah 0,551-1,331. Pada aliansi 3 nilai e yang ditemukan berkisar
antara 0,770-1,434. Blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah dan blok pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi Gambar 41.
Keterangan: H’ : Indeks Keanekaragaman Shanon Wienner
Gambar 40. Nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi Tabel 32. Deskripsi statistik nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Rata-
Rata Min Max Range Std.
Error CV N
1 3,105 2,670 3,390 0,730 0,031 5,986 36
2 2,457 1,163 3,233 2,070 0,128 21,405
17 3
2,778 1,683 3,498 1,815 0,235 22,379 7
Tabel 33. Perbedaan nilai H’ antara tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Test Statistics
1-2 1-3
2-3 Mann-Whitney U
52 85
37 Z -4,84
-1,349
Nilai e indeks kemerataan spesies pada aliansi 1 berkisar antara 1,136- 1,403. Blok pengamatan 24 memiliki nilai e tertinggi, sedangkan terendah pada
blok pengamatan 4. Blok pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi pada aliansi 2, sedangkan blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah. Kisaran nilai e di
Aliansi 1
0,0 1,0
2,0 3,0
4,0
4 13
3 5
55 14
10 60
37 8
38 20
15 39
43 58
46 54
59 33
42 35
50 31
45 53
51 56
49 44
25 30
40 57
52 24
H
Aliansi 2
0,0 2,0
4,0
16 6
21 17
26 18
7 22
27 28
19 2
36 23
32 29
34
H
Aliansi 3
0,0 1,0
2,0 3,0
4,0
11 1
9 41
12 48
47 BLOK PENGAMATAN
H
aliansi ini adalah 0,551-1,331. Pada aliansi 3 nilai e yang ditemukan berkisar antara 0,770-1,434. Blok pengamatan 11 memiliki nilai e terendah dan blok
pengamatan 47 memiliki nilai e tertinggi Gambar 41. Hasil uji perbedaan nilai e di antara ketiga aliansi menunjukkan bahwa
hanya antara aliansi 1 dan 2 yang berbeda nyata, sedangkan antara aliansi lainnya tidak Tabel 36. Pada sisi lain jika dilihat pada Tabel 35 nampak ada
kecendrungan nilai rata-rata e yang bergerak naik dari aliansi 2 ke aliansi 3, dan terakhir pada aliansi 1. Hal ini menunjukkan bahwa aliansi 1 memiliki kemerataan
spesies yang paling tinggi, disusul oleh aliansi 3, dan terakhir aliansi 2. Tabel 34. Kisaran nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
ALIANSI JUMLAH BLOK
KISARAN NILAI H 2 2-3
3 1 0
10 26
2 3 12
2 3 1 3
3
Kisaran nilai R indeks kemerataan spesies di aliansi 1 adalah 1,691-2,662. Blok pengamatan 55 memiliki nilai R terendah, dan tertinggi pada blok
pengamatan 24. Pada aliansi 2 ditemukan bahwa blok pengamatan 16 memiliki nilai R terendah, sedangkan pada blok pengamatan 29 memiliki nilai R tertinggi.
Pada aliansi ini kisaran nilai R adalah 0,621-2,829. Pada aliansi 3 nilai R terendah ditemukan pada blok pengamatan 11 sedangkan tertinggi pada blok pengamatan
47. Kisaran nilai R pada aliansi 3 adalah 1,051-2,588 Gambar 42. Perbedaan nilai R yang nyata hanya ditemukan antara aliansi 1 dengan 2,
sedangkan antara aliansi lainnya tidak Tabel 38. Selanjutnya jika dilihat pada Tabel 37 nampak ada kecendrungan nilai rata-rata R bergerak naik dari aliansi 3
ke aliansi 2 dan terakhir pada aliansi 1. Hal ini menunjukkan bahwa secara rata- rata aliansi 1 memiliki nilai kekayaan species yang lebih tinggi, disusul oleh
aliansi 2, dan terakhir aliansi 3. Keanekaragaman spesies yang relatif lebih tinggi di aliansi 1 dibanding
aliansi-aliansi lainnya diduga disebabkan oleh kemerataan dan kekayaan spesies di aliansi ini relatif lebih tinggi. Menurut Barnes et al., 1998 komponen dari
keanekaragaman spesies terdiri atas kemerataan spesies dan kekayaan spesies.
Keterangan: e : Indek Kemerataan Spesies
Gambar 41. Nilai e pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Tabel 35. Deskripsi statistik nilai e pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Mean
Minimum Maximum
Range Std.
Error CV N
1 1.301694 1.136
1.403 0.267
0.011 4.998 36
2 1.067529 0.551
1.331 0.78
0.049 18.821 17
3 1.186143 0.77
1.434 0.664
0.090 20.162
7
Tabel 36. Perbedaan nilai e antara seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Test Statisticsa
1-2 1-3
2-3 Mann-Whitney U
51 97
36.5 Z -4.859
-0.95425
Keterangan: : Signifikan pada P 0,05.
Aliansi 3
0,000 0,500
1,000 1,500
2,000
11 1
9 41
12 48
47 BLOK P ENGAMAT AN
e
Aliansi 2
0,000 0,200
0,400 0,600
0,800 1,000
1,200 1,400
16 6
21 2
17 18
26 22
28 27
7 36
19 32
23 34
29
e Al i an si 1
0,000 0,200
0,400 0,600
0,800 1,000
1,200 1,400
1,600
4 3
5 5 5
6 0 1 3
3 7 4 3
5 4 3 8
5 8 3 9
5 3 1 0
4 2 5 0
4 9 2 0
5 9 3 3
5 1 3 5
4 6 5 6
4 4 3 1
1 5 4 5
2 5 5 2
4 0 3 0
8 5 7
1 4 2 4
e
Aliansi 1
0,500 1,000
1,500 2,000
2,500 3,000
R
Keterangan: R : Indeks Kekayaan Spesies
Gambar 42. Nilai R pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi Faktor lain yang mendukung lebih tingginya keanekaragaman spesies di
aliansi 1 karena di aliansi ini banyak jenis unsur hara tanah makro yang secara rata-rata lebih tinggi. Dari 6 unsur hara makro yang dikaji, terdapat 4 unsur hara
yang secara rata-rata lebih tinggi di aliansi 1 dibanding aliansi lainnya Tabel 8. Unsur-unsur tersebut adalah N total tanah, K, Ca, dan Mg, bahkan secara statistik
kandungan unsur N total tanah di aliansi ini berbeda nyata dengan kedua aliansi lainnya Tabel 9. Kondisi ini akan membuat ekosistem di aliansi 1 mampu
mendukung lebih banyak individu spesies maupun jumlah spesies untuk tumbuh di aliansi ini. Kandungan unsur Al yang ada di aliansi 1 secara rata-rata lebih
rendah dibanding aliansi lainnya. Hal ini akan mengakibatkan peluang keracunan unsur Al akibat tingginya kemasaman tanah di aliansi 1 menjadi lebih kecil.
Adanya spesies jarang dalam jumlah yang relatif banyak di duga juga merupakan salah satu faktor yang mendukung tingginya keanekaragaman spesies
di aliansi 1 Tabel 20. Whitten et al., 1988 mengatakan bahwa suatu ekosistem yang memiliki spesies jarang yang melimpah akan memiliki ruang yang lebih luas
untuk ditempati oleh banyak spesies, dan pada gilirannya akan meningkatkan keanekaragaman spesies.
Tabel 37. Deskripsi statistik nilai R pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Mean
Minimum Maximum
Range Std.
Error CV N
1 2.197 1.691
2.662 0.971
0.041 11,260
36 2 1.901
0.621 2.829
2.208 0.142
30,756 17
3 1.87 1.051
2.588 1.537
0.198 28,150
7
Tabel 38. Perbedaan nilai R antara tipe vegetasi tingkat aliansi
Aliansi Test Statisticsa
1-2 1-3
2-3 Mann-Whitney U
200.5 74.5
55.5 Z
-2.010 -1.694
Keterangan: : Signifikan pada P 0,05.
Keanekaragaman spesies yang lebih rendah di aliansi 2 diduga disebabkan oleh tekanan tumbuhan bambu yang sangat kuat terhadap spesies lain sehingga
mengakibatkan spesies bersangkutan sulit untuk tumbuh. Menurut Heyne, 1987 bambu merupakan salah satu tumbuhan dengan daya tumbuh yang pesat dan
membentuk rumpun yang besar dan tinggi. Pada umumnya tumbuhan lain sulit tumbuh pada daerah yang didominasi oleh bambu.
E. Preferensi Ekologi Spesies di Setiap Aliansi Vegetasi Gunung Salak.